congklak tradisional |
Pada suatu hari karena ada tugas dari sekolah yang harus saya selesaikan
sampai setelah sholat Asar baru selesai dan hendak pulang. Ketika hendak sholat, saya bertemu beberapa
anak didik saya di kelas 2 [kebetulan saya ditunjuk menjadi wali kelas 2] sebut
saja namaya Nabil, Adit dan Ajid yang belum
dijemput oleh orang tuanya, kemudian saya tanya kepada mereka kenapa belum
dijemput. Kemudian mereka menjawab kalau ternyata mau les privat dengan salah
satu ustadz/ guru di sekolah saya. Saya berfikir mereka belajar sudah dari jam
7 sampai jam 2 dan jam segini masih mau les privat.
Kemudian saya bertanya lagi
kepada mereka, “trus kalian nanti pulangnya jam berapa?”. Jawaban mereka cukup
membuat saya sedikit heran, “ntar sampai jam lima” begitu jawab mereka. Kemudian saya bertanya
lebih lanjut tiap hari apa saja mereka pulang jam 5. Ternyata mereka pulang jam
5 dalam seminggu 3 kali yaitu hari Selasa, Rabu dan Kamis.
Yang ada dalam benak saya saat
itu adalah, kapan mereka bermain dan menikmati masa kanak-kanak?. Banyak orang
tua yang memasukkan anak mereka ke bimbingan belajar atau mendatangkan guru
privat untuk menambah jam belajar. Menurut saya hal yang terjadi pada anak-anak
kelas dua cukup ‘ekstrem’ dari jam 07.00 samapai jam 17.00 mereka bergelut
dengan pelajaran. Sering kali kita merasa sudah melakukan hal yang benar dan
baik buat anak kita, akan tetapi benarkah itu yang terbaik untuk anak kita? Apa
lagi masa kanak-kanak adalah masa untuk bermain. Ada sedikit pertanyaan yang
mengganjal dalam hati kecil saya “Bermain Sambil Belajar Atau Belajar Sambil
Bermain?”
Usia anak memang disebut sebagai
Golden Age , banyak yang beranggapan masa inilah anak akan
belajar banyak hal. Maka mereka harus belajar segala sesuatu yang ada di
sekitarnya, belajar sambil bermain. Ada istilah fun learning yang sekarang baru
gencar-gencarnya digalakkan dalam pendidikan kita seperti metode PAKEM/PAIKEM .
Kalau boleh berpendapat, bermain
adalah kebutuhan pokok anak-anak. Ingat ketika masih kecil?. Bermain merupakan
hal yang sangat kita tunggu-tunggu baik itu dengan alat permainan maupun dengan
teman-teman kita. Ada sebuah curhatan dari seorang anak yang berisi tentang
keinginanya bermain dalam buku yang berjudul Ayah Ada Ayah Tiada karya
Irwan Rinaldi,
Pemulung Dan Anaknya
Seorang ayah pemulung
Seorang anak pemulung
Aku lihat sedang bercanda
Aku lihat sedang tertawa
Seorang ayah pemulung
Seorang anak pemulung
Kejar-kejaran lompat-lompatan
Guling-gulingan tonjok-tonjokan
Aku malas ke sekolah
Aku ingin melihat ini saja
Aku malas ke sekolah
Akau mau jadi anak pemulung saja
Ungkapan seorang anak yang sangat ingin bermain dan intropeksi para
orang tua yang seharusnya “mau” diajak anaknya untuk bermain bersama. Terkadang
kita sebagai orang tua selalu menginginkan anak menjadi pandai secara akademik,
kecerdasaan yang lain sering kali terabaikan. Saatnya kita untuk memberikan
ruang dan waktu untuk bermain bagi anak kita.
Anak-anak akan lebih bahagia
jika mereka ada teman yang bisa diajak untuk bermain. Karena segala sesuatu
akan terasa asyik jika dikerjakan secra bersama-sama. Terlebih jika kita
sebagai orang tua bisa selalu mendampingi anak dalam bermain maupun belajar. Mendampingi anak bermain memiliki manfaat yang cukup besar dalam perkembangan anak serta hubungan antara
orang tua dan anak bolehlah dikatakan ada simbiosis mutualisme…hehehe.
Permainan haruslah menyenangkan, disaat permainan itulah kita bisa bercanda
dengan lepas tanpa beban dalam bercanda bersama mereka. Ketika anak kita
beranjak dewasa dan mulai meninggalkan permainan tradisionalnya kita harus
memfasilitasi mereka dengan bercanda bersama dalam berbagai kesempatan.
Sore hari merupakan waktu yang ditunggu-tunggu
untuk anak-anak karena di waktu itu mereka berkumpul di tanah lapang untuk
saling bersosialisasi melalui media yang bernama “bermain”. Banyak orang tua
yang terlalu protektif kepada anaknya, jadi anak mereka boleh bermain dengan
persyaratan dan larangan nggak boleh ini lah, nggak boleh itu lah…..biarkan
anak kita berekspresi selama tidak melanggar norma dan tata krama Islam biarkan
ia bermain dan berekspresi. Kembali Irwan Rinaldi dalam buku yang sama
mendapatkan sebuah pengakuan atau curahan hati dari seorang anak.
BOLEH MAIN TAPI….
Sorepun tiba
Waktu yang ditunggu seluruh anak dunia
Bermain bebas apa yang kita suka
Di tanah lapang atau dimana saja
Satu demi satu kami keluar rumah seperti ayam
saja
Kepakan sayap berciap-ciap seperti orang gila
Aga yang melompat, berlari, menari-nari saking
senangnya
Lupa ayah bunda lupa dunia
Tapi alangkah malang nasib temanku
Dia hanya bisa duduk di depan pintu
Kenapa kau hanya duduk di depan pintu?
Kenapa kau kok menangis sendu, tanyaku?
Karena aku malas untuk pergi
Karena aku boleh bermain tapi pakai tapi….
Pulang sekolah. Dulu,
duluuuu sekali puluhan tahun yang lalu ketika bel berbunyi anak-anak bersorak
sorai gembira. Mereka bersorak sorai menyongsong waktu bebas bermain. Namun kini
sebagian besar anak-anak hanya mampu sejenak bersorak sorai. Kenapa?? Karena seabrek
kegiatan akademis telah menunggu mereka. Les ini kursus itu. Pelajaran tambahan
ini pengayaan itu. Bahkan semua mereka lalui sampai malam menjelang, ketika liburan
pun masih banyak tugas akademis yang harus di selesaikan di rumah lembar kerja
ini lembar kerja itu..
Kapan mereka
bermain?entahlah. Kalaupun boleh bermain, pasti ada syarat-syaratnya yang cenderung
sepihak dari orang dewasa. Boleh bermain asalkan jangan kotor. Boleh main
asalkan……dan boleh main aasalkan….
Belajarlah bijak wahai
kita orang tua…!!!!
Ketika anak kita bermain, banyak
manfaat yang bisa diambil dari berbagai permainan yang dilakukan, khususnya
permainan tradisional. Beberapa diantaranya adalah manfaat secara sosial,
kerjasama, kemandirian dan refreshing. Sebagai contoh mainan gobak sodor,
permainan merupakan permainan kelompok. Dimana tiap tim harus bekerja sama
untuk mencapai finish yang dijaga oleh lawan mainnya. Bermain congklak / dakon,
dalam permainan adr segi sosial anak belajar untuk berbagi dengan sesama karena
mereka juga harus mengisi lubang lawan dengan biji congklak. Selain itu dalam
permainan ini juga diperlukan perhitungan untuk memainkan biji congklak agar
bisa menang. Selain itu mereka juga akan belajar berhitung, karena diakhir
permainan mereka harus menghitung jumlah biji congklak yang didapatkan. Masih
banyak lagi manfaat yang dapat diambil dari aktivitas bermain anak.
Berikut beberapa teori tentang
pentingnya dan manfaat bermain untuk anak-anak. Khusus
pada anak usia sekolah dasar Rogers & Sawyer’s (dalam New Policy Institute, 2002) menganalisis tentang arti penting bermain bagi
anak usia sekolah dasar yaitu
memotivasi anak untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Selanjutnya mereka juga menulis bahwa ada beberapa nilai penting dalam bermain yang membantu perkembangan kognitif anak, yaitu:
- Bermain merupakan bentuk aktif dalam belajar yang meliputi pikiran, badan, dan semangat.
- Bermain menyediakan kesempatan untuk melatih ketrampilan dan fungsi-fungsi baru.
- Bermain memperbolehkan anak untuk menggabungkan belajar sebelumnya
- Bermain memperbolehkan anak untuk menahami sikap mereka ketika bermain dan merupakan seperangkat pelajaran yang menyumbang dalam fleksibilitas problem solving
- Bermain akan mengembangkan kreativitas dan penghargaan akan estetika
- Bermain memungkinkan anak untuk mempelajari tentang proses belajar meliputi keingintahuan, penemuan, dan ketekunan.
- Bermain mengurangi tekanan yang seringkali berhubungan dengan pencapaian prestasi dan kebutuhan untuk belajar
- Bermain menyediakan resiko yang minimum dan hukuman ketika berbuat kesalahan.
Dalam Best Play (NPFA, 2000)
disebutkan bahwa pentingnya bermain ada di sejumlah bidang kehidupan anak,
yaitu:
- Bermain mempunyai peran yang penting dalam belajar. Bermain melengkapi kegiatan sekolah anak dengan memberi kesempatan kepada anak untuk ,memahami, meresapi, dan memberi arti kepada apa yang mereka pelajari dalam seting pendidikan formal. Secara khusus bermain menjadi penting yaitu membantu anak untuk memperoleh ”bukan informasi khusus tetapi mindset umum dalam pemecahan masalah”.
- Bermain merupakan pusat dari perkembangan fisik dan kesehatan mental yang baik. Aktivitas fisik meliputi kegiatan untuk berolah raga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, dan mengembangkan ketrampilan dalam pertumbuhan anak. Adapun sumbangan untuk kesehatan mental adalah membantu anak untuk membangun dan mengembangkan resiliensi (daya tahan) terhadap tekanan dalam hidup.
- Bermain memberi kesempatan untuk menguji anak dalam mengahadapi tantangan dan bahaya.
Seiring dengan perkembangan zaman, permainan menjadi semakin modern.
Sebagai contoh permainan online semacan Point Blank, Ninja Saga dan game online
laianya. Jelas permainan ini tidak dapat dilakukan secara kelompok, karena satu
anak melakukan permianannya sendiri dengan memegang sebuah komputer atau laptop
yang terkoneksi dengan jaringan internet. Anak pun terpacu adrenalinnya untuk
menyelesaikan level-level selanjutnya. Ketika anak masuk ke level berikutnya ia
akan disambut oleh seorang wanita yang menggunaka baju mini yang memperlihatkan
bagian-bagian tubuhnya, layaknya seseorang yang sedang memakai baju renang.
Permainan tersebut diatas memberikan dampaka negatif dari beberapa siswa
ketika kami sharing tentang pengaruh game. Anak-anak rata-rata main game
minimal 8 jam dalam seminggu, yang kami temui konsentrasi mereka menurun,
sering melamun dan berkurangnya semangat belajar..bermain paling aman adalah
permainan yang tidak ada unsur kekerasan, seks dan ketidak jujuran.
Saya pernah membaca sebuah stiker di kendaraan bermotor “SEKOLAH TERUS
KAPAN DOLANE” sekolah terus kapan mainnya??? menggelitik memang, tapi setelah saya menjumpai kasus seperti
anak didik saya, saya merasa ada benarnya juga kata-kata dalam stiker itu….biarkan
anak kita bermain, biarkan anak kita berekspresi, dan biarkan mereka bahagia…!!!!!
No comments:
Post a Comment