Pada zaman
dahulu, hiduplah seorang guru yang bijaksana. Dai membuka sekolah tentang
kehidupan di temapat tinggalnya yang dikelilingi dengan persawahan dan
pegunungan serta sungai yang iarnya sangat jernih. Ada seorang murid yang dipandang sudah pantas
untuk segera menamatkan di sekolah kehidupan dan siap terjun ke masyarakat.
Pemuda tersebut memiliki komitmen, visi, kecerdasan dan integritas diri. Akan
tetapi dai merupakan seorang yang sulit berbicara alias gagau. Ketika sang guru
memberikan kesempatan untuk “ turun gunung ” , pemuda tadi langsusng mengelak.
Bagaimana ia yang masih relatif muda bisa menyampaikan pelajran tentang
kehidupan kepada penduduk desa, apalagi dia mengalami gangguan untuk berbicara
alias gagu.
“
Guru yang saya hormati, terema kasih guru sudah memberikan kepercayaan kepada
saysa untuk “turun gunung” pertama kalinya untuk menyampaikan misi kebenaran
kehidupan. Seperti yang guru ketahui bahwa asaya mengalami gangguan berbicara.
” kata si pemuda tadi. Gurunya tersenyum seraya memberikan sebuah mangga yang
masam, si pemuda menulis “asam” ketika ditanya oleh sang guru. Ketika pepaya
yang diberikan, si pemuda menulis “manis”.
Ketika
potongan mangga diberikan kepada burung beo yang berada di teras rumah burung
beo mengucapkan “ Asam...Asam...Asam....!”, burung beo kemudian diberikan buah
pepaya yang manis, namun si beo tetap mengucap “ Asam...Asam...Asam....!”.
Guru tersebut
mengatakan bahwa kebenaran bukan merupakan suatu yang dihapalkan dan diucapkan
saja. Kebenaran merupakan sesuatu yang diyakini benar dan tidak melanggar
kaidah Islam. Seseorang lebih mempercayai tingkah laku daripada ucapan.
Terkadang kita
sering melihat sesuatu hanya dari luarnya saja. Dewasa ini kalau kita lihat
banyak sekali orang yang seperti diatas. Berpenampilan menawan ternyata preman.
Berpenampilan keren ternyata tidak konsekwen. Berpenampilan ciamik tetapi
tingkah lakunya membuat orang lain jijik. Berpenampilan rapi ternyata untuk
mengelabui. Jangan kita mudah tertipu dengan “casing/cover” nya saja, tetapi
kita perlu melihat jauh lebih dalam.
Don’t look the books just from the
cover
Si
buta berhati baja
Si
tuli berjiwa pemberani
Si
buntung memberikan untung
Si
botak selalu berakhlak
Si
bisu gemar membantu
Si
ompong membuat hati menjadi plong
Si
pincang suka berbincang
“dalam kekurangan kita, tersembunyi sebuah
kelebihan dan manfaat untuk orang lain”
No comments:
Post a Comment