Mayoritas sekolah di Indonesia menargetkan lulusan dengan berstandarkan pada nilai akademik yang haraus dipenuhi. Presentase sangat kecil untuk sekolah yang berani meletakkan nilai sikap, tingkah laku, sopan santun serta akhlak anak sebagai standar kelulusan. Walaupun dia anak yang selalu melanggar aturan sekolah, memalak teman berani sama guru dan kenakalan-kenakalan yang lain asalkan nilainya mencapai standar yang ditetapkan maka ia akan dapat naik ke level selanjutnya. Dari pengamatan kami ada yang salah dengan pendidikan yang hanya mengedepankan nilai akademik sebagai standar ke level lanjut.
Pendidikan di sekolah tentunya diharapkan mampu memberikan pengalaman yang cukup untuk menghadapi dunia nyata. Namun apa jadinya kalau sekolah tidak mampu memberikan itu? Apa jadinya kalau sekolah hanya memberikan nilai-nilai akademik yang belum tentu digunakan dalam kehidupan nyata kelak?. Sebetulnya inilah PR yang harus segera diselesaikan oleh semua pihak baik sekolah itu sendiri maupun masyarakat secara umum.
Ada yang beranggapan justru sekolahlah yang membunuh karakter dan kreativitas generasi penerus, tentunya hal ini tidak benar seratus persen walaupun pasti ada benarnya dari ungkapan tersebut.
Mungkin ada benarnya juga ungkapan itu. Coba kita lihat sekolah yang ada disekitar kita, orientasi tentunya hanya pada akademik. Hal ini dapat dilihat dari standar kelulusan dengan nilai standar minimum yang sudah ditentukan. Sulit memang tantangan sebagai seorang pendidik baik guru maupun orang tua.
Bahkan tekadang untuk mencapai nilai yang memuaskan untuk siswanya, sekolah rela melakukan berbagai macam “kecurangan”. Itulah salah satu penyebab generasi penerus yang hanya berorientasi pada hasil tanpa mengetahui prosesnya. Upaya pemerintah untuk memajukan pendidikan salah satunya adalah dengan akreditasi tiap-tiap sekolah. Dari komponen akreditasi yang akan dinilai prosentase yang terkait engan akhlak dan pembentukan karakter masih sangat minim. Hal itu hanya terkait dengan akademik, Standar isi pendidikan, tenaga pendidik hampir semuanya masih berkutat pada “administrasi”. Karena yang terlihat hanya pada tataran administrasi akhirnya banyak yang memanipulasi data, berbuat tidak jujur hanya untuk mendapatkan nilai “A” yang mungkin menjadi harga mati untuk bersaing dnegan sekolah yang lain. Sekali lagi orientasi pada hasil bukan proses.
Munif Chotib pengarang buku Sekolahnya Manusia dalam blog nya menyatakan sekolah modern dan maju sebenarnya adalah sekolah yang berorientasi pada proses dan bukan hasil. Di negara maju seperti Jepang, mereka lebih mengedepankan proses dari pada hasil. Dengan proses kita akan tahu bagian mana dari proses tersebut yang perlu diperbaiki untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Bagaimana dengan pembentukan karakter atau ahlak????. Juur kalau boleh dikatakan masih sangat minim dilakukan sekolah sebagai tempat belajar. Padahal sebenarnya itu yang lebih penting dibandingkan dengan nilai akademik. Ada kata-kata “Dalam kehidupan nyata kita tidak akan disuruh mengisi titik-titk dan memberi tanda silang seperti waktu sekolah”. Sekolah yang memiliki program untuk menmbentuk karakter suatu saat nanati akan menjadi sekolah yang ditunggu-tunggu untuk menghadapi dekadensi moral yang sudah terliaht mulai terlihat nyata dan jelas. Mungkin benar pendapat seorang kawan yang mengatakan kalau kita mengejar akademik mungkin akhlak atau karakter anak didik kita gagal. Namun ketika kita mengajarkan mereka tentang akhlak, adab, sopan santun dan rasa tanggung jawab Insya Allah akademik mereka akan berjalan mengiringinnya.
Kita mengajarkan mereka rasa tanggung jawab sebagai seorang anak, tanggung jawab sebagai seorang murid dan tanggung jawab sebagai orang yang beriman. Ketika anak memiliki rasa tanggung jawab maka ia kan mengerti kewajiban yang harus dilakukan dan posisinya sebagai apa. Sebagai seorang anak dia tahu wajib berbakti kepada orang tua, menghormati yang lebih tua dan beradab kepada sesama. Sebagai seorang murid harus rajin belajar dan melaksanakan tugasnya sebagai murid. Hal diharapakan akan berbanding lurus dengan pencapaian akademiknya. Sebagaiorang yang beriman tenetu ia akan mamapu memilah dan memilih antara halal haram, boleh tidak dan lain sebagainya yang terkait dengan agama.
Berharap sekolah sekolah pada umumnya, terutama yang memiliki background Islam mampu memberikan pengalaman belajar dan membentuk karakter yang mulia. Tidak hanya berkutat dalam akademik saja………
E:\Abu Hamzah@latihannulis.
No comments:
Post a Comment