Mbah Ru paling suka kalau saya mengajak teman-teman main ke
rumah. Baik teman kampus maupun teman kampung, sering juga saya mengajak
bermalam di rumah Mbah Ru. Karena rumahnya terasa ramai dan kebetulan semua
teman-teman saja suka bercanda. Alhamdulillah teman-teman saya tidak canggung
berada di rumah jadi semua seperti keluarga. Kejadian yang masih teringat
sampai sekarang adalah ketika tengah malam menguras kolam ikan lele yang
dilakukan sekitar 10 teman saya. memang Mbah Ru beberapa hari ini menyuruh saya
untuk menguras kolam katanya mau diganti dengan ikan yang baru. Okey....saya
kerahkan semua pasukan...laksanakan!!!hajar bleh....!!!! asyiknya rame-rame
brow....!!!! ada yang bagian nguras kolam, bagian membersihkan lele, bagian
menggoreng dan yang pasti semua kebagian adalah kebagian menghabiskan lele gorengnya.
Begitu membahagiakan saat itu...!!!!
Singkat cerita saya lulus kuliah, bekerja disalah satu
sekolah dasar dan menikah. Intensitas menemani beliau semakin berkurang.
Setelah musyawarah dengan keluarga akhirnya beliau ikut dengan putra-putranya.
Terkadang di Boyolali, Wonogiri dan sering juga di Sragen rumah kami. Hampir 4
tahun simbah pindah-pindah dari satu rumah putra yang satu ke putra yang
lainnya. Sebulan terakhir Mbah Ru berada di rumah kami di Sragen.
.........Waktu itu pun tiba......
Suatu sore di hari Sabtu, 15 Feb
2014 sepert biasa kami duduk di depan rumah sambil bercanda bareng sama si
Hamzah. Beliau ikut serta bercanda sambil saya colak-colek pinggangnya, sungguh
menyenangkan masa itu. Tiba-tiba beliau mengeluh dadanya agk terasa sesak.
Kemudian beliau menuju kamarnya saya ambilkan air panas yang saya taruh di
dalam sebuah botol untuk “menyeka” /menghangatkan dada beliau. Dulu pernah juga
simbah kayak gini, tetapi setelah di priksakan ke dokter sudah sembuh. Ba’da
magrib saya, ibu serta anak istri memeriksakan simbah ke dokter yang dulu
memeriksanya. Samapai disana di cek gula dan kolesterolnya ternyata cukup
tinggi. Detak jangtungnya juga kurang beraturan. Setelah dikasih resep kami
ngobrol dan simbah juga sudah bisa bercanda dengan pak dokter karena memang
dokter langganan dari simbah.
Malam itu setelah beliau meminum obat kemudian beranjak
tidur, semalem tidur pulas sampai pagi baru terbangun. Pagi hari pun sudah
beraktifitas seperti biasa. Kebetulan pagi itu saya ada pertemuan dengan wali
murid di sekolah tempat saya mengajar. Acara jam 07.30 – 09.00, setelah selesai
saya bergegas pulang. Sampai rumah bermain sama si kecil Hamzah uminya di ruang
keluarga yang berada di depan kamar Mbah Ru. Masih teringat dan terabyang
dengan jelas ketika si Hamzah bermain lompat tali dan simbah melihat dengan
tersenyum. Mbah Ru minta mandi biar badanya segar. Saya melanjutkan bermain
bersama Hamzah di luar rumah sedangkan uminya mengerjakan sholat dhuha. Setelah
selesai gantian saya yang mau sholat dhuha. Sekitar jam 10an. Saya menuju ke
sumur untuk ambil air wudhu.
Terdengar suara dari kamar Mbah Ru, “nif....aku ki
piye nif?” suara dengan nada berat. Saya kemudian berlari menuju ke kamar
beliau dan meliahat sepertinya beliau sesak nafas. Ku sandarkan tubuh tua nya
dalam pelukan sembari mengelus dadanya dan terus menuntutnya untuk
beristigfar...”istighfar mbah...istigfar...Astaghfirulloh!!”.
Beliau pun menirukan apa yang saya ucapakan. Seperti orang
yang sesak nafas pada umumnya beliau terus berjuang untunk bernafas walaupun
berat. Keringat pun membasahi badan beliau. Setelah ibu datang kemudian saya
meminta ibu bersiap-siap untuk mengajak simbah ke dokter biar segera
mendapatkan pertolongan pertama. Agar segera mendapatkan bantuan oksigen untuk
membantu pernafasan beliau. Saya menyiapkan mobil dan ibu mempersiapkan simbah.
Nafas beliau semakin berat, badanya mulai dipenuhi dengan
keringat dingin. Ibu sudah selesai persiapanya kemudian kami segera mengajak
simbah untuk naik ke mobil. Namun, kenyataanya simbah sudah tidak kuat untuk berdiri.
Rasa panik, takut dan khawatir mulai menghinggapi. Takut akan terjadi hal yang
buruk kepada Mbah Ru. Akhirnya saya dan ibu menggendong simbah sampai di mobil.
Di dalam mobil pun simbah kondisinya semakin lemah. Beliau terus berusaha
mengambil nafas.
Sesampai di rumah sakit kemudian simbah langsung mendapatkan
pertolongan berupa oksigen, lanjut ke selang infus. Dalam sakitnya itu saya
terus menuntun simbah untuk membaca istihgfar. Sembari menahan tangan beliau
yang ingin melepaskan alat bantu oksigen dari hidungnya. Rasa takut dan
khawatir mulai menghinggapi dan memenuhi relung dalam hati. Sungguh rasa takut
kehilangan Mbah Ru semakin menguat. Nafas belaiu semakin berat, saya, ibu dan
bapak terus menuntun beliau dengan kalimat tahlil dan istigfar. Saya berada
tepat di wajah beliau yang semakin pucat, ada sesak di dalam dada dan air mata yang
mengalir saat menyaksikan simbah semakin berat nafasnya. Sampai saya tak kuat
lagi menuntun kalimat tauhid untuk Mbah Ru, saya meminta bapak untuk
menggantikan posisi saya membacakan kalimat tauhid disamping Mbah Ru.
Dalam isak tangis saya keluar dari ruang UGD RSU Sragen
sembari memberi kabar kepada saudara dan meminta do’a untuk simbah. Sekitar 5
menit kemudian saya masuk kembali ke ruang UGD, ternyata simbah sudah dipanggil
oleh Alloh untuk selama-lamanya. Rasa sedih masuk ke dalam hari dan jiwa
membuat butiran kecil mengalir dari mata tanpa terasa...tugasku menjaga mbah Ru
sudah selesai!!!beliau sudah diambil oleh Sang Pemililki
Kehidupan...SELAMANYA..!!!! Semoga apa yang telah saya lakuka kepada beliau
mendpaatkan pengakuan dari Sang Kholik Allah Ta’ala....aamiin.
No comments:
Post a Comment