Tuesday, February 18, 2014

Mbah Rukijem

 
Mbah Ru
Seorang perempuan tua yang sudah memutih seluruh rambutnya. Wajah mulai berkeriput, senyum diwajahnya sangat jelas dengan gigi yang sudah tidak sempurnra lagi. Senyum manis seseorang yang sudah renta.
       Duduk diteras rumah memotong “puli/gendar” bahan mentah untuk membuat “karak” (kerupuk dari nasi). Dalam khusuknya terdengar nafas yang dalam dan sedikit terengah-engah. Sungguh nampak kebahagiaan berbungkus rasa lelah terpancar dari wajahnya. Dia adalah Mbah Ru(kijem), simbah kami satu-satunya yang tersisa dari ibu dan bapak.

        Masih teringat kisah yang diceritakan betapa perjuangan Mbah Ru, menghidupi keenam anaknya setelah ditinggal pergi untuk selamanya oleh mbah kakung. Ibu saya adalah anak yang ke 3 dari 6 bersaudara. Mbah Ru berjuang untuk memberikan penghidupan dan pendidikan yang layak buat anak-anaknya yang masih kecil. Beliau memutuskan untuk mengasuh sendiri anak-anaknya, (tidak mau menikah lagi). 
        Berjualan nasi dan bubur di pagi hari adalah rutinitas Mbah Ru untuk mengumpulkan sekeping demi sekeping uang untuk anak-anaknya. Anak-anaknya pun mengerti dan berjuang bersama untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga. Diajarkannya anak-anaknya untuk berusaha menggapai apa yang dicita-citakan. Diajarkan rasa syukur kepada Pemberi Segalanya, Pengatur Alam Semesta dialah Allah Ta’ala. Memberikan manfaat kepada sesama adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Merepotkan orang lain adalah sesuatu yang haruas dihindari. Ibadah adalah cara untuk mendapatkan berkah dari Alloh.
Mbah Ru berjuang dan terus berjuang tanpa ada satu katapun yang mengisyarakat rasa capek bahkan mengeluh. Sungguh kata-kata itu hilang dari ucapanya. Pemberian Allah SWT berupa anak-anak yang sholeh dan sholehah adalah nikmat yang tiada bandinganya.  
Kini...
       Semua anaknya telah berhasil menjadi “orang” yang bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. Anak pertama (Budhe Sri), kedua (Budhe Naim), ketiga (Ibu Mukromah), keempat (Mbak Dah), kelima (Alm. Mas Joko) semuanya menjadi guru....yach...Guru. Dan semuanya menjadi Guru Agama Islam disekolah masing-masing. 
          Sungguh luar biasa apa yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang bersyukur kepadanya. Dan tidak ada sekat antara doa yang dipanjatkan oleh seorang ibu dan Allah Ta’ala. Si bungsu (Mas Bowo) berbeda dengan saudara yang lain, Mas Bowo menjadi seorang pengusaha kuliner di Manado.
Sungguh besar jasamu kepada anak-anakmu, Mbah Ru.



No comments:

Post a Comment

Hamzah bergaya dengan burung hantu