kerja keras |
Terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anaknya yang masih bayi dan seorang keponakan yang pendiam. Suatu hari si ayah marah-marah kepada keponakannya yang kebetulan si istri mendengar teriakan suaminya yang sedang memarahi keponakannya, setelah selesai dia kemudian ke belakang rumah. Tiba-tiba istrinya menyusul sambil menggendong anaknya yang masih balita dan menangis berkata, “abi, lia nangis lho bi…abi harus minta maaf kepada lia”. Si ayah kemudian nampak menyesali perbuatannya, bukan karena ia memarahi keponakannya tapi karena ia melihat istrinya yang menangis karena perbuatanya. Sejak saat itu si ayah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, sebagai penyesalan ia kemudian meminta maaf kepada keponakannya.
Kasus yang lain ada seorang ayah bersama denngan istri dana anaknya sedang bertamasya ke salah satu tempat wisata alam di kotanya. Disaat mereka menikmati pemandangan alam sekitar, lewat seorang pemuda yang tidak punya sopan santun di depan mereka sambil berteriak-teriak. Si suami terpancing emosinya dan hendak berantem dengan si pemuda yang kurang sopan tadi. Dengan lembut kemudian si istri menggapai tangan suaminya dan menenangkan hatinya. Dia membisikan kata-kata yang bisa meredakan amarah sang suami, “Udah lah bi, kasihan anak kita kalau abi sampai berantem di sini. Nggak baik kalau di contoh anak kita.” Seketika itu juga si suami reda amarahnya karena bisikan lembut si istri.
Cerita diatas hanya sepenggal kisah yang tentang andil seorang wanita terutama istri kepada suaminya. Mungkin kita pernah menjumpai seorang berandalan namun bisa di kontrol emosinya oleh si istri. Atau seorang yang tempramental, pemabuk, penjudi bahkan pembunuh sekalipun akan mampu di redakan oleh kelembutan hati seorang wanita entah itu ibunya, istrinya atau mungkin anak perempuananya.
Saya sempat membaca kisah pembunuh bernama Suud Rusli yang membunuh seorang pengusaha dan menjadi buronan aparat di seluruh Indonesia. Dia tertangkap dan tertembak pada bagian tubuhnya, sebelum meninggal di menelepon ibunnya untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuatnya. Menjelang kematiannya yang diingat adalah ibunya, mungkin ia teringat akan kasih sayang dan kelembutan yang diberikan oleh ibunya.
Kalau kita mau jujur, sebenarnya orang yang paling kuat di dalam sebuah rumah tangga adalah seorang ibu. Kenapa seorang ibu?? Kita lihat tugas ibu kita dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari bangun tidur. Ibu kita yang pertama bangun di pagi hari kemudian masak,mencuci baju dan piring. Dan sering kali ibu yang membangunkan anggota keluarga yang lainnya. Kemudian ibu juga bekerja di siang harinya, sepulang dari kerja masih membersihkan rumah, menyetrika dan tugas-tugas rumah lainya yang menunggu untuk diselesaikan. Mohon maaf, kebanyakan yang saya jumpai sang ayah hanya mencari nafkah dan jarang mau membantu tugas untuk mengurusi rumah seperti mencuci, menyapu, mengepel lantai terlebih memasak. Padahal tugas sebenarnya membutuhkan tenaga yang cukup banyak untuk menyelesaikannya. Namun lagi-lagi “IBU” yang mengerjakanya. Itulah kenapa saya katakan wanita lebih kuat.
Dalam perasaan wanita juga lebih kuat dalam menahannya dan memendam rasa yang ia miliki. Terlebih rasa cinta terhadap suami dan anak-anaknya. Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya lebih banyak yang memilih untuk menjanda sampai tua dibandingkan dengan lelaki yang ditinggal mati istrinya. Mungkin dalam masyarakat kita sering menjumpai hal tersebut dimana ada janda yang memilih mendampingi anak-anaknya daripada harus menikah lagi.
Dalam kehidupan rumah tangga, istri yang memiliki peran terbesar dalam mengelola rumah tangga. Meskipun sebagai kepala rumah tangga suami menjadi pemimpin, sebenarnya si istrilah yang menjadi penasehat dan memberikan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Bahkan dari cerita diatas istrilah yang memiliki kekuatan untuk menguatkan suami. “orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah”. Dengan kelemahan lembutan yang dimiliki seorang istri ia mampu meredakan amarah sang suami, jadi bisa dikatakan istri lebih kuat dari suami dalam mengendalikan amarah…heheheeee.
Apakah semua wanita seperti itu???
Sayangnya tidak semua wanita seperti itu, apalagi di zaman yang sudah “edan” seperti sekarang. Kita melihat banyak kasus pembuangan bayi yang baru lahir, wanita-wanita pengedar narkoba dan banyak ang terkait dengan aksi kriminalitas. Dari segi penampilan, banyak sekarang remaja yang sudah terpengaruh gaya orang barat, yang paling mudah kita lihat adalah cara mereka berpakaian. Mereka sudah mulai berani menampakkan apa yang seharusnya disimpan. Kalau zaman dahulu seorang gadis memakai celana diatas lutut dia akan malu untuk keluar rumah, tapi sekarang sudah menjadi kebalikannya. Mereka akan malu jika keluar rumah tidak menggunakan pakaian diatas lutut. Dari surve terakhir abg yang melakukan sex pranikah “kumpul kebo” meningkat 300 persen. Kenyataan yang menggambarkan bobroknya sebuah negara, karena wanita merupakan tiang negara.
Lalu bagaimanakah seorang wanita yang ideal? Tentunya landasan utama adalah agama. Siapapun ia selama berpegang kepada Islam sudah dipastikan ia adalah wanita yang menjadi perhiasan dunia. Siapapun dia selama berlandaskan hukum islam dia adalah wanita sholihah. Sedap ketika dipandang dan tenang ketika ditinggalkan. Begitu banyak tokoh-tokoh dunia yang lahir dari seorang ibu yang sangat luar biasa. Nabi Isa dilahirkan oleh seorang Siti Maryam yang berakhlak mulia, Nabi Musa dilahirkan dari ibu (Yukabat) yang penuh dengan kasih sayang walaupun harus menghanyutkan beliau di sungai nil. Hal itu dilakukan demi keselamatan nabi Musa AS. Ibu Nabi Sulaiman (Siti Hajar) yang dengan keimanannya merelakan anak yang sangat dicintai untuk disembelih Nabi Ibrahim demi mendapatkan ridho Allah. Einstein seorang tokoh ilmuwan yang sanga terkenal berkat keikhlasan ibunya dalam mendampinginya belajar. Seorang ibulah yang menjadi kunci sukses seorang Thomas Alfa Edison sehingga berhasil menemukan lampu yang menerangi dunia.
Ada istilah wanita adalah tiang negara, maksudnya adalah jika wanita di sebuah negara berakhlak mulia pasti negara tersebut adalah negara yang beradab. Mari kita ringankan beban berat ibu dan istri kita walaupun kita tahu mereka tidak pernah mengeluh. Karena hal itulah salah satu cara kita untuk menghormati, menghargai dan menunjukan rasa cinta kepadannya.
....terinspirasi dari kesalahan penulis yang menyebabkan si isteri menangis...
No comments:
Post a Comment