show in action |
Kemarin si Hamzah ikut ke masjid untuk sholat Maghrib. Seperti biasa sebelum berangkat saya berpesan kepadanya " dick, mengkih dimasjid ampun ke tempat mbah kakung ( tempat imam), jangan ke jalan dan ramai yach". Diemmmm aja si Hamzah, setelah saya ulangi baru dia menjawab.
Sholat pun di mulai, baru rekaat pertama saat rukuk terdengar suara si Hamzah menangis dan memanggil nama abi...." Huuuu.....huu...abii.....huu....abiiiii" semakin lama semkin keras. Konsentrasi sholqt saya pun terganggu, khawatirnya jamaah yang lain terganggu dengan suara tangisnya Hamzah. Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan sholat dan menghampiri si Hamzah. Anak ini menangis keras sambil memegang korden yang dia jatuhkan, pikir saya dia menangis karena kejatuhan tempat korden yang panjang. Kemudian saya gendong dia dan saya peluk. Dia menangis sambil mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Setelah saya tenangkan sebentar dan tangisnya agak reda saya tanya dia,"ada apa? Knapa dik Hamzah nangis???".
"Ayo kordene di dandani bi....( ayo kordennya di perbiki bi)." Katanya sambil menangis, " abi tak sholat dulu, nanti habis sholat kita perbaiki" saya bilang gitubke Hamzah. Tetapi dia malah tambah nangis, " perbaiki sekarang....huuu..uuuuhuu". Dia maunya segera diperbaiki. Setelah saya tenangkan beberapa saat dia bisa tenang dan melanjutkan sholat. Walaupun sudah ketinggalan 2 rekaat.
Malam itu si Hamzah sudah mengajari saya sebuah perasaan yang mungkin sekarang sudah sulit di jumpai. "RASA BERSALAH" yah....perasaan itu yang saya pelajari darinya. Di merasa bersalah karena telah menjatuhkan dan " merusak" korden yang ada di masjid. Wallahu a'lam karena rasa itu dia menangis karena merasa tanggung jawab untuk memperbaiki tetapi tidak mampu melakukannya. Sholat pun di mulai, baru rekaat pertama saat rukuk terdengar suara si Hamzah menangis dan memanggil nama abi...." Huuuu.....huu...abii.....huu....abiiiii" semakin lama semkin keras. Konsentrasi sholqt saya pun terganggu, khawatirnya jamaah yang lain terganggu dengan suara tangisnya Hamzah. Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan sholat dan menghampiri si Hamzah. Anak ini menangis keras sambil memegang korden yang dia jatuhkan, pikir saya dia menangis karena kejatuhan tempat korden yang panjang. Kemudian saya gendong dia dan saya peluk. Dia menangis sambil mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Setelah saya tenangkan sebentar dan tangisnya agak reda saya tanya dia,"ada apa? Knapa dik Hamzah nangis???".
"Ayo kordene di dandani bi....( ayo kordennya di perbiki bi)." Katanya sambil menangis, " abi tak sholat dulu, nanti habis sholat kita perbaiki" saya bilang gitubke Hamzah. Tetapi dia malah tambah nangis, " perbaiki sekarang....huuu..uuuuhuu". Dia maunya segera diperbaiki. Setelah saya tenangkan beberapa saat dia bisa tenang dan melanjutkan sholat. Walaupun sudah ketinggalan 2 rekaat.
Banyak orang yang merasa benar dan jarang yang merasa salah. Itulah kehidupan....karena merasa benar alan membuat seseorang sulit untuk menerima nasehat. Ketika dia merasa bersalah berarti mampu mengetahui letak kekurangan pada dirinya. Dia akan sangat "mengharapkan" banyak nasehat yang masuk ke pada dirinya agar dia menjadi lebih baik.
ORANG YANG MERASA BENAR BISA JADI DIA BANYAK SALAHNYA
TETAPI ORANG YANG MERASA SALAH BISA JADI DIA BENAR- BENAR BANYAK SALAHNYA....heheh.
KEDUANYA MEMILIKI PERBEDAAN DALAM MENERIMA NASEHAT, MASUKAN DAN KRITIKAN.
Orang yang merasa benar akan selalu menganggap nasehat sebagai racun. Tetapi orang yang merasa salah akan menganggap nasehat sebagai obat, walaupun pahit dirasa.
Wallahu A'lam bi Showab....
#masjidsyahadatulloh waktu magrib 24agustus14
No comments:
Post a Comment