Thursday, January 17, 2013

Pujilah secara terbuka dan kritik secara sembunyi

Mencoba memasuki dunia mereka


Dalam sebuah kelas IV di sebuah SD terdengar riuh, para siswa sedang merayakan ulang tahun Guru kesayangan mereka. Beberapa anak memberikan ucapan selamat, yang lain memberi kartu ucapan bahkan tidak sedikit yang memberikan hadiah kepad sang Guru. Tidak disangka, seorang anak yang berasal dari keluarga miskin memberikan sebiah bingkisan kecil sebagai ucapan selamat ulang tahun kepada gurunya. Sebagai anak dari seorang buruh tani, tentu teman-temannya bertanya dari mana ia mendapatkan uang untuk membeli bingkisan tersebut.
Anak ini memberikan bingkisan di urutan terakhir, sehingga seluruh temannya berteriak, “ Buka..buka...buka!”. Mereka meminta kepada ibu guru untuk membuka karena ingin mengetahui apa isi bingkisan yang diberikan kepada bu Guru, sekaligus untuk mengejeknya. Dengan tersenyum perlahan-lahan, ibu guru membuka bingkisan yang diberikan sisiwanya tersebut. Dari bingkisan tersebut, diambilnya sebuah parfum yang tinggal setengah isinya dan disemprotkan ke tubuhnya. Setelah itu, diambilnya lagi sebuah kalung yang kusam dan warnanya mulai pudar. Kalung itupun oleh bu Guru langsung dikenakan di lehernya. Semua murid terdiam dan si anak yang memberikan kalung tersebut nampak berkaca-kaca. Dengan tersenyum ibu guru mengatakan, “ Terima kasih anakku, ibu suka dengan hadiah yang engkau berikan. ” Semua murid bertepuk tangan.
Setelah kelas bubar, si anak menghampiri ibu guru dan mengucapkan banyak terima kasih bu guru mau menerima bingkisan darinya. “ Mengapa engkau memberikan parfum dan kalung yang kurang lengkap nak?  ”, tanya bu guru dengan lembut. Si anak pun menjawab dengan nada sedih, “ beberapa bulan yang lalu ibuku meninggal dunia. Barang-barang itu adalah miliknya, aku sangat bahagia ibu guru mau menerima bingkisan yang saya berikan. Saya merasa putus asa dan berfikir tidak akan melanjutkan sekolah lagi. Saya ingin menjadikan itu sebagai kenang-kenangan buat ibu guru.” Si anak pun menghela nafas panjang dan terlihat matanya mulai berkaca-kaca. “ setelah  ibu guru menerima hadiah saya, semangat saya seperti terlahir kembali bu, terima kasih bu guru”, tambah si anak tadi.
Lima tahun kemudian bu guru tadi menerima surat dari si anak yang memberi bingkisan tadi, “terima kasih bu! Saya saat ini sudah menamatkan SMP. Semua ini karena  ibu pernah menerima bingkisan sederhana ketika saya kelas IV.”  Terus sampai dia ketika lulus SMA mengirimkan surat yang sama kepada Bu Guru tadi. Bahkan, 6 tahun kemudian ibu guru ini menerima foto wisuda anak didiknya yang sederhana tersebut. Dibalik foto itu tertulis, “ untuk ibu guruku tercinta. Baju toga ini adalah karena ibu pernah menerima hadiah ulang tahun dari saya ketika kelas IV SD dulu, yang telah memacu semangat saya untuk terus semangata dalam menuntut ilmu. Jika Alloh menghendaki mohon do’a ibu guru saya akan melanjutkan ke jenjang doktoral. ” Tanpa terasa air mata si ibu guru menetes terharu sekaligus bangga dan bahagia.
Memberikan pujian kepada orang lain memang tidak membutuhkan biaya, namun banyak yang lebih suka mencela dari pada memuji. Dalam konsep hubungan manusia dikenal dengan 3P (Penerimaan, Persetujuan dan Penghargaan).
Pertama penerimaan,  seseorang akan meyadari potensi dirinya jika keberadaannya di suatu lingkungan diterima secara optimal.
Kedua adalah persetujuan, kesulitan seseorang adalah menyetujui pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat dirinya. Cara terbaik adalah menyetujui terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan.
Ketiga, penerimaan dan persetujuan kan memberikan penghargaan yang luar biasa kepada orang lain. Sehingga sebenarnya kita sedang berinvestasi loyalitas orang lain kepada kita ketika kita mampu menghargai apapun yang dilakukan.

No comments:

Post a Comment

Hamzah bergaya dengan burung hantu