Mencoba memasuki dunia mereka |
Dalam sebuah kelas IV di sebuah SD terdengar riuh,
para siswa sedang merayakan ulang tahun Guru kesayangan mereka. Beberapa anak
memberikan ucapan selamat, yang lain memberi kartu ucapan bahkan tidak sedikit
yang memberikan hadiah kepad sang Guru. Tidak disangka, seorang anak yang
berasal dari keluarga miskin memberikan sebiah bingkisan kecil sebagai ucapan
selamat ulang tahun kepada gurunya. Sebagai anak dari seorang buruh tani, tentu
teman-temannya bertanya dari mana ia mendapatkan uang untuk membeli bingkisan
tersebut.
Anak ini memberikan bingkisan di urutan terakhir,
sehingga seluruh temannya berteriak, “ Buka..buka...buka!”. Mereka meminta
kepada ibu guru untuk membuka karena ingin mengetahui apa isi bingkisan yang
diberikan kepada bu Guru, sekaligus untuk mengejeknya. Dengan tersenyum
perlahan-lahan, ibu guru membuka bingkisan yang diberikan sisiwanya tersebut.
Dari bingkisan tersebut, diambilnya sebuah parfum yang tinggal setengah isinya
dan disemprotkan ke tubuhnya. Setelah itu, diambilnya lagi sebuah kalung yang
kusam dan warnanya mulai pudar. Kalung itupun oleh bu Guru langsung dikenakan
di lehernya. Semua murid terdiam dan si anak yang memberikan kalung tersebut
nampak berkaca-kaca. Dengan tersenyum ibu guru mengatakan, “ Terima kasih
anakku, ibu suka dengan hadiah yang engkau berikan. ” Semua murid bertepuk
tangan.
Setelah kelas bubar, si anak menghampiri ibu guru
dan mengucapkan banyak terima kasih bu guru mau menerima bingkisan darinya. “
Mengapa engkau memberikan parfum dan kalung yang kurang lengkap nak? ”, tanya bu guru dengan lembut. Si anak pun
menjawab dengan nada sedih, “ beberapa bulan yang lalu ibuku meninggal dunia.
Barang-barang itu adalah miliknya, aku sangat bahagia ibu guru mau menerima
bingkisan yang saya berikan. Saya merasa putus asa dan berfikir tidak akan
melanjutkan sekolah lagi. Saya ingin menjadikan itu sebagai kenang-kenangan
buat ibu guru.” Si anak pun menghela nafas panjang dan terlihat matanya mulai
berkaca-kaca. “ setelah ibu guru
menerima hadiah saya, semangat saya seperti terlahir kembali bu, terima kasih
bu guru”, tambah si anak tadi.
Lima tahun kemudian bu guru tadi menerima surat
dari si anak yang memberi bingkisan tadi, “terima kasih bu! Saya saat ini sudah
menamatkan SMP. Semua ini karena ibu
pernah menerima bingkisan sederhana ketika saya kelas IV.” Terus sampai dia ketika lulus SMA mengirimkan
surat yang sama kepada Bu Guru tadi. Bahkan, 6 tahun kemudian ibu guru ini
menerima foto wisuda anak didiknya yang sederhana tersebut. Dibalik foto itu
tertulis, “ untuk ibu guruku tercinta. Baju toga ini adalah karena ibu pernah
menerima hadiah ulang tahun dari saya ketika kelas IV SD dulu, yang telah
memacu semangat saya untuk terus semangata dalam menuntut ilmu. Jika Alloh
menghendaki mohon do’a ibu guru saya akan melanjutkan ke jenjang doktoral. ”
Tanpa terasa air mata si ibu guru menetes terharu sekaligus bangga dan bahagia.
Memberikan
pujian kepada orang lain memang tidak membutuhkan biaya, namun banyak yang lebih
suka mencela dari pada memuji. Dalam konsep hubungan manusia dikenal dengan 3P
(Penerimaan, Persetujuan dan Penghargaan).
Pertama
penerimaan, seseorang akan meyadari
potensi dirinya jika keberadaannya di suatu lingkungan diterima secara optimal.
Kedua
adalah persetujuan, kesulitan seseorang adalah menyetujui pendapat orang
lain yang berbeda dengan pendapat dirinya. Cara terbaik adalah menyetujui
terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan.
Ketiga,
penerimaan dan persetujuan kan memberikan penghargaan yang luar biasa
kepada orang lain. Sehingga sebenarnya kita sedang berinvestasi loyalitas orang
lain kepada kita ketika kita mampu menghargai apapun yang dilakukan.
No comments:
Post a Comment