Mbah Ru |
Duduk diteras rumah memotong “puli/gendar” bahan mentah
untuk membuat “karak” (kerupuk dari
nasi). Dalam khusuknya terdengar nafas yang dalam dan sedikit terengah-engah. Sungguh
nampak kebahagiaan berbungkus rasa lelah terpancar dari wajahnya. Dia adalah
Mbah Ru(kijem), simbah kami satu-satunya yang tersisa dari ibu dan bapak.
Masih teringat kisah yang diceritakan betapa perjuangan Mbah
Ru, menghidupi keenam anaknya setelah ditinggal pergi untuk selamanya oleh mbah
kakung. Ibu saya adalah anak yang ke 3 dari 6 bersaudara. Mbah Ru berjuang
untuk memberikan penghidupan dan pendidikan yang layak buat anak-anaknya yang masih
kecil. Beliau memutuskan untuk mengasuh sendiri anak-anaknya, (tidak mau
menikah lagi).
Berjualan nasi dan bubur di pagi hari adalah rutinitas Mbah Ru
untuk mengumpulkan sekeping demi sekeping uang untuk anak-anaknya. Anak-anaknya
pun mengerti dan berjuang bersama untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga. Diajarkannya
anak-anaknya untuk berusaha menggapai apa yang dicita-citakan. Diajarkan rasa
syukur kepada Pemberi Segalanya, Pengatur Alam Semesta dialah Allah Ta’ala. Memberikan
manfaat kepada sesama adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Merepotkan
orang lain adalah sesuatu yang haruas dihindari. Ibadah adalah cara untuk
mendapatkan berkah dari Alloh.
Mbah Ru berjuang dan terus berjuang tanpa ada satu katapun yang
mengisyarakat rasa capek bahkan mengeluh. Sungguh kata-kata itu hilang dari
ucapanya. Pemberian Allah SWT berupa anak-anak yang sholeh dan sholehah adalah
nikmat yang tiada bandinganya.
Kini...
Semua anaknya telah berhasil menjadi “orang” yang bermanfaat
untuk lingkungan sekitarnya. Anak pertama (Budhe Sri), kedua (Budhe Naim),
ketiga (Ibu Mukromah), keempat (Mbak Dah), kelima (Alm. Mas Joko) semuanya
menjadi guru....yach...Guru. Dan semuanya menjadi Guru Agama Islam disekolah
masing-masing.
Sungguh luar biasa apa yang diberikan oleh Allah kepada
orang-orang yang bersyukur kepadanya. Dan tidak ada sekat antara doa yang
dipanjatkan oleh seorang ibu dan Allah Ta’ala. Si bungsu (Mas Bowo) berbeda
dengan saudara yang lain, Mas Bowo menjadi seorang pengusaha kuliner di Manado.
Sungguh besar jasamu kepada anak-anakmu, Mbah Ru.
No comments:
Post a Comment