Wednesday, February 29, 2012

Nak..sholat yuk!!! (Alhamdulillah, Anakku Rajin Sholat)

sholat yuk...!!!
Di suatu sekolah Islam, ada seorang guru kelas 6 yang membuat kesepakatan dengan anak didiknya. Kesepakatanya adalah siapa yang tidak sholat lima waktu maka keesokan harinya ia harus mengganti sholat yang ditinggalkannya. Jika masih terulang lagi di hari berikutnya ia mengulang lagi sholat yang ditingalkannya sampai ada kesempatan ke 3. Ketika anak mengulangi untuk ke empat kalinya selain harus mengulangi sholat di masjid, si anak juga akan meminta nasehat kepada guru yang bertugas di bagian Diniyah.
Tibalah kesempatan hari pertama, di pagi hari sang guru bertanya kepada muridnya...”Bapak berharap kalian menjawab dengan jujur, siapa kemarin yang tidak mengerjakan sholat lima waktu???”. Anak-anak yang merasa tidak mengerjakan sholat dengan menunjukan jarinya keatas sambil berkata “Saya tidak sholat lima waktu Pak!!”. Ada separuh lebih anak yang tidak mengerjakan sholat lima waktu. Akhirnya mereka menuju ke masjid dan mengulang sholat yang belum dia kerjakan. Setelah selesai pak Guru menanyai mereka satu persatu kenapa tidak sholat. Berbagai alasan di katakan anak-anak tersebut. “Apakah bapak dan ibu kalian tidak mengingatkan untuk sholat??”. Sebagian besar dari mereka menjawab “tidak”.
Dari cerita diatas dapat diambil pelajaran, walaupun anak kelas 6 yang berada di lingkungan sekolah Islam ternyata belum memiliki kesadaran untuk mengerjakan sholat. Pelajaran selanjutnya untuk orang tua bahwa si anak perlu adanya motivasi untuk mencintai sholat. Orang tua tidak bisa lepas tangan untuk mnegeajarkan anak-anaknya untuk mencintai sholat.
Kita kaitkan cerita diatas dengan bedah buku yang kami ikuti beberpa waktu yang lalu....bedah buku yang berjudul “Alhamdulillah, Anakku Rajin Sholat” pada hari Ahad, 24 Juli 2011 di Gedung Sukowati, Sragen. Buku tersebut menguraikan banyak hal tentang bagaimana  cara menjadikan anak rajin dalam beribadah sholat.
Pertanyaan pertama adalah kenapa kita wajib melatih anak agar mencintai dan hobi sholat???. Pertanyaan awal ini untuk mencari tujuan dan manfaat kita sebagai orang tua harus mengajarkan si anak agar rajin sholat.
Pertama, kita semua tahu bahwa SHOLAT ADALAH PERINTAH ALLOH SWT.
Kita semua tahu bahwa sholat adalah perintah Alloh yang telah tercantum dalam ayat suci Al-Qur’an.
Firman Alloh dalam Q.S Toha ayat 132 yang artinya :”dan perintahkanlah kepada keluargamu melaksanakan sholat dan bersabarlah kamu dalm mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu....”.
Kedua, Rosululloh juga telah memerintahkan untuk sholat. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud;495 yang artinya “perintahkan anakmu untuk mengerjakan sholat saat ia berumur tujuh tahun, dan pukullah saat sudah beranjak sepuluh tahun
Ketiga, sebagai bentuk pertanggung jawaban orang tua kepada Alloh SWT. Karena anak merupakan amanah dari Alloh SWT. Sebagai orang tua tentunya memiliki cita-cita agar anak mereka menjadi anak yang soleh. Jadi anak merupakan asuhan dari orang tua. Selain itu juga akan mengeluarkan anak kita dari lingkung kekafiran dan kemunafikan. Khawatir anak kita tertimpa musibah (dunia akhirat)
Keempat, sholat merupakan hubungan antara hamba dengan Rabb nya.

Hendaknya para orang tua mendahulukan Targhib (dorongan) daripada Tarhib (ancaman).
Mengapa demikian???. pertama, karena Alloh telah menjelaskan dalam Q.S. An-Nahl ayat 125 yang artinya “serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik....”. Kenapa harus dengan dorongan??sebab, tujuan utama kita adalah menjadikan mereka gemar untuk melaksanakan sholat. Jika kita menyuruh anak untuk sholat dengan menancamnya, bisa jadi mereka akan membenci bahkan enggan mengerjakan sholat. Namun, jika mereka sudah mencintai sholat maka mereka tidak akan pernah meninggalkan sholat sepanjang hidupnya.
Targhib akan mampu menyalurkan kasih sayang dari orang tua kepada si anak. Si anak akan mereasa mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua mereka. Maka dari itu , mari kita jadikan sifat kasih sayang dan lemah lembut sebagai syiar dalam mengemban amanah yang mulia ini.
Sedangkan ancaman hanya akan mebuat jarak anak dan orang tua semakin jauh bahkan dapat mengakibatkan anak menjadi takut kepada orang tua. Apabila mereka mengerjakan sholat karena takut kepada orang tua akibatnya mereka akan mengerjakan sholat saat orang tua berada disampingnya. Hal ini dapat berdampak dengan menghilangya ketakwaan dan rasa takut kepada Alloh baik secara sembunyi maupun tereang-terangan. Selain itu, tarhib (ancaman) juga dapat mengajarkan anak untuk mencari jalan lain yang mereka sukai walaupun hal itu merupakan sesuatu yang dilarang.
            Apa yang harus kita lakukan?
  • Melatih anak sejak dini
  • Perhatian yang lebih pada si sulung , karena adik-adiknya akan berusaha meniru kakaknya
  • Selalu mengharap ridho dan pahala Allah
  • Bersabar
  • Berdoa
  • Tidak mudah menyerah dan putus asa

Bagaimana cara mendidik anak agar gemar mengerjakan sholat??
Sejak awal yang perlu disepakati adalah membuat “kesepakatan” antara orang tua dengan anak. Kesepakatan meliputi konsekwensi yang akan di dapatkan ketika si anak meninggalkan sholat. Kesepakatan yang tidka kalah penting adalah antara bapak dan ibu, jika tidak hal itu akan menjadi sia-sia. Sebagai contoh, pada suatu kesempatan ketika si ibu memberikan hukuman kepada anaknya karena kesalahan, tiba-tiba sang ayah datang dan memberikan keringanan kepada si anak yang dapat memuaskan hatinya. Ada jenjang usia yang perlu kita ketahui dalam menanamkan kebiasaan sholat kepada anak kita. Setiap usia perlu ada penanganan yang berbeda karena memiliki perbedaan sikap dan psikologis juga.
Periode pertama, masa kanak-kanak awal (umur 3-5 tahun)
Tahun ketiga merupakan tahun kebebasan anak untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Oleh sebab itu orang tua perlu memberikan dorongan dan semangat ke anak. Kesalahan yang sering dilakukan orang tua adalah melarang anaknya yang hendak ikut ke Masjid orang tuanya. Biarkan mereka bergerak bebas menyalurkan keinginannya.  Kita tidak perlu bersikap keras atas apa yang mereka lakukan, justru kita dapat memulai mengajari mereka untuk membaca surat-surat pendek seperti Al Fatihah, An Nass, Al Falaq dan Al Ikhlas.
Periode kedua, masa kanak-kanak pertengahan (antara 5-7 tahun)
Pada periode ini kita dapat menyampaikan pesan pesan ringkas dengan kata-kata halus dan lembut kepada anak. Ceritakan tentang kenikmatan yang diberikan oleh Alloh, berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, juga tentang kecintaan dan kasih sayang Alloh kepada hambanya yang beriman dan mengerjakan amal sholeh termasuk sholat. Pada saat ini anak membutuhkan adanya figur teladan yang tampak di depan mata. Maka hendaknya orang tua menjadi figur yang di tiru oleh anak. Apa yang mereka lihat akan mereka tirukan, maka orang tua perlu memperlihatkan anak nya bagaimana sholat yang baik dan benar. Perlu diperhatikan pula, orang tua seyogyannya menghindari menegur anak dengan caara yang kasar ataupun dengan nada yang keras.
            Periode ketiga (7-10)
Sebagai orang tua hendaknya membimbing anak dengan penuh kasih sayang, perhatian, memberikan pemahaman dan tentu didasari dengan kebijaksanaan sebagai orang tua. Hindari pertanyaan langsung, sebaiknya mengingatkan mereka dengan kata “kita” bukan menanyakan yang cenderung menghakimi. Karena menanayakan cenderung menggunakan kata “kamu”.  Dalam umur 10 tahun kita sudah diperbolehkan untuk memukul anak kita seperti dalam hadits nabi yang artinya , Ajarilah anak-anak kalian sholat pada usia 7 tahun, dan  pukullah mereka karena meninggalkannya pada usia 10 tahun.”(Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, 4.026). Tentunya memukul dengan penuh kasih sayang dan tidak menyakiti mereka, karena mereka akan merasa dibenci ketika kita memukul dengan kasar kepada mereka.
Periode keempat  yaitu masa puberitaas
Anak pada periode ini cenderung membangkang, menentang dan sulit untuk diatur. Bagaimana cara kita untuk mengatasi hal ini? Langkah awal kita mencoba memahami karakter mereka baik secara psikologis maupun secara fisik. Disaat kita sudah berhasil memahami karakter mereka dengan mudah kita akan menuntut mereka dan menciptakan mereka seperti yang kita minta. Ada kata-kata motivasi dalam mendidik anak, “masuki dunia mereka dana antarkan dunia kita kepada mereka”. Di periode ini yang lebih penting dan harus kita lakukan adalah memberikan keteladanan kepada mereka untuk membiasakan sholat dan menjelaskan kepada mereka tentang manfaat sholat baik sholat fardhu maupun sholat sunah seperti sholat dhuha, tahajud dan sholat sunah yang lainnya.
Yang terakhir dan terpenting yang tidak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan adalah BERDOA KEPADA ALLAH SWT, memohon keistiqomahan untuk selalu menlaksanakan sholat lima waktu untuk diri kita sendiri dan anak-anak kita.

Tuesday, February 28, 2012

Kekuatan Seorang Istri


kerja keras
Terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anaknya yang masih bayi dan seorang keponakan yang pendiam. Suatu hari si ayah marah-marah kepada keponakannya yang kebetulan si istri mendengar teriakan suaminya yang sedang memarahi keponakannya, setelah selesai dia kemudian ke belakang rumah. Tiba-tiba istrinya menyusul sambil menggendong anaknya yang masih balita dan menangis berkata,  “abi, lia nangis lho bi…abi harus minta maaf kepada lia”. Si ayah kemudian nampak menyesali perbuatannya, bukan karena ia memarahi keponakannya tapi karena ia melihat istrinya yang menangis karena perbuatanya. Sejak saat itu si ayah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, sebagai penyesalan ia kemudian meminta maaf kepada keponakannya.
Kasus yang lain ada seorang ayah bersama denngan istri dana anaknya sedang bertamasya ke salah satu tempat wisata alam di kotanya. Disaat mereka menikmati pemandangan alam sekitar, lewat seorang pemuda yang tidak punya sopan santun di depan mereka sambil berteriak-teriak. Si suami terpancing emosinya dan hendak berantem dengan  si pemuda yang kurang sopan tadi. Dengan lembut kemudian si istri menggapai tangan suaminya dan menenangkan hatinya. Dia membisikan kata-kata yang bisa meredakan amarah sang suami, “Udah lah bi, kasihan anak kita kalau abi sampai berantem di sini. Nggak baik kalau di contoh anak kita.” Seketika itu juga si suami reda amarahnya karena bisikan lembut si istri.
Cerita diatas hanya sepenggal kisah yang tentang andil seorang wanita terutama istri kepada suaminya. Mungkin kita pernah menjumpai seorang berandalan namun bisa di kontrol emosinya oleh si istri. Atau seorang yang tempramental, pemabuk, penjudi bahkan pembunuh sekalipun akan mampu di redakan oleh kelembutan hati seorang wanita entah itu ibunya, istrinya atau mungkin anak perempuananya.
Saya sempat membaca kisah pembunuh bernama Suud Rusli yang membunuh seorang pengusaha dan menjadi buronan aparat di seluruh Indonesia. Dia tertangkap dan tertembak pada bagian tubuhnya, sebelum meninggal di menelepon ibunnya untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuatnya. Menjelang kematiannya yang diingat adalah ibunya, mungkin ia teringat akan kasih sayang dan kelembutan yang diberikan oleh ibunya.
Kalau kita mau jujur, sebenarnya orang yang paling kuat di dalam sebuah rumah tangga adalah seorang ibu. Kenapa seorang ibu?? Kita lihat tugas ibu kita dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari bangun tidur. Ibu kita yang pertama bangun di pagi hari kemudian masak,mencuci baju dan piring. Dan sering kali ibu yang membangunkan anggota keluarga yang lainnya. Kemudian ibu juga bekerja di siang harinya, sepulang dari kerja masih membersihkan rumah, menyetrika dan tugas-tugas rumah lainya yang menunggu untuk diselesaikan. Mohon maaf, kebanyakan yang saya jumpai sang ayah hanya mencari nafkah dan jarang mau membantu tugas untuk mengurusi rumah seperti mencuci, menyapu, mengepel lantai terlebih memasak. Padahal tugas sebenarnya membutuhkan tenaga yang cukup banyak untuk menyelesaikannya. Namun lagi-lagi “IBU” yang mengerjakanya. Itulah kenapa saya katakan wanita lebih kuat.
                Dalam perasaan wanita juga lebih kuat dalam menahannya dan memendam rasa yang ia miliki. Terlebih rasa cinta terhadap suami dan anak-anaknya. Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya lebih banyak yang memilih untuk menjanda sampai tua dibandingkan dengan lelaki yang ditinggal mati istrinya. Mungkin dalam masyarakat kita sering menjumpai hal tersebut dimana ada janda yang memilih mendampingi anak-anaknya daripada harus menikah lagi.
                Dalam kehidupan rumah tangga, istri yang memiliki peran terbesar dalam mengelola rumah tangga. Meskipun sebagai kepala rumah tangga suami menjadi pemimpin, sebenarnya si istrilah yang menjadi penasehat dan memberikan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Bahkan dari cerita diatas istrilah yang memiliki kekuatan untuk menguatkan suami. “orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah”. Dengan kelemahan lembutan yang dimiliki seorang istri ia mampu meredakan amarah sang suami, jadi bisa dikatakan istri lebih kuat dari suami dalam mengendalikan amarah…heheheeee.
Apakah semua wanita seperti itu???
Sayangnya tidak semua wanita seperti itu, apalagi di zaman yang sudah “edan” seperti sekarang.  Kita melihat banyak kasus pembuangan bayi yang baru lahir, wanita-wanita pengedar narkoba dan banyak ang terkait dengan aksi kriminalitas. Dari segi penampilan, banyak sekarang remaja yang sudah terpengaruh gaya orang barat, yang paling mudah kita lihat adalah cara mereka berpakaian. Mereka sudah mulai berani menampakkan apa yang seharusnya disimpan. Kalau zaman dahulu seorang gadis memakai celana diatas lutut dia akan malu untuk keluar rumah, tapi sekarang sudah menjadi kebalikannya. Mereka akan malu jika keluar rumah tidak menggunakan pakaian diatas lutut. Dari surve terakhir abg yang melakukan sex pranikah “kumpul kebo” meningkat 300 persen. Kenyataan yang menggambarkan bobroknya sebuah negara, karena wanita merupakan tiang negara.
Lalu bagaimanakah seorang wanita yang ideal? Tentunya landasan utama adalah agama. Siapapun ia selama berpegang kepada Islam sudah dipastikan ia adalah wanita yang menjadi perhiasan dunia. Siapapun dia selama berlandaskan hukum islam dia adalah wanita sholihah. Sedap ketika dipandang dan tenang ketika ditinggalkan. Begitu banyak tokoh-tokoh dunia yang lahir dari seorang ibu yang sangat luar biasa. Nabi Isa dilahirkan oleh seorang Siti Maryam yang berakhlak mulia, Nabi Musa dilahirkan dari ibu (Yukabat) yang penuh dengan kasih sayang walaupun harus menghanyutkan beliau di sungai nil. Hal itu dilakukan demi keselamatan nabi Musa AS. Ibu Nabi Sulaiman (Siti Hajar) yang dengan keimanannya merelakan anak yang sangat dicintai untuk disembelih Nabi Ibrahim demi mendapatkan ridho Allah. Einstein seorang tokoh ilmuwan yang sanga terkenal berkat keikhlasan ibunya dalam mendampinginya belajar. Seorang ibulah yang menjadi kunci sukses seorang Thomas Alfa Edison sehingga berhasil menemukan lampu yang menerangi dunia.
 Ada istilah wanita adalah tiang negara, maksudnya adalah jika wanita di sebuah negara berakhlak mulia pasti negara tersebut adalah negara yang beradab. Mari kita ringankan beban berat ibu dan istri kita walaupun kita tahu mereka tidak pernah mengeluh. Karena hal itulah salah satu cara kita untuk menghormati, menghargai dan menunjukan rasa cinta kepadannya. 
....terinspirasi dari kesalahan penulis yang menyebabkan si isteri menangis...

Saturday, February 25, 2012

jujur..tidak...jujur...tidak...jujur...????

jujur...???

Di sebuah hutan ada keluarga tupai dan burung hantu yang bertetangga. Keluarga tersebut sama-sama memiliki anak yang seumuran. Mereka bersekolah di tempat yang sama. Anak si burung hantu bernama Burhan, sedangkan si tupai bernama Tuping. Mereka adalah teman yang sangat akrab dan sering bermain bersama. Keduanya memiliki kemampuan akademik yang cukup bagus. Burhan dan Tuping bersekolah di SD Tarzan, sebuah sekolah yang bagus di hutan itu. Mereka di kenal sebagai anak yang pintar di sekolah tersebut, silih berganti mereka mendapatkan ranking pertama.
Singkat cerita tibalah ujian akhir sekolah sebagai ujian terakhir untuk kelulusan mereka di jenjang SD. Pihak sekolah mengumumkan akan memberikan hadiah untuk anak yang mendapatkan nilai tertinggi di saat ujian akhir. Semua anak bersemangat dan belajar lebih rajin, tidak ketinggalan si Burhan dan si Tuping. Mereka berdua juga belajar dengan sungguh-sungguh. Munculah niat jahat si Tuping yang pengin mengalahkan si Burhan yang memang saingan terberatnya. Ia melakukan banyak cara yang tidak fair dalam memenangkan pertandingan terakhir di SD Tarzan. Ia mulai melupakan nilai-nilai kejujuran yang selalu di terapkan dalam lingkungan sekolahnya. Ia hanya memikirkan cara curang untuk menghadapi ujian tersebut. Si Tuping punya gengsi besar dan akan merasa malu jika ia di kalahkan oleh Burhan. Ia mulai mencari jawaban soal yang akan digunakan untuk ujian akhir. Dan siap membuat contekan untuk hari saat ujian berlangsung. Cara belajarnya pun kurang maksimal seperti biasanya.
Namun berbeda dengan si Burhan, walaupun dia juga berharap mampu memenangkan hadiah dari sekolah namun ia tidak mau berbuat curang dan tidak jujur dalam meraih juara. Si Burhan melalui proses yang cukkup bagus dengan belajar semaksimal mungkin, tentunya ia juga tidak lupa untuk berdo’a kepada Tuhan.
Hari yang ditunggu oleh siswa SD Tarzan akhirnya datang juga. Mereka bertempur untuk mengerjakan soal-soal ujian akhir. Sebelum di mulai pengawas membacakan aturan yang harauas dipatuhi oleh peserta ujian, diantaranya tidak boleh menerima atau memberi jawaban kepada peserta ujian yang lain. Selain itu juga tidak diperkenankan membawa catatan dalam bentuk apapun. Semua peserta mengerjakan dengan tenang dan nampak serius, tak terkecuali Burhan dan Tuping. Setelah beberapa waktu si Tuping mulai melakukan rencananya untuk membuka contekan yang telah dibuatnya di rumah. Sambil tengak tengok ia mulai membuka contekan yang telah dibuatnya tanpa sepengetahuan pengawas. Tuping selalu melakukan hal itu selama ujian dan selalu berhasil tanpa sepengetahuan pengawas.
Setelah beberapa minggu menunggu hasil ujian, akhirnya anak-anak siap untuk mendengarkan hasil ujian yang telah dilaksanakan. Mereka di kumpulkan di aula sekolah untuk mengetahui hasil ujian. Yang akan mengumumkan hasil adalah kepala sekolah. Sebelum membacakan hasil ujian dan siapa yang akan mendeapatkan hadiah, sang kepala sekolah memberikan sambutan dan selamat kepada anak didiknya yang tealh melakukan ujian akhir sekolah dengan jujur dan sukses. Tibalah saat yang ditunggu, saatnya kepala sekolah mengumumkan juaara pertama dan berhrak mendapatkan hadiah dari sekolah. Kepala sekolah kemudian berkata, ”Saya ucapkan kepada ananda yang mendapatkan juara pertama, siapakah dia??? Juara pertama adalah siiiii Tuuuuping!!!!”. ”Sekarang tiba untuk juara kedua, juara ke dua diraih oleh, Siiiii Burhaaannnn!!!” lanjut kepala sekolah. Seluruh isi ruangan memberikan tepuk tangan dan selamat kepada mereka. Keduanya nampak sangat puas dan bahagia mendapatkan gelar tersebut. Tuping menyampaikan dia sangat puas karena mampu mendapatkan nilai tertinggi dan mendapatkan hadiah. Sedangkan si Burhan mengatakan kepuasan dan kebahagiaanya di karenakan dia telah berusaha semaksimal mungkin dan melalui proses secara bertahap dan jujur  walupun akhirnya hanya mendapatkan peringkat kedua.
Dari kasus diatas antara Tuping dan Burhan sama-sama mendapatakan kepuasan dan kebahagiaan. Namun, mereka memiliki standar yang berbeda untuk mendapatkan kepuasan tersebut. Tuping hanya berorientasi pada hasil semata tanpa memperhatikan proses yang seharusnya ia lakukkan, bahkan ia mengesampingkan nilai-nilai kejujuran yang sudah di terapkan dalam sekolahnya belajar. Sedangkan si Burhan memiliki standar kepuasan terhadap proses yang ia jalani dan tetap memperhatikan nilai kejujuran yang sudah ditanamkan di sekolah.
Kejujuran nampaknya sudah menjadi barang yang langka dalam era sekarang ini. Namun sudah muncul beberapa sekolah yang mulai memperhatikan masalah tersebut dengan memunculkan pendidikan yang bekarakter dalam kurikulumnya. Penerapan nilai kejujuran memang sangat penting untuk kehidupan dunia akhirat...hehehe. Kita sebagai orang tua mestinya menanamkan nilai kejujuran dengan memberikan teladan terkait dengan kejujuran. Mungkin ada beberapa orang tua yang menyuruh anaknya untuk berbuat jujur namun tindakan mereka mencerminkan sebuah ketidak jujuran. Sebagai contoh ketika anak berbuat jujur orag tua akan memberikan hadiah, namun ketika si anak telah berbuat jujur orang tua justru menunda atu mungkin tidak memberikan hadiah kepadanya. Hal ini dapat membentuk frame berfikir dalam diri anak bahwa berbohong di bolehkan walaupun orang tua menganggap angin lalu peristiwa itu. Kita perlu mengingat kembali bahwa anak-anak memiliki memori yang cukup kuat untuk mengingat dan meniru apa yang ia lihat.
Ada sebuah sekolah yang mencoba menerapkan nilai-nilai kejujuran dalam setiap kegiatanya, mulai dari hal kecil seperti berbicara dengan orang lain maupun saat ditanya oleh guru tentang segala sesuatu. Penereapan kejujuran juga dalam hal-hal yang penting seperti saat mengerjakan Ulangan, UTS, UAS maupun ujian kelulusan. Sekolah menekankan bahwa biarkan sekolah lain menjadi juara tetapi yang terpenting kita melakukan proses dengan jujur. Ketika kita berbuat jujur sesungguhnya kitalah juaranya!!!. Namun ketika sekolah dihadapkan pada proses penilain dari pihak yang berwenang mereka mulai mempersiapkan semua komponen yang akan dinilai. Mulai dari komponen kepala sekolah, pembiayaan, guru, siswa dan sarana prasarana selama lima tahun terakhir. Setelah di cek komponen-komponen tersebut  ternyata banyak komponen yang belum lengkap perangkatnya mulai dari administrasi dan lain sebagainya, terutama untuk tahun-tahun yang lalu. Disaat inilah kejujuran yang menjadi andalan sekolah tersebut di uji, akankah ia mendompleng (memalsu) administrasi yang tahun lalu demi mendapatkan nilai yang memuaskan saat penilain?karena terlanjur menjadi sekolah yang favorit di daerahnya. Atau mereka memberikan apa adanya tanpa harus bermain curang walaupun akan mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan harapan??
”JUARA BUKANLAH SEGALA-GALANYA, AKHLAK MULIA ITU YANG UTAMA”, slogan di salah satu sekolah yang mungkin membuat kita sedikit berfikir atau mungkin mengerutkan dahi. Sekolah yang lebih menitik beratkan kepada pembentukan akhlak dan karakter dalam pendidikannya. Bukan juara secara akademik yang ingin mereka berikan kepada anak didik mereka, tetapi lebih kepada pembentukan akhlak.
Kenapa kita perlu memberikan pendidikan karakter dan akhlak kepada anak didik??
Ingatlah kawan ”pendidikan karakter dan akhlakul karimah adalah orientasi untuk dunia dan akhirat”

terima kasih nak, kau telah mengajariku cara memprovokasi..!!


cita-cita anak
Apa yang anda fikirkan tentang anak yang secra akademik terlambat? Apa pula yang anda pikirkan tentang anak yang nakal dan suka berbuat ulah? Bagaimana juga ketika bertemu dengan anak-anak yang secara akademik kurang dan tingkah lakunnya agak nakal? Dalam realita banyak guru yang enggan mengajari mereka, paling tidak malas lah ketika bertemu dengan mereka. Bahkan banyak temen-temen guru yang mengeluh ketika harus menjadi wali kelas anak-anak yang memiliki “kelebihan khusus” macam mereka. Kalau boleh dikatakan “kelebihan khusus” yang mereka miliki tertutupi dengan kenakalan dan kurangnya nilai secara akademik.
Menurut saya bagaimanapun mereka, nggak peduli bodoh secara akademik maupun kurang terpuji tingkah lakunya. Mereka tetap memiliki “kelebihan khusus” yang mungkin akan bermanfaat untuk mereka sendiri di hari nanti atau justru akan memberikan manfaat bagi orang lain. Kalau kita mau jujur, banyak metode mengajar dan teori-teori yang lain tercipta dari anak-anak yang nakal, bandel, badung, agak bodoh dan mungkin anak yang hiperaktif. Mohon maaf, sebenarnya mereka memberikan andil yang cukup besar dalam dunia pendidikan dibanding dengan anak yang pinter secara akademik dalam dunia pendidikan.
                Ada pengalaman pribadi yang diberikan oleh anak-anak yang hebat kepadaku. Dalam sebuah sekolah islam tempat saya mengajar, saya menemui anak-anak yang spesial tersebut. Boleh dikatakan mereka anak yang cukup nakal dan agak telat secara akademik. Ada program dari sekolah untuk membina mereka dengan program camp mandiri  di Tawang Mangu. Mulai dari keberangkatan mereka sudah dilatih untuk mandiri, mereka diharuskan berangkat dengan naik bis umum bersama kelompok yang sudah ditunjuk tanpa di dampingi oleh guru. Sampai di Tawang Mangu mereka juga dilatih untuk berbisnis dengan menjual susu kedelai di lingkungan pasar Tawang Mangu. Anak-anak yang mungkin di pandang sebelah mata oleh teman dan guru mereka, nampaknya sangat menikmati kegiatan tersebut. Mereka juga diajarkan untuk memasakk sendiri agar memiliki life skill dalam kehidupan sehari-hari.
                Dalam kegiatan tersebut saya ditunjuk untuk memberi motivasi di malam harinya. Pengalaman pertama untuk ku, terima kasih ku ucapkan kepada sang penunjuk “ustadzah Ani”. Dengan begitu aku harus mengasah otak dan mencari inspirasi untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak hebat. Saya mulai dengan membuat materi yang ingin saya sampaikan kepada mereka dengan belajar power point. Mulai dari membuat slide dengan menampilkan gambar, video dan kata-kata yang bisa memprovokasi mereka menjadi lebih baikdari sebelumnya. Saya mencoba mencari 
Show time…!!!!. Waktunya untuk provokasi…hehehe. Saya memanggil mereka dengan sebutan anak hebat, kemudian saya menanyakan kenapa mereka berada di camp ini. Mereka dicamp kan karena mereka anak istimewa, hebat, dan anak terpilih. Saya mencoba menyentuh perasaan mereka dengan bertanya siapa yang paling berjasa dalam hidup mereka? Dia adalah orang tua kita. Saya sentuh lagi dengan bercerita tentang pengorbanan seorang ibu. Kemudian saya putarkan video tentang pengorbanan seorang ibu, disaat itulah mereka menangis terisak-isak baik laki-laki maupun perempuan.
Setelah hatinya tersentuh saya masuk kepada hal buruk yang mereka lakukan kepada orang tua dan  apa yang ingin mereka lakukan untuk membahagiakan orang tua. Saya bagikan angket kepada mereka tentang hal tersebut diatas untuk di ketahui orang tua. Karena saya beranggapan antara sekolah dan rumah (orang tua) harus nyambung. Pengalaman yang pertama menjadi provokator, semoga suatu saat nanati saya bisa menjadi seorang motivator. Minimal motivator untuk anak didik saya dan tentunya untuk anak-anaku (“hamzah” dan adik-adiknya kelak).
Terima kasih untuk anak-anak yang dianggap bermasalah secara akademik dan tingkah laku. Bagiku kalian semua mempunyai potensi yang tidak dimiliki oleh anak-anak dianggap pintar dan manut. Tenanglah
Nak, dalam kehidupan nyata kalian tidak akan disuruh untuk mengisi titik-titik dan menjawab soal atau mengisi lembar jawab seperti di sekolah. Pengalaman kalian di camp akan sangat berguna untuk kehidupan yang akan kalian hadapi. Minimal dapat kalian ceritakan kepada teman, keluarga bahkan sampai anak cucumu kelak…hehehe.
Terima kasih untuk yang kesekian kalinya buat anak-anak penghuni kelas 4c dan 5a di sekolah Islam di sragen. Kalian semua telah menginspirasiku.


Thursday, February 23, 2012

hamzah 10 minggu 'n umi_nya 

Pasangan yang telah  menikah tentunya mengharapkan kedatangan buah hati sebagai tanda cinta mereka. Tetapi hal ini berkebalikan dengan orang yang belum menikah tapi sudah mengandung seorang baby, pastinya rasa malu akan merasuki jiwanya dengan catatan ia masih punya rasa malu. Alhamdulillah setelah kurang lebih 18 bulan saya menikah akhirnya Alloh mengijinkan istri saya untuk mengandung benih cinta kami berdua. Walaupun pada kandungan pertama tersebut mengalami keguguran. Untuk kedua kalinya kami dianugerahi amanah oleh Alloh, istri telah hamil 17 minggu
Suatu hari senin tertanggal 27 di bulan Juni tahun 2011, saya antar istri untuk cek di dokter kandungan. Kami merasa perlu sering cek ke dokter spesialis untuk mengetahui keadaan janin dalam perut istri saya. Entah kenapa ketika sampai di rumah sakit kami merasa dag dig dug. Ada kecemasan yang mendalam dalam diri kami karena teringat akan kejadian beberapa bulan yang lalu dimana kami harus kehilangan janin yang terkandungan oleh istri. Tibalah nama istri saya dipanggil, kami masuk ke ruang praktek si dokter. Istri di periksa dan di USG oleh si dokter, nampak dalam monitor USG ada gerakan sedikit dan masih samar. Alhamdulillah ternyata itu adalah janin yang dikandung dalam perut istri saya dan dalam keadaan sehat. Ditujnjukan oleh dokter bagian organnya mulai dari kepala, kedua kaki dan tangannya. Dokter tesebut mengatakan bahwa keadaan janin tersebut sehat dan tidak ada gangguan sedikitpun. Dokter kemudian memperlihatkan detal jantung si janin, yang lebih membuat bahagia dan terharu adalah saat detak jantung tersebut diperdengarkan lewat semacam mic. Sehingga kami mampu mendengar dengan jelas suara detak jantung janin.
Perkembangan Jasmani dan Rohani
Untuk perkembangan secara jasmani kami mengupayakan makanan yang sehat dan makanan pendukung untuk kesehatan si janin baik berupa sayur, buah dan suplemen.Istri saya rutin meminum madu, sari kurma dan susu untuk menambah asupan gizi  janin yang dikandung. Namun ada yang lebih penting dan mungkin banyak yang melupakan tentang kebutuhab psikis/rohani si janin. Pada dasarnya kalau boleh saya katakan pendidikan manusia pertama kali adalah ketika kita berada di dalam kandungan ibu. Apa yang ibu rasakan mendapatkan respon dari janin. Ketika ibu marah janin juga dapat meresponnya, disaat gembira janin pun mampu untuk merasakannya.
Kami mencoba untuk menjaga janin dalam kandungan istri, baik fisik maupun psikisnya sejak dalam kandungan. Dari beberapa hal yang pernah kami temukan baik melalui buku maupun nasehat orang tua dan teman-teman kami. Kami menyimpulkan beberapa hal yang harus kami lakukan dan kami cegah selama kehamilan antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Bersikaplah Sabar Dan Tidak Mudah Marah.
Orang yang sedang hamil biasanya mempunyai perasaan yang cukup sensitive. Mungkin itu pengakuan dari ibu-ibu yang pernah hamil atau sedang hamil. Dilihat dari kesehatan orang yang sedang marah mengeluarkan energi yang cukup besar. Kita pasti sering mendapatkan nasehat untuk bersabar dalam menghadapi segala sesuatu, namun harus kita akui dalam keadaan tertentu kata sabar tersebut memang sulit untuk dilakukan. Ingatlah satu buah perkataan Alloh sesungguhnya Alloh bersama orang yang sabar. Ketika kita tidak mampu untuk bersabar yang muncul adalah amarah yang tak terkendali. Antara bersabar dan menahan marah memang memiliki bobot yang sama berat dalam melaksanakannya. Sampai ada sebuah hadits yang mengatakan “janganlah marah dan bagimu surga”. Dalam keluarga idealnya harus ada yang saling melengkapi. Ketika si istri sedang marah, sang suami dibutuhkan untuk meredakannya. Begitupun sebaliknya ketika sang suami yang sedang marah.
  
  1. Berdzikir Kepada Alloh
Mengingat selalu kepada Alloh merupakan langkah untuk mendidik anak kita yang masih ada dalam kandungan si ibu. Ketika anak sudah berusia sekitar 5 bulan maka anak sudah dapat merasakan apa yang ibu lakukan dan perasaan dari orang tuanya. Selain kita mendapatkan pahala dari memperbanyak dzikir, anak yang masih dalam kandungan juga akan mendapatkan pendidikan pertamanya tentang berdzikir kepada Alloh.

  1. Melakukan Ibadah Sunah Dan Sholat Lail
Ibadah sunah merupakan ibadah penunjang untuk kita selain ibadah yang fardlu/wajib. Dikarenakan kita tidak tau apakah ibadah kita diterima oleh Alloh maka perlu kita menambah dengan amalan-amalan sunah. Seperti sholat malam yang secara medis ternyata juga menyehatkan untuk ibu yang sedang hamil. Pada dasarnya gerakan sholat hamper mirip dengan gerakan senam yang menyehatkan badan kita. Tidak hanya itu saja bahwa rosululloh saw mengabarkan bahwa sepertiga malam merupakan salah satu waktu yang mustajab untuk berdo’a dan memohon ampun kepada Alloh.

  1. Membaca Al-Qur’an
Jika kita membaca Al-Qur’an akan mendapatkan 10 kebaikan dalam setiap hurufnya. Dan alif laam mimm bukanlah satu huruf melainkan Alif 1 huruf, Laam 1 huruf dan Mim 1 huruf jadi alif laam miim akan memberi kita sepuluh kebaikan. Sekarang secara matematik kita tinggal mengalikan berapa banyak huruf yang mampu kit abaca dalam satu kesempatan membaca Al-Qur’an.
Apa dampak terhadap janin yang terkandung di perut ibu? Selain kita mendapatkan pahala dari membaca Al-Qur’an, janin yang sudah mendengarkan akan mampu merespon kalimat dan kata-kata dari Al Qur’an yang merupakan kalam Alloh. Biarkan mereka merespon dengan positif apa yang kit abaca dan perdengarkan kepada mereka.

  1. Banyak Bersodakoh
Bersedekah untuk membersihkan harta yang kita makan dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Anak diciptakan dari sari pati tanah dari kedua orang tuanya. Jadi kita perlu membersihkan harta kita, karena apa yang kita makan  secara tidak langsung akan berdampak kepada janin yang terkandung. Jika benda haram sudah memasuki tubuh kita maka akan terjadi dampak negative yang sangat banyak kepada diri kita dan keluarga kita. Diantaranya do’a yang kita panjatkan kepada Alloh tidak akan terkabulkan, pembentukan akhlak yang sulit, tingkah laku anak yang melenceng dari keislaman.

  1. Uswah Khasanah
Kita lebih mudah menirukan apa yang kita lihat dari pada apa yang kita dengarkan. Selain anak dalam kandungan kita perdengarkan kalimat thoyibah, kita juga harus menjaga akhlak kita baik bapak maupun ibu yang sedang mengandung. Karena bisa jadi mereka mecontoh apa yang sering kita lakukan dalam bergaul dan bermuamalah dengan orang lain. Anak kita diciptakan dalam keadaan suci, namun orang tua dan lingkungan sekitar yang memberikan lukisan dalam hidup mereka. Berilah contoh yang baik kepada mereka dengan cara berbuat dengan amal sholih yang dapat “nyetrum” ke janin yang ada dalam kandungan.
Kita hanya berusaha berbuat terbaik untuk generasi yang masih berupa janin. Kita berusaha memberikan terbaik baik secaara fisik maupun psikisnya. Pesan orang tua yang selalu kami ingat “Ketika Hamil Apa Yang Dilakukan Orang Tuanya Akan Tercermin Dalam Tingkah Laku Anaknya”. Pesan itu yang selalu kami ingat, maka kami berusaha menjaga tingkah laku kami demi investasi dunia akhirat yang sangat menjanjikan. Ada sebuah perkataan motivator “Anak Adalah Investasi Terbesar Untuk Dunia Akhirat”. Mari kita berinvestasi yang pasti hasilnya….!!!!!

Wednesday, February 22, 2012

Belajar dari pengamen (janganlah melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya)

gokil abiss

Beberapa waktu yang lalu rumah kami mengadakan renovasi di pekarangan (memasang paving) biar terlihat lebih sedap dan bersih dipandang. Kami mendatangkan 3 orang tukang untuk mengerjakan renovasi tersebut. Tibalah saat itu istirahat di siang hari “rolasan”. Setelah makan kami pergi ke masjid karena tidak jauh dari rumah kami. Namun ibu sholat di rumah, karena memang waktu dzuhur tidak ada jama’ah perempuan yang pergi ke masjid. Setelah mengambil air wudlu ibu kemudian mengenakan mukena. Terdengar sayup sayup petikan gitar dan lagu dari seorang pengamen yang berada di depan rumah. Dengan mengenakan mukena ibu mengambil uang 500 perak untuk diberikan keapada pengamen. Ditemuilah pengamen itu dengan penampilan yang agak “gaul”. Dia memakai baju ketat berwarna hitam dan celana “pensil cingkrang” tidak ketinggalan memakai topi dan tas pingggang gaya anak muda zaman sekarang. 2 tindik di telinga dan satu di bibir. Tidak lupa membawa gitar tua yang sudah pudar warna catnya.
Ibu kemudian memberikan uang 500 kepada pengamen seraya berkat “ini mas..!!!”. Ternyata si pengamen ramah juga sambil membungkuk dia bilang “terima kasih  ibu..!!”.  “Ibu, HP nya  kok ditinggal di luar nanti diambil orang lho!!”, tambah si pengamen tadi sambil menunjuk sebuah HP yang tergeletak di teras depan. Hp Nokia yang tadi dibuat telp bapak dan lupa tidak dibawa kembali ke dalam rumah. Si ibu kemudian bilang, “terima kasih mas!!” setelah kami pulang dari masjid ibu menceritakan peristiwa tersebut kepada kami.
Walaupun secara kasat mata pengamen tersebut berpenampilan tidak sopan dan ugal-ugalan, ternyata berbalut penampilan itu ada satu watak kejujuran dan kepedulian terhadap sesama. Dalam kehidupan sehari-hari di berbagai media massa, kita disuguhkan betapa banyak orang yang sudah kehilangan rasa kejujuran dan kepedulian terhadap sesama. Berapa banyak pejabat kita yang terjerat kasus penipuan dan memakan hak orang lain?. Saya yakin pembaca semua tahu akan hal itu dan maaf mungkin pernah khilaf dan terjebak dalam keadaan tersebut. Dilihat dari luar mereka tampak seperti orang berwibawa, nampak jujur dan terlihat orang yang sangat peduli dengan sesama.  Ternyata di balik semua itu tersimpan sifat yang sangat bertolak belakang dengan penampilannya.
Bagaimana dengan dunia pendidikan yang menjadi benteng untuk kemajuan suatu bangsa?. Dalam bidang pendidikan, walaupun ada pelajaran yang terkait dengan kejujuran dan kepedulian social akan tetapi dalam kenyataan di lapangan hal itu masih sebatas teori. Justru banyak sekolah yang masih berbuat curang dalam usaha untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan prestasi yang mungkin bagi mereka membanggakan. Tidak peduli bagaimana cara untuk mendapatkan mereka beranggapan itu adalah “HARGA MATI”. Jadi bagaimapun cara harus mendapatkan apa yang diinginkan sekalipun menggunakan cara yang tidak juju.
Saya tidak tahu bagaimana pengamen tersebut bisa memiliki sifat yang bisa dikatakan barang yang langka di zaman sekarang ini. Kita sering disuguhkan dan tertipu dengan penampilan orang yang berada disekitar kita. Mungkin sudah jadi naluri  manusia, melihat sesuatu hanya dari penampilan luar belaka. Akan tetapi perlu sekali ian isinwaktu melihat sesuatu dari dalam dan kita akan dapat mengambil pelajaran dari orang tersebut. Penampilan tidak dapat dijadikan tolak ukur sebagai isi yang tersimpan di dalam dada seseorang.
Petuah orang bijak
“JANGAN LIHAT DUREN DARI KULITNYA,
TAPI LIHATLAH DALAMNYA DAN RASAKAN MANISNYA”

Monday, February 20, 2012

Pasukan Perontok Padi



Nggampung
Musim panen padi telah tiba, para petani mulai menggunakan jasa pemanen padi “orang ngerek” untuk memanen padi di sawah mereka. Kebetulan belakang rumah kami terhampar sawah yang cukup luas, terrdapat beberapa petak sawah yang sudah dipanen oleh pemiliknya. Yang lain menunggu padi menguning baru dipanen. Beberapa hari yang lalu, tepat dibelakang rumah kami padi telah menguning dan telah siap dipanen oleh pemiliknya. Para pasukan perontok padi sudah siap untuk mengayunkan sabitnya memotong pohon padi, di sisi lain ada yang mempersiapkan mesin “tleser” untuk memisahkan padi dari pohonnya.

Mereka tampak asyik mempersiapkan tugas masing-masing.  Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok dengan tugas masing-masing. Ngerit adalah kelompok yang bertugas untuk memotong pohon padi dan mengumpulkan menjadi beberapa tumpukan. Mbandang adalah kelompok yang bertugas untuk mengangkat padi yang tadi sudah dipotong dan dibawa ke tempat tleser. Ngerek adalah pasukan yang bertugas memisahkan biji padi dengan pohonnya. Selain itu juga bertugas memasukkan gabah/biji padi ke dalam karung dan menjahitnya dengan rafia. Sementara itu ada kelompok ibu-ibu yang bertugas untuk nggampung/ arak-arak  yaitu mengais sisa pohon padi yang sudah dimasukan tleser untuk mengambil jika ada sisa biji padi yang tertinggal.
Dalam bekerja mereka selalu diselingi dengan tawa canda yang sangat menghibur satu sama lainnya. Mereka nampak bahagia walaupun saya yakin ada kecapean yang menghinggapi dalam tubuh mereka. Namun, mereka tetap semangat dan saling menghibur satu sama lain.  Setelah selesai mereka dapat beistirahat sambil menunggu jemputan mobil yang tadi mengantarkan mereka. Setelah jemputan datang mereka menaikkan hasil panen ke dalam mobil secara bergotong royong. Mereka nampak lelah, tetapi dalam wajahnya yang lelah terrlihat wajah yang bahagia. Sanagat mengesankan…!!!
Beberapa hal yang dapat saya pelajari dari mereka diantaranya adalah:

Pertama kerjasama.
Kerjasama atau yang kita sebut dengan team work tealah dilakukan mereka dengan baik. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dalam hal apapun sangat diperlukan yang namanya kerjasama. Dalam sebuah pemerintahan misalnya, baik dari tingkat bawah pasti memerlukan kerjasama. Dalam dunia bisnis, sangat diperlukan kerjasama untuk memajukan bisnisnya. Dalam lingkungan sekolah pastinya kerjasama merupakan hal yang wajib ada dalam memajukan sekolah tersebut. Baik kerjasam intern maupun ekstern sekolahan. Tentunya dalam kerjasama yang positif dan tidak dalam kecurangan. Dalam keluarga, kerjasama antara bapak, ibu dan semua anggota keluarga akan membuat lebih mudah dalam menghadapi segala masalah yang ada.
Kedua menyadari dan melaksanakan  tugas masing-masing
Ya, tahu tugas masing-masing. Baik itu ngerit, bandang, ngerek maupun nggampung mereka tahu dan mampu melaksanakan tugas masing-masing dengan sangat baik. Dalam semua institusi, saya beri contoh dalam dunia pendidikan/ sekolah. Ketika semua pihak sudah tahu akan tugas dan  posisinya tentunya sekolah itu akan tercipta suasana yang cukup nyaman. Namun, jika mereka tidak tahu dan tidak melakukan tugasnya sudah pasti akan terjadi ketidak seimbangan dalam menjalankan roda pendidikan di sekolah tersebut. kepala sekolah sebagai pemimpin harus tahu bagaimana bersikap terhadap anak buah. Begitupun sebagai wakil kepala sekolah dalam bidang apaun baik akedemik maupun kesiswaan harus fokus kepada tugasnya. Sebagai guru, OB, Keamanan maupun Cleaning service harus melakukan tugas dengan baik. Dan yang paling penting adalah harus menghormati tugas masing-masing posisi. Boleh memberi masukan namun tidak boleh mencela. Agar kehidupan lebih berbahagia.
Ketiga canda tawa yang menghiasai mereka
Kenapa ini menjadi salah satu hal yang saya ambil pelajaran? Kalau kita  mau jujur, bercanda/menghibur satu sama lain sangat diperlukan dalam menghilangkan ketegangan yang ada. Coba kita bayangan jika dalam menjalankan sesuatu kita berada pada posisi yang tegang. Dampaknya mungkin kita akan panik, gelisah dan mudah capek dalam menjalankan sebuah tugas. Menurut pengalaman saya dalam bergaul, orang yang suka bercanda mereka akan lebih tenang dalam menghadapi masalah yang ada. Karena mereka selalu “enjoy aja”. Apa yang anda rasakan ketika bekerja dengan orang yang selalu serius dengan orang yang sesekali bercanda?? Dari para pasukan perontok padi walaupun lelah namun nampak sangat bergembira dan menikmati pekerjaannya. Secara psikologis orang yang bekerja menggunakan otak/psikis akan lebih capek dibandingkan dengan orang yang menggunakan fisik. Jadi perlu canda tawa untuk memecahkan suasana tegang agar bekerja lebih bahagia…hehehhe.
Paling tidak tiga pelajaran yang dapat saya ambil, namun sebenarnya masih banyak pealajaran yang dapat kita ambil dari prang lain yang berada disekitar kita. Terima kasih untuk para pasukan perontok padi yang telah memberiku pelajaran dan hikmah yang cukup bermanfaat.


Wednesday, February 15, 2012

Sekolah Antara [nilai] Akademik Dan [nilai] Karakter

Mayoritas sekolah di Indonesia menargetkan lulusan dengan berstandarkan pada nilai akademik yang haraus dipenuhi. Presentase sangat kecil untuk sekolah yang berani meletakkan nilai sikap, tingkah laku, sopan santun serta akhlak anak sebagai standar kelulusan. Walaupun dia anak yang selalu melanggar aturan sekolah, memalak teman berani sama guru dan kenakalan-kenakalan yang lain asalkan nilainya mencapai standar yang ditetapkan maka ia akan dapat naik ke level selanjutnya. Dari pengamatan kami ada yang salah dengan pendidikan yang hanya mengedepankan nilai akademik sebagai standar ke level lanjut.
Pendidikan di sekolah tentunya diharapkan mampu memberikan pengalaman yang cukup untuk menghadapi dunia nyata. Namun apa jadinya kalau sekolah tidak mampu memberikan itu? Apa jadinya kalau sekolah hanya memberikan nilai-nilai akademik yang belum tentu digunakan dalam kehidupan nyata kelak?. Sebetulnya inilah PR yang harus segera diselesaikan oleh semua pihak baik sekolah itu sendiri maupun masyarakat secara umum.
Ada yang beranggapan justru sekolahlah yang membunuh karakter dan kreativitas generasi penerus, tentunya hal ini tidak benar seratus persen walaupun pasti ada benarnya dari ungkapan tersebut.
Mungkin ada benarnya juga ungkapan itu. Coba kita lihat sekolah yang ada disekitar kita, orientasi tentunya hanya pada akademik. Hal ini dapat dilihat dari standar kelulusan dengan nilai standar minimum yang sudah ditentukan. Sulit memang tantangan sebagai seorang pendidik baik guru maupun orang tua.
                Bahkan tekadang untuk mencapai nilai yang memuaskan untuk siswanya, sekolah rela melakukan berbagai macam “kecurangan”. Itulah salah satu penyebab generasi penerus yang hanya berorientasi pada hasil tanpa mengetahui prosesnya. Upaya pemerintah untuk memajukan pendidikan salah satunya adalah dengan akreditasi tiap-tiap sekolah. Dari komponen akreditasi yang akan dinilai prosentase yang terkait engan akhlak dan pembentukan karakter masih sangat minim. Hal itu hanya terkait dengan akademik, Standar isi pendidikan, tenaga pendidik hampir semuanya masih berkutat pada “administrasi”. Karena yang terlihat hanya pada tataran administrasi akhirnya banyak yang memanipulasi data, berbuat tidak jujur hanya untuk mendapatkan nilai “A” yang mungkin menjadi harga mati untuk bersaing dnegan sekolah yang lain. Sekali lagi orientasi pada hasil bukan proses.
                Munif Chotib pengarang buku Sekolahnya Manusia dalam blog nya menyatakan sekolah modern dan maju sebenarnya adalah sekolah yang berorientasi pada proses dan bukan hasil. Di negara maju seperti Jepang, mereka lebih mengedepankan proses dari pada hasil. Dengan proses kita akan tahu bagian mana dari proses tersebut yang perlu diperbaiki untuk mencapai hasil yang diharapkan.
                Bagaimana dengan pembentukan karakter atau ahlak????. Juur kalau boleh dikatakan masih sangat minim dilakukan sekolah sebagai tempat belajar. Padahal sebenarnya itu yang lebih penting dibandingkan dengan nilai akademik. Ada kata-kata “Dalam kehidupan nyata kita tidak akan disuruh mengisi titik-titk dan memberi tanda silang seperti waktu sekolah”. Sekolah yang memiliki program untuk menmbentuk karakter suatu saat nanati akan menjadi sekolah yang ditunggu-tunggu untuk menghadapi dekadensi moral yang sudah terliaht mulai terlihat nyata dan jelas. Mungkin benar pendapat seorang kawan yang mengatakan kalau kita mengejar akademik mungkin akhlak atau karakter anak didik kita gagal. Namun ketika kita mengajarkan mereka tentang akhlak, adab, sopan santun dan rasa tanggung jawab Insya Allah akademik mereka akan berjalan mengiringinnya.
                Kita mengajarkan mereka rasa tanggung jawab sebagai seorang anak, tanggung jawab sebagai seorang murid dan tanggung jawab sebagai orang yang beriman. Ketika anak memiliki rasa tanggung jawab maka ia kan mengerti kewajiban yang harus dilakukan dan posisinya sebagai apa. Sebagai seorang anak dia tahu wajib berbakti kepada orang tua, menghormati yang lebih tua dan beradab kepada sesama. Sebagai seorang murid harus rajin belajar dan melaksanakan tugasnya sebagai murid. Hal diharapakan akan berbanding lurus dengan pencapaian akademiknya.  Sebagaiorang yang beriman tenetu ia akan mamapu memilah dan memilih antara halal haram, boleh tidak dan lain sebagainya yang terkait dengan agama.
                Berharap sekolah sekolah pada umumnya, terutama yang memiliki background Islam mampu memberikan pengalaman belajar dan membentuk karakter yang mulia. Tidak hanya berkutat dalam akademik saja………
E:\Abu Hamzah@latihannulis.

Hamzah bergaya dengan burung hantu