Anak anda kelas 2 SD?
Pernah mendapatkan soal seperti ini? Kamu
mandi sehari berapa kali?. Jawaban yang di betulkan pasti 2 kali. Karena
kebanyakan orang mandi sehari cuman dua kali, pagi dan sore hari. Seandainya
ada siswa yang menjawab mandi sehari tiga kali apakah akan dibetulkan oleh
guru? Saya pikir dan saya rasa tidak….!!! Walaupun si anak tadi mandi sehari 3
kali, tetep aja salah…karena kunci jawabanya 2 kali…hehehee.
Sedikit cerita tentang si Hamzah
[anak pertama kami], kami menitipkan dia pada pengasuh yang tidak jauh dari
rumah kami. Setiap siang hari hamzah dimandikan oleh pengasuh kami, biar seger
katanya. Suatu sore neneknya si Hamzah mau memandikan dia sambil berkata, “suk yen njawab soal salah no lee…mandi
sehari berapa kali? Hamzah njawabe 3 kali…hehehe”. Saya yang waktu itu
mendengar apa yang dikatakan simbahnya Si Hamzah hanya tersenyum dan
mengangguk-angguk saja. Saya berpikir itu hanyalah gojekan biasa antara nenek
dan cucunya.
Saya mencoba menghubungkan
kejadian diatas dengan pendidikan di Indonesia, nggak…nggak..terlalu luas kalau
areanya Indonesia. Saya ingin menghubungkan dengan pola pendidikan terhadapa
anak kita dalam keluarga. Setiap anak pasti memiliki cara berfikir dan pendapat
yang berbeda dengan orang dewasa. Celakanya sering orang tua memperlakukan
mereka layaknya orang yang sudah dewasa. Orang tua jarang memberikan kebebasan
anak untuk berekspresi, mau ini dilarang mau itu jangannnn…!!!!. Pe er untuk
diri saya sendiri agar memberikan kebebasan yang bertanggung jawab dan ada
batasalanya kepada si Hamzah kecil…!!!
Saya juga menemui sebuah kasus
pada anak didik saya yang berada di kelas 2. Ada sebuah pertanyaan saat UKK di
pelajaran IPS, “meja yang kotor dibersihkan dengan …..”. Kunci jawaban nya
adalah “Kemoceng”. Sedangkan anak didik saya menjawab dengan “kain lap”, karena
tidak sesuai dengan kunci jawaban maka jawaban anak didik saya tersebut
disalahkan oleh guru yang mengampu pelajaran tersebut.
Padahal bisa jadi ia
menjawab begitu karena dia memiliki pengalaman atau pernah melihat seseorang
yang membersihkan dengan kain lap. Mungkin ketika ia diajak ayah atau ibunya
makan di warung makan atau kedai mie ayam, ia melihat pelayannya membersihkan
meja dengan kain lap, bukan dengan kemoceng.
Begitulah gambaran sedikit
pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh sebagian “oknum” guru yang sangat berjasa dalam perkembangan Indonesia. Snaagt
diayangkan jika pemahaman dan pengalaman anak harus dibatasi dengan kotak yang
berupa “kunci jawaban” yang sudah paten dan terkesan kurang menghargai
pengalaman yang dimiliki oleh anak. Mari kita berusaha memberikan yang terbaik
kepada anak kita dengan menghargai pengalaman yang pernah dialaminya. Jangan
jadikan anak kita katak dalam tempurung, biarkan mereka menjadi burung yang
bisa terbang dengan bebas atau ikan “cakalang”
yang berenang bebas di lautan.…hehehe…cakalang????
klo lg sakit malah tidak mandi.
ReplyDeletebebas berpendapat semakin berwarna ust...
lanjutkan!!!!....heheee