Labeling Rat..!!! |
Sekolah
kami mengklasifikasi anak berdasarkan nilai akademik, belum berdasarkan kecerdasan mereka dan gaya belajar mereka
seperti Sekolahnya Manusia by Munif
Chatib. Jadi masih ada kelas unggulan dan kelas bawah, terlepas ada segi positif dan negatif dari pengelompokan kelas tersebut. Dengan label kelas atas [unggulan] dan kelas
bawah [low akademik] secara psikologis hal ini akan berpengaruh terhadap
kepercayaan diri. Mungkin itu salah satu kekurangan dari adanya kelas unggulan.
RC sendiri akan
mengklasifikasikan antara kelas atas [berisi anak yang matang secara akademik]
dengan kelas rendah [akademik kurang matang]. Anak yang berada di kelas rendah,
tetapi mendapatkan nilai yang bagus di bulan itu maka akan diklasifikasikan di
kelas unggulan. Begitu juga sebaliknya untuk anak yang mendapatkan nilia rendah
maka haru sturun kasta. Tujuan RC diantaranya adalah untuk memunculkan semangat
bagi anak-anak, meningkatkan persaingan sehat diantara mereka dan menciptakan
“suasana yang kondusif”.
Tujuan
tersebut untuk meningkatkan akademik masing-masing anak untuk berompetisi. Akan
tetapi, ada sedikit permasalahan yang terkesampingkan dalam RC, faktor
psikologis anak kurang diperhatikan. Tiap bulan anak harus beradaptasi dengan
lingkungan kelas baru jika ia turun kasta maupun naik kasta. Sekedar info bahwa
sekolah kami memakai kelas homogen, maksudnya adalah mengelompokkan kelas
berdasarkan kemampuan akademik anak. Faktor kenyamanan dan kondusif nya
lingkungan belajar juga terkesampingkan. Aristoteles pernah di tanya, bagaimana
anda mengajarkan siswa anda sehingga mereka menjadi orang yang hebat?.
Aristoteles dengan bijak menjawab “saya tidak memberikan banyak ilmu kepada
mereka, saya hanya menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk mereka belajar”.
Temuan
dilapangan berkenaan siswa yang terkena RC sebetulnya bisa menjadi pertimbangan
apakah program ini akan dilanjutkan atau tidak. Katakan namanya Rio yang
berasal dari kelas bawah, karena di bulan itu nialinya bagus maka dia naik ke
kelas atas. Akan tetapi, Rio merasa tidak nyaman dengan keadaan di kelas atas,
karena ia merasa lebih enjoy berada di kelas bawah bersama teman-temannya yang
“gokil-gokil”. Beda lagi dengan Rizki, anak kelas 5 ini kepingin naik dikelas
atas karena ada temannya yang bernama Fian disana. Beberapa hari yang lalu saya
melihat anak kelas 4 khususnya putri menangis karena ia akan turun “kasta” hanya
anak yg ke kelas bawah, anehnya tidak hanya anak yang akan turun “kasta” yang menangis
namun teman dekat nya pun menangis karena akan ditinggal teman baiknya. Ada satu
kata yang menurut saya menyentuh, “Nanti kalau waktu istirahat kamu main ke
sini yach?”.
Saat RC anak yang dari atas ke bawah maupun
sebaliknya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan “iklim” di kelas tersebut.
Ternyata tidak hanya siswa yang memerlukan adaptasi, gurupun dituntut demikian
agar materi yang diajarkan dapat difahami oleh siswa. Pendapat pribadi saya,
adanya RC kurang efektif untuk perkembangan anak secara akademis maupun secara
psikologis. Adanya kelas “khusus” yang di huni oleh anak pintar dan bodoh pun
sebenarnya saya tidak setuju walaupun dengan dalih agar guru dalam mengajar
lebih enak dan mudah. Tidak adil rasanya kalau kita memberikan label belajar
pada mereka, kamu anak pinter, kamu anak bodoh yang pasti menurut Multiple Intelegent semua anak adalah anak yang hebat dengan kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Sekali lagi semua anak, semua
siswa dan semua peserta didik adalah pribadi yang unik dan memiliki style
masing-masing….mereka semua adalah ORANG HEBAT…!!!!
Pecel
ReplyDeletemboh
ReplyDelete