21 Agustus 2013, selepas isya' saya kedatangan teman satu lembaga pendidikan yang sudah dua hari belum masuk ke keja, padahal sudah 3 minggu libur akhir Romadhan dan Hari Raya. Teman-teman lemabaga semua sudah berkatifitas seperti sedia kala. Pak Mus namanya, dua hari awal masuk ia tidak datang ke sekolah. Saya pun bertanya kepada teman-teman ternyata, mereka juga tidak mendapatkan informasi kenapa Pak Mus tidak hadir dua hari belakangan.
Rumah dia sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah saya, perjalanan 10 menit cukup jika naik sepeda motor. Singkat cerita saya menanyakan kenapa 2 hari belakangan dia tidak masuk kerja (sekolah). "rung ndino ra mlebu enek oopo pak?apik-apik wae tho?" saya bertanya kepada Pak Mus. Dilihat dari raut wajahnya Pak Mus seperti sedang mendapatkan masalah yang cukup berat. Dengan suara yang datar dia menjawab, "Aku bingung pak....".
Rumah dia sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah saya, perjalanan 10 menit cukup jika naik sepeda motor. Singkat cerita saya menanyakan kenapa 2 hari belakangan dia tidak masuk kerja (sekolah). "rung ndino ra mlebu enek oopo pak?apik-apik wae tho?" saya bertanya kepada Pak Mus. Dilihat dari raut wajahnya Pak Mus seperti sedang mendapatkan masalah yang cukup berat. Dengan suara yang datar dia menjawab, "Aku bingung pak....".
Setelah itu dia bercerita akan hal yang membuatnya bingung bahkan "semi" stress. Dia dihadapkan pada masalah untuk memilih tetap bekerja atau mengasuh anak. Hal ini di sebabkan dia belum bisa menemukan pengasuh untuk anaknya yang baru berusia 1 tahun ketika di tinggal kerja. Istrinya diminta untuk tidak bekerja belum mau, karena sudah 10 tahun istrinya menjadi guru Wiyata Bakti di sebuah sekolah, sayang kalau harus berhenti karena sudah begitu lama menjadi guru WB dan peluang untuk menjadi PNS terbuka. Ibunya Pak Mus yang dulu mengasuh cucunya sekarang berada di Kalimantan di tempat saudaranya.
Kebingungan Pak Mus sangat beralasan dan manusiawi, jika dia memilih mengasuh anak, pekerjaan akan terbengkalai, begitu juga sebaliknya jika bekerja anaknya siapa yang mengajak????. Selain itu dia juga akan malu jika tidak bekerja, karena bisa saja komentar dari para tetangga yang bisa membuat hati sakit dan emosi memuncak.
Sahabat saya yang satu ini memang betul-betul lagi dalam masalah. Dihadapkan dalam dua pilihan yang sangat berat. Antara pekerjaan dan anak, banyak orang berkata mereka bekerja tidak lain untuk anak-anak mereka. Akan tetapi juga harus diingat bahwa anak-anak kita sangat membutuhkan pendampingan orang tua. Saya akan lebih memilih mengasuh anak, karena tanggung jawab kita sebagai orang tua. Sebagai manusia memang wajib untuk mencari rejeki, yang jelas semua rejeki kit sudah diatur oleh Allah SWT. Kita berusaha mencari rejeki dengan membuka warung di rumah, atau berjualan makanan keliling dengan tidak meninggalkan kewajiban sebagai seorang ayah.
"MENGASUH DAN MENDIDIK ANAK BUKANLAH ALASAN, TETAPI MERUPAKAN SEBUAH KEWAJIBAN"
"Pak Mus, semoga engkau segera mendapatkan solusi terbaik menurut Allah SWT. Apapun itu, semua adalah jalan dari_Nya. Jalani dengan ikhlas dan saba, pasti kita akan menemukan hikmah dari segala yang kita hadapi....aamiin."
No comments:
Post a Comment