Friday, February 28, 2014

“Tugasku Telah Usai,Mbah Ru..!”

    
2003 teringat saat lulus dari SMA Negeri 3 Sragen, pilihan antara manajemen ekonominya UNNES (ketrima Ujian Masuknya UNNES) atau pilih menemani Mbah Ru dan mencari peruruan tinggi baru yang letaknya di daerah Solo. Dihadapkan pada pilihan masa depan, Mbah Ru gak ada temannya karena Mas Bowo putra bungsunya harus pindah ke Manado karena urusan pekerjaan. Yaudahlah kita putuskan saja....kuliah di Solo dan menemani, menjaga dan mengusir rasa sepi Mbah Ru. UNS pilihan utama, mau ambil POK nggak dapat restu dari ibu yaudah milih yang lainya...gagal tembus UNS pengin kerja sambil menemeni Mbah Ru. Eeee...gak boleh juga. Ada iklan kecil dalam koran yang berada diatas halaman pengumuman  mahasiswa baru yang diterima lewat SMPTN (seleksi masuk ke universitas negeri). Iklannya tentang penerimaan mahasiswa baru di sebuah Sekolah Tinggi yang belum pernah saya ketahui. STAIN Surakarta tempat pelabuhan selanjutnya....seraya berdoa,”Ya Allah, semoga saya tersesat ke jalan yang benar...aamiin”.

     
Tugas berlanjut untuk menamani simbah yang sudah tua dan sendirian. Hari-hari bersekolah berangkat dari rumah pulang pergi 40 KM kulalui selama lima tahun. Enjoy aja rasanya menjalani hal itu. Banyak hal yang saya pelajari  dari beliau. Teringat saat hari Ahad atau ada hari libur selalu beliau menyiapkan makanan untuk persediaan dan menyiapkan jika saja ada kelaurga (anak-anaknya) yang menjenguk ke rumah. Sambil terduduk di kursi depan rumah sembari memandangi jalan yang berada di samping rumahnya, mengharapkan kedatangan kelaurga yang selalu beliau rindukan. Sungguh sebuah pemandangan yang mengharukan. Tanpa sadar ketika teringat kejadian itu menetes butiran air dari mata ini.
     Mbah Ru paling suka kalau saya mengajak teman-teman main ke rumah. Baik teman kampus maupun teman kampung, sering juga saya mengajak bermalam di rumah Mbah Ru. Karena rumahnya terasa ramai dan kebetulan semua teman-teman saja suka bercanda. Alhamdulillah teman-teman saya tidak canggung berada di rumah jadi semua seperti keluarga. Kejadian yang masih teringat sampai sekarang adalah ketika tengah malam menguras kolam ikan lele yang dilakukan sekitar 10 teman saya. memang Mbah Ru beberapa hari ini menyuruh saya untuk menguras kolam katanya mau diganti dengan ikan yang baru. Okey....saya kerahkan semua pasukan...laksanakan!!!hajar bleh....!!!! asyiknya rame-rame brow....!!!! ada yang bagian nguras kolam, bagian membersihkan lele, bagian menggoreng dan yang pasti semua kebagian adalah kebagian menghabiskan lele gorengnya. Begitu membahagiakan saat itu...!!!!
      Singkat cerita saya lulus kuliah, bekerja disalah satu sekolah dasar dan menikah. Intensitas menemani beliau semakin berkurang. Setelah musyawarah dengan keluarga akhirnya beliau ikut dengan putra-putranya. Terkadang di Boyolali, Wonogiri dan sering juga di Sragen rumah kami. Hampir 4 tahun simbah pindah-pindah dari satu rumah putra yang satu ke putra yang lainnya. Sebulan terakhir Mbah Ru berada di rumah kami di Sragen.
.........Waktu itu pun tiba...... 
     Suatu sore di hari Sabtu, 15 Feb 2014 sepert biasa kami duduk di depan rumah sambil bercanda bareng sama si Hamzah. Beliau ikut serta bercanda sambil saya colak-colek pinggangnya, sungguh menyenangkan masa itu. Tiba-tiba beliau mengeluh dadanya agk terasa sesak. Kemudian beliau menuju kamarnya saya ambilkan air panas yang saya taruh di dalam sebuah botol untuk “menyeka” /menghangatkan dada beliau. Dulu pernah juga simbah kayak gini, tetapi setelah di priksakan ke dokter sudah sembuh. Ba’da magrib saya, ibu serta anak istri memeriksakan simbah ke dokter yang dulu memeriksanya. Samapai disana di cek gula dan kolesterolnya ternyata cukup tinggi. Detak jangtungnya juga kurang beraturan. Setelah dikasih resep kami ngobrol dan simbah juga sudah bisa bercanda dengan pak dokter karena memang dokter langganan dari simbah.
     Malam itu setelah beliau meminum obat kemudian beranjak tidur, semalem tidur pulas sampai pagi baru terbangun. Pagi hari pun sudah beraktifitas seperti biasa. Kebetulan pagi itu saya ada pertemuan dengan wali murid di sekolah tempat saya mengajar. Acara jam 07.30 – 09.00, setelah selesai saya bergegas pulang. Sampai rumah bermain sama si kecil Hamzah uminya di ruang keluarga yang berada di depan kamar Mbah Ru. Masih teringat dan terabyang dengan jelas ketika si Hamzah bermain lompat tali dan simbah melihat dengan tersenyum. Mbah Ru minta mandi biar badanya segar. Saya melanjutkan bermain bersama Hamzah di luar rumah sedangkan uminya mengerjakan sholat dhuha. Setelah selesai gantian saya yang mau sholat dhuha. Sekitar jam 10an. Saya menuju ke sumur untuk ambil air wudhu. 
    Terdengar suara dari kamar Mbah Ru, “nif....aku ki piye nif?” suara dengan nada berat. Saya kemudian berlari menuju ke kamar beliau dan meliahat sepertinya beliau sesak nafas. Ku sandarkan tubuh tua nya dalam pelukan sembari mengelus dadanya dan terus menuntutnya untuk beristigfar...”istighfar mbah...istigfar...Astaghfirulloh!!”.
    Beliau pun menirukan apa yang saya ucapakan. Seperti orang yang sesak nafas pada umumnya beliau terus berjuang untunk bernafas walaupun berat. Keringat pun membasahi badan beliau. Setelah ibu datang kemudian saya meminta ibu bersiap-siap untuk mengajak simbah ke dokter biar segera mendapatkan pertolongan pertama. Agar segera mendapatkan bantuan oksigen untuk membantu pernafasan beliau. Saya menyiapkan mobil dan ibu mempersiapkan simbah.
   Nafas beliau semakin berat, badanya mulai dipenuhi dengan keringat dingin. Ibu sudah selesai persiapanya kemudian kami segera mengajak simbah untuk naik ke mobil. Namun, kenyataanya simbah sudah tidak kuat untuk berdiri. Rasa panik, takut dan khawatir mulai menghinggapi. Takut akan terjadi hal yang buruk kepada Mbah Ru. Akhirnya saya dan ibu menggendong simbah sampai di mobil. Di dalam mobil pun simbah kondisinya semakin lemah. Beliau terus berusaha mengambil nafas.
    Sesampai di rumah sakit kemudian simbah langsung mendapatkan pertolongan berupa oksigen, lanjut ke selang infus. Dalam sakitnya itu saya terus menuntun simbah untuk membaca istihgfar. Sembari menahan tangan beliau yang ingin melepaskan alat bantu oksigen dari hidungnya. Rasa takut dan khawatir mulai menghinggapi dan memenuhi relung dalam hati. Sungguh rasa takut kehilangan Mbah Ru semakin menguat.         Nafas belaiu semakin berat, saya, ibu dan bapak terus menuntun beliau dengan kalimat tahlil dan istigfar. Saya berada tepat di wajah beliau yang semakin pucat, ada sesak di dalam dada dan air mata yang mengalir saat menyaksikan simbah semakin berat nafasnya. Sampai saya tak kuat lagi menuntun kalimat tauhid untuk Mbah Ru, saya meminta bapak untuk menggantikan posisi saya membacakan kalimat tauhid disamping Mbah Ru.
    Dalam isak tangis saya keluar dari ruang UGD RSU Sragen sembari memberi kabar kepada saudara dan meminta do’a untuk simbah. Sekitar 5 menit kemudian saya masuk kembali ke ruang UGD, ternyata simbah sudah dipanggil oleh Alloh untuk selama-lamanya. Rasa sedih masuk ke dalam hari dan jiwa membuat butiran kecil mengalir dari mata tanpa terasa...tugasku menjaga mbah Ru sudah selesai!!!beliau sudah diambil oleh Sang Pemililki Kehidupan...SELAMANYA..!!!! Semoga apa yang telah saya lakuka kepada beliau mendpaatkan pengakuan dari Sang Kholik Allah Ta’ala....aamiin.



No comments:

Post a Comment

Hamzah bergaya dengan burung hantu