Thursday, June 21, 2012

Hamzah mandi 3 kali sehari_[tematik SD]



Anak anda kelas 2 SD? Pernah mendapatkan soal seperti ini? Kamu mandi sehari berapa kali?. Jawaban yang di betulkan pasti 2 kali. Karena kebanyakan orang mandi sehari cuman dua kali, pagi dan sore hari. Seandainya ada siswa yang menjawab mandi sehari tiga kali apakah akan dibetulkan oleh guru? Saya pikir dan saya rasa tidak….!!! Walaupun si anak tadi mandi sehari 3 kali, tetep aja salah…karena kunci jawabanya 2 kali…hehehee.
                Sedikit cerita tentang si Hamzah [anak pertama kami], kami menitipkan dia pada pengasuh yang tidak jauh dari rumah kami. Setiap siang hari hamzah dimandikan oleh pengasuh kami, biar seger katanya. Suatu sore neneknya si Hamzah mau memandikan dia sambil berkata, “suk yen njawab soal salah no lee…mandi sehari berapa kali? Hamzah njawabe 3 kali…hehehe”. Saya yang waktu itu mendengar apa yang dikatakan simbahnya Si Hamzah hanya tersenyum dan mengangguk-angguk saja. Saya berpikir itu hanyalah gojekan biasa antara nenek dan cucunya.
                Saya mencoba menghubungkan kejadian diatas dengan pendidikan di Indonesia, nggak…nggak..terlalu luas kalau areanya Indonesia. Saya ingin menghubungkan dengan pola pendidikan terhadapa anak kita dalam keluarga. Setiap anak pasti memiliki cara berfikir dan pendapat yang berbeda dengan orang dewasa. Celakanya sering orang tua memperlakukan mereka layaknya orang yang sudah dewasa. Orang tua jarang memberikan kebebasan anak untuk berekspresi, mau ini dilarang mau itu jangannnn…!!!!. Pe er untuk diri saya sendiri agar memberikan kebebasan yang bertanggung jawab dan ada batasalanya kepada si Hamzah kecil…!!!
                Saya juga menemui sebuah kasus pada anak didik saya yang berada di kelas 2. Ada sebuah pertanyaan saat UKK di pelajaran IPS, “meja yang kotor dibersihkan dengan …..”. Kunci jawaban nya adalah “Kemoceng”. Sedangkan anak didik saya menjawab dengan “kain lap”, karena tidak sesuai dengan kunci jawaban maka jawaban anak didik saya tersebut disalahkan oleh guru yang mengampu pelajaran tersebut.
Padahal bisa jadi ia menjawab begitu karena dia memiliki pengalaman atau pernah melihat seseorang yang membersihkan dengan kain lap. Mungkin ketika ia diajak ayah atau ibunya makan di warung makan atau kedai mie ayam, ia melihat pelayannya membersihkan meja dengan kain lap, bukan dengan kemoceng.
                Begitulah gambaran sedikit pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh sebagian “oknum” guru yang sangat berjasa dalam perkembangan Indonesia. Snaagt diayangkan jika pemahaman dan pengalaman anak harus dibatasi dengan kotak yang berupa “kunci jawaban” yang sudah paten dan terkesan kurang menghargai pengalaman yang dimiliki oleh anak. Mari kita berusaha memberikan yang terbaik kepada anak kita dengan menghargai pengalaman yang pernah dialaminya. Jangan jadikan anak kita katak dalam tempurung, biarkan mereka menjadi burung yang bisa terbang dengan bebas atau ikan “cakalang” yang berenang bebas di lautan.…hehehe…cakalang????

1 comment:

  1. klo lg sakit malah tidak mandi.
    bebas berpendapat semakin berwarna ust...
    lanjutkan!!!!....heheee

    ReplyDelete

Hamzah bergaya dengan burung hantu