Monday, November 19, 2012

idola yang ideal untuk anak kita

Tak Layak Jadi Idola
               Hari Selasa, 13 November 2012 kemarin, saya mendapatkan tugas dari sekolah untuk menemani anak Study Tour ke daerah Jogja. Dalam perjalanan dari bus yang disiapkan oleh biro cukup bagus lah. Bus Full AC ada juga video tv nya. Rekan-rekan sudah mengantisipasi untuk kaset yang dipersiapkan oleh Biro Perjalanan. Taulah macam apa lagu kaset CD yg disiapkan oleh biro perjalanan, pasti lagu dewasa yang terkenal kalau tidak dangdut koplo dengan goyang penyanyi yang yahuuuddd........ Rekan-rekan guru mengantisipasi dengan membawa sendiri kaset yang bertemakan islami seperti Opick, Hadad Alwi dan beberapa lagu Nasyid. Namun ketika lagu-lagu tersebut diputar, anak-anak sama sekali tidak tertarik dan terkesan mencela lagu tersebut. 
                Si Guide pariwisata kemudian memutarkan lagu band Noah yang salah satu personilnya adalah seorang pezina. Yang membuat saya berfikir dan mengelus dada hampir semua anak khususnya perempuan berteriak histeris...haaa...yeee...yaaaaa....!!!! Seakan mereka baru saja bertemu dengan seorang idolanya. Yang membuat saya mengelus dada [lagi] adalah si idola tersebut seorang pezina. Bahkan pernah dipenjara untuk kasus asusila. Ternyata hal tersebut tidak mempengaruhi para fans untuk tetap tergila-gila kepada sang vokalis. 
                Dimasa kecil kita anak-anak memiliki idola sendiri, khusunya tentang lagu dan seni. Disaat itu ada  Eno Lerian, Joshua, Cikita Meydi, Sherina, Tasya dan banyak lagi. Dimana mereka khusus hanya menyanyikan lagu bertema anak-anak. Namun sekarang mereka sudah dewasa dan tidak kita jumpai lagi anak-anak sebagi pengganti mereka yang menyanyikan lagu khusus anak-anak. Lebih parahnya lagi sekarang bermunculan boy band, dimana ada satu grup vokal yang sekarang menjadi idola anak-anak. Mereka anak-anak tetapi menyanyikan lagu bertema remaja, dan tema yang paling menarik tentunya percintaan. Beberapa murid saya ketika saya jumpai mereka ternyata banyak yang mengidolakan Boy Band dan Girl Band seperti cheribell, smash dan lainya. 
          Jika seorang anak sudah mengidolakan orang dewasa, dia akan mengikuti gaya orang dewasa walaupun mungkin secara berfikir si anak belum sampai tahap berpikir sang idola. Sebenarnya dalam Islam sudah memiliki idola Dunia-Akhirat dia adalah Nabi Muhammad SAW. Arahkan anak kita untuk mengidolakan beliau, karena hanya dengan mengidolakan beliau kita bisa bahagia dunia akhirat. Minimal buat anak kita untuk suka kepada orang-orang yang sholih, yang memiliki sifat Rosululloh Tabligh, Amanah, Fatonah dan Sidiq.
ada sebuah kata mutiara :

anda adalah kepada siapa anda bergaul dan mengidolakan....
anda adalah apa yang anda baca...

Thursday, November 1, 2012

anak putri dan jilbab..!!!!

tiket bahagia dunia akhirat

Dewasa ini secara sadar maupun tidak sadar banyak orang tua yang lebih memperhatikan keadaan anak mereka dalam masalah agama. Semua orang tua tentunya menginginkan anaknya menjadi anak yang soleh dan sholihah. Banyak hal yang mereka lakukan untuk menjadikan mereka anak yang sholeh, walaupun mereka tidak turun tangan secara langsung. Hal ini berlaku untuk orang-orang kaya yang sangat sibuk dengan bisnisnya. Mereka sanggup membayar berapa pun untuk menjadikan anaknya menjadi anak yang sholih. Dimasukan anak nya ke sekolah yang bernafaskan islam dan berorientasi pada akhirat, dicarikan guru les mengaji dan banyak lagi yang dilakukan oleh orang tua untuk menciptakan anak yang sesuai dengan harapan.
       Namun sayangnya banyak orang tua yang hanya menyerahkan anaknya kepada sekolah dan guru "ngaji" untuk menjadikan anak mereka menjadi sholeh. Sedangkan mereka tidak mau campur tangan dalam proses itu, mereka hanya mencukupi kebutuhan secara jasmani semata. Ada beberapa kasus yang pernah kami jumpai dalam sebuah sekolah dasar Islam. Setiap datang ke sekolah siswa putri harus mengenakan pakaian yang menutup auratnya (jilbab) sedangkan siswa putra mengenakan celana panjang. Mereka dibiasakan diri untuk menutup aurat selama di sekolah, hal ini bertuujuan untuk menanamkan kepada mereka selalu menutup aurat dimanapun berada. Tetapi, ketika mereka di rumah apakah mereka sudah mapu mengenakan jilbab sama ketika di sekolah?. Banyak dari anak anak yang sudah dibiasakan untuk memakai jilbab disekolah, namun sampai di rumah jilbab itu lepas dari kepalanya. Bahkan mereka berani membuka apa yang seharusnya mereka tutupi. Tanggung jawab siapakah ini??? Ketika anak sudah berada di rumah tentunya yang paling bertanggung jawab adalah prang tua, bukan guru "ngaji" ataupun bapak/ibu guru. Celakanya lagi, ada orang yang justru melarang anaknya untuk memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang bilang masih kecil lah, ntar aja kalau kamu udah dewasa lah bahkan yang lebih menyedihkan orang tua bilang kalau kamu memakai jilbab kamu terlihat kurang cantik. Hal tersebut diatas terjadi di sekolah Islam, lalu bagaimana dengan sekolah yang lain??? silahkan anda cermati sendiri.
Mereka (para orang tua) menginginkan anak yang sholih dan sholihah, tetapi tidak mau bersusah payah untuk mewujudkan hal itu. Sungguh sangat ironis, ketika mereka hanya mengandalkan sekolah Islam dan orang lain. Ingatlah wahai para orang tua, anak pada dasarnya adalah investasi kita di dunia maupun akhirat. Jadi berharap kita sebagai orang tua maupun calon orang tua memperhatikan betul investasi kita yang satu ini......Jangan ajarkan mereka untuk mengambil jalan ke Neraka walupun jalan ke Nereka terasa nikmat di dunia, Kita tentunya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Rabbul Alamiin...

Tulisan diatas terinspirasi dari keprihatinan sikap orang tua terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya di salah satu Sekolah Islam di karesidenan Surakarta..

Monday, October 29, 2012

mendongeng memang menyenangkan...!!!1


master dongengnya indonesia
Pada suatu hari di sebuah kelas di salah satu tempat pendidikan sekolah dasar yang berstatus luar negeri atau swasta. Ada seorang guru yang tengah memberikan motivasi dan pengarahan kepada peserta didiknya. Sang guru ingin memulai dengan mengajak terbang siswanya melalui cerita tentang keluarga burung. Di sebatang pohon di sebuah hutan hiduplah sekeluarga burung, baru saja sang induk menetaskan beberapa butir telur menjadi burung-burung kecil yang lucu dan lincah. Sang induk sangat bahagia dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Setelah beberapa minggu berlalu, anak-anak burung tersebut sudah mulai belajar untuk mengepakkan sayap dan mencari-cari sesuatu untuk dipatuknya.
Dari beberapa anak burung tersebut ada seekor anak burung yang berbeda dengan saudara yang lainnya. Ia kelihatan lemah dan tidak selincah saudara-saudaranya. Ia memilih diam dan berada di sarang dari pada lelah dan terjatuh. Ia lebih memilih bermalas-malasan walaupun sang induk sudah menyarankan agar si burung kecil ikut berlatih terbang dan mematuk-matuk sesuatu. Disaat saudaranya belajar mencari makan ia justru memilih untuk menunggu belas kasihan dari saudaranya agar mereka mau berbagi makanan dengannya. Demikian hal itu terjadi seterusnya.
Sang induk berangsur sudah menjadi tua dan tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Si burung kecil kini merasakan kesedihan yang cukup mendalam. Seringkali ia hanya melihat saudaranya dari bawah saat mereka terbang ke langit yang tinggi. Disaat saudaranya berpindah dari satu pohon ke pohon lain ia hanya berada di satu pohon yang lebih randah. Si anak burung kemudian mengatakan kepad ibunya bahawa ia sangat sedih dengan keadaannya saat ini dibandingkan dengan saudaranya. Dengan bijaksana sang induk mengatakan ”Pada dasarnya kalian dilahirkan dengan sayap yang sempurna seperti saudara-saudaramu. Akan tetapi kamu memilih merangkak dalam menjalani hidup ini, sehingga sayapmu menjadi kerdil”. Demikian cerita tentang sekeluarga burung yang hidup bersama.
Sang guru tersebut kemudian menjelaskan pelajaran yang dapat diambil dari cerita tersebut diatas. Bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka masing-masing. Di dalam sekolah setiap murid juga berhak memilih untuk menjadi anak yang pandai atau menjadi anak yang bodoh. Namun juga perlu diingat bahawa setiap pilihan tersebut pasti mengandung resiko. Boleh memilih pahit di awal dan manis diakhirnya atau pilih manis di awal dan pahit diakhir. Akan tetapi tampaknya kurang tepat ketika memilih di awal dan diakhir sama-sama manis tanpa ada perjuangan.
Kita coba membawa cerita diatas ke dalam dunia pendidikan. Mungkin ada anak yang melanggar kesepakatan. (Kenapa kesepakatan??? Karena kita beranggapan kata kesepakatan lebih halus dibanding dengan aturan. Secara tidak langsung kesepakatan merupakan aturan yang dibuat bersama seluruh warga kelas dan sudah dimusyawarahkan) dalam kelas. Sebagai contoh di sebuah kelas ada kesepakatan untuk tenang saat guru sudah datang di dalam kelas. Namun suatu waktu saat guru datang ke kelas tersebut ada anak yang belum dapat tenang. Sang guru kemudian memanggilnya dan memberikan pilihan untuknya, misalnya ”Kamu pilih tenang atau pilih untuk bercerita di depan kelas?” dengan begitu anak diharapkan mampu berfikir manakah yang lebih ia pilih dan dengan sendirinya dia akan mengetahui mana yang seharusnya dilakukan dan seharusnya ditinggalkan.
Di sebuah kelas ada kesepakatan, jika setiap warga sekolah yang masuk ke kelas tersebut harus mengucapkan salam. Boleh mereka memilih saat masuk kelas langsung mengucapkan salam atau mengulang dari luar pintu baru masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam.
Ketika ujian ada seorang murid yang ramai dan mengganggu teman lainya yang sedang mengerjakan ujian. Guru yang mengawasi ujian memanggil anak tersebut. Guru tersebut memberikan pilihan kepada siswanya, ”kamu pilih tenang atau mengerjakan soal ujian di ruang kepala sekolah”. Sang guru berusaha mengingatkan siswanya dengan memberikan pilihan.
Boleh kita coba dalam mengingatkan peserta didik dengan cara memberikan pilihan yang dapat membuatnya berfikir tentang kesalahan yang dia lakukan. Namun, kita harus konsekwen dengan akibat yang di dapat ketika mereka memilih sesuatu. Misalnya, jika kamu masih ramai kamu kerjakan soal di ruang kepala sekolah. Kalau memang anak masih ramai maka kita harus betul-betul membawanya ke ruang kepala sekolah untuk mengerjakan soal disana. Selain belajar konsekwensi, dengan ini anak juga akan belajar tentang memilih mana yang baik untuknya.
Selamat mencoba untuk memberikan pilihan kepada anak-anak kita dalam menjalani hidup. Namun kita idealnya menyelipkan nilai-nilai moral dalam pilihan-pilihan yang kita tawarkan kepada mereka....selamat mencoba, semoga bermanfaat!!!!!!!
Perhatian: tulisan tersebut diatas hanya untuk memotivasi penulis agar dalam mendidik dapat menjadi inspirasi dan membentuk karakter positif peserta didiknya.

Monday, October 22, 2012

Agar nasehat menyehatkan...!!!!


kamu anak kecil...yang sabarrrr!!!!

Kita mulai dari sebuah cerita, pada suatu hari ada seseorang bernama Abdul yang kehabisan bekal dalam perjalanannya. Uang yang ada di kantongnya sudah menipis, makanan dan minuman pun sudah tak ada lagi. Dia meminta bantuan kepada beberapa orang yang ditemuinya. Ada seorang penunggang kuda yang terburu-buru, si Abdul mencegat dan dengan bahasa yang sopan ia meminta bantuan. Namun, karena si penunggang kuda terburu-buru maka ia tidak dapat membantunya. Abdul harus menahan lapar lebih lama dech..... Sampailah si Abdul di sebuah rumah yang cukup bagus. Abdul tadi memberanikan diri untuk masuk ke dalam pekarangan dan mengetuk pintu rumah yang cukup bagus. Tak berapa lama si pemilik rumah keluar dan menanyakan urusan Abdul.
Abdul mengutarakan maksudnya bahwa ia hendak meminta bantuan, karena kehabisan bekal dalam perjalananya. Pemilik rumah itu kemudian masuk ke dalam rumah dan mengambil beberapa makanan dan beberapa lembar uang. Dilemparnya makanan dan uang itu ke pengembara sambil berkata, ”Nich buat kamu, makanya kalau gak punya bekal gak usah mengadakan perjalanan”. Walaupun sebenarnya Abdul membutuhkan makanan dan uang itu untuk melanjutkan perjalanan, namun ia merasa sakit hati karena diberlakukan seperti itu. Tanpa basa-basi Abdul langsung pergi meninggalkan rumah tersebut tanpa mengambil sedikitpun makanan dan uang yang diberikan oleh pemiliki rumah tersebut.
Suatu kebaikan dilakukan tanpa cara yang baik maka akan berdampak tidak baik. Orang kaya tadi menolong tapi dengan cara yang kurang baik, akhirnya diterima salah oleh orang yang ditolongnya. Sama halnya ketika kita menasehati seseorang baik teman kita, anak kita, tetangga kita atau anak kita sendiri. Jika kita menasehati mereka dengan cara dan waktu yang kurang tepat, hampir dapat dipastikan mereka tidak akan menerima nasehat yang kita sampaikan. Lebih buruk lagi akan terjadi salah paham dan dapat menyebabkan keadaan yang semakin runyam. Seperti halnya kita menangkap lalat dengan menggunakan bom...hahaha.
Anda ingin nasehat diterima dengan sehat??? Syaratnya adalah gunakan cara dan waktu yang tepat. Dijamin nasehat akan membuat sehat…hahaha. Banyak orang yang menasehati dengan cara membentak-bentak, bahkan sampai memukul. Mungkin kita pernah melihat seorang guru yang memarahi muridnya saat tidak mengerjakan PR atau melakukan suatu kesalahan atau orang tua yang mengomeli anaknya karena memecahkan sesuatu. Pada dasarnya orang-orang tersebut memberikan nasehat, namun cara yang digunakan kurang tepat. Sehingga yang teringat tentang amarah yang dikeluarkan oleh orang yang menasehati, bukan pada apa inti dari nasehat tersebut.
Pernah suatu ketika seorang pemuda yang main bola, dia sampai rumah waktu adzan Magrib. Sesampai di rumah ia di marahi oleh ibunya, “kaaaamu, jam segini baru pulang!!gak denger adzan yaaa????” bilang ibunya dengan suara yang cukup keras dan muka yang memancarkan ketidak sukaan. Si pemuda juga ikut marah karena sudah capek sampai rumah malah di beri kopi pahit sama ibunya.
Seandainya ibu tersebut membiarkan anaknya untuk mandi terlebih dahulu kemudian sholat. Baru setelah itu si ibu mengutarakan ketidaksukaannya kalau anaknya main bola sampai Magrib, kita yakin si anak akan menerima dengan lapang dada dan insya Alloh akan merubah sikapnya tersebut. Ada sebuah iklan di televisi yang bisa kita ambil pelajaran, iklan yang menawarkan teh..alkisah si ibu melihat atap rumahnya bocor. Dia sudah bilang kepada sang suami tentang hal tersebut, namun belum ada respon dari sang suami. Sampai waktu hujan turun dan meneteslah air dari atap yang bocor. Ibu berfikir apakah dia bilang tentang atap yang bocor kepada suaminya waktunya yang kurang tepat?. Kemudian si ibu membuatkan teh untuk suami dan diminum bersama di teras rumah. Barulah si ibu bilang kalau atapnya bocor dan sang suami baru tersadar bahwa beberapa hari yang lalu si ibu sudah mengingatkan tentang atap yang bocor tersebut. Hal ini menandakan betapa waktu yang tepat untuk mengingatkan orang lain adalah sangat berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya nasehat/peringatan tersebut.
Terkadang kita melakukan hal seperti kasus pertama. Jika ada yang tidak sesuai dengan kehendak kita, kita memarahi orang yang bersangkutan secara membabi buta....ich sereem!!! Bisa jadi orang yang kita marahi justru melawan yang terjadi akhirnya kita akan mendapatkan musuh baru....hahaha.
Ketika kita hendak menyampaikan nasehat haruslah dikemas seindah mungkin, agar yang menerima bisa merasakan indahnya sebuah nasehat. Ada sebuah kisah yang menggambarkan jika segala sesuatu disampaikan dengan indah maka banyak manfaat yang bisa didapatkan. Terkisah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Suatu malam sang raja terbangun karena mimpi batang giginya tanggal. Dipanggilah seorang peramal untuk menjelaskan mimpi sang raja tersebut. Peramal tersebut mengatakan bahwa dikerajaan akan terjadi hal yang menyedihkan bagi seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya, hal itu dikarenakan tanggalnya gigi baginda menandakan bahwa satu gigi berarti akan ada keluarga kerajaan yang akan meninggal. Mendengar kabar itu sang raja menjadi marah dan akhirnya si peramal dikenai hukuman cambuk selama seratus kali. Kemudian sang raja memanggil lagi peramal yang lainya. Si peramal sudah tahu tentang kejadian yang menimpa orang sebelumnya. Si peramal mengatakan bahwa maksud mimpi dari sang raja adalah hal yang menggembirakan, karena sang raja akan sehat dan berumur lebih panjang dari keluarga baginda yang lainya. Mendengar perkataan si peramal sang raja menjadi sangat bahagia dan memberikan sekantung emas untuk peramal tersebut. Dari sedikit cerita diatas, walaupun yang disampaikan adalah berita menyedihkan namun menjadi indah ketika dikemas dengan bahasa yang indah pula.
Dalam dunia anak, untuk membangun karakter mereka. Kita hendaknya menggunakan cara dan tahapan dalam menangani anak untuk menyampiakan nasehat. Adapun cara penanganan anak yang dapat kita coba antara lain:
1. Memandang Dengan Visual
- memperhatikan dan menemani anak bermain
- orang tua atau guru tidak mengeluarkan kata-kata apapun, kecuali hanya memandang mereka.
- Tidak ada aturan-aturan kecuali ortu/guru memperhatikan tingkah laku mereka
- Sesuaikan dengan cara belajar anak (visual”dilihat saja”, auditori “dilihat dari jarak yang membuatnya nyaman”, kinestetik “melihat sambil membelai”)
2. Peryataan Tidak Langsung
- digunakan saat strategi dengan memandang visual tidak berhasil
- tidak menegur anak dengan kata “kamu”.
- Membuat pernyataan tentang diri anak tanpa menunjuk.
Exmp: seandainya ramai kita akan mengganggu teman.
3. Mempertanyakan
- menanyakan tingkah laku anak
- anak sendiri yang menjawab
- pertanyaan digunakan untuk menyadarkan akan kesalahan yang dilakukan anak
Exmp : Jika anak berantem “apakah kamu perlu bantuan?”
4. Peryataan Langsung
Ø memberi pilihan
- menggunakan bahas positif
- berhubungan dengan perasaan dan keselamatan.
Exmp: anak mencuri..”kamu pilih mengembalikan uang atau bapak ibumu kami panggil ke sekolah”
Ø mengungkapkan langsung/dari dalam hati.
Exmpl: Ananda, ibu kecewa dengan cara bicaramu yang kotor.
5. Campur Tangan Fisik
- Amankan hal/benda yang berbahaya.
- Menayampaikan pada anak apa yang ia kerjakan
- Bisa langsung menggunakan strategi kelima jika dalam keasaan ayng berbahaya.
Selamat mencoba...semoga nasehat yang kita berikan untuk orang lain bisa bermanfaat. Kita bisa belajar dari kesalahan yang kita dan orang lain lakukan.
masalah dan kesalahan adalah kawan terbaik yang menunjukkan kita
untuk melakukan dengan cara yang lebih baik”
Anggap saja ini hanyalah celoteh orang yang tak tahu sesuatu apapun, tetapi dia ingin selalu belajar agar dia bisa tahu sesuatu. (vs ’79)

Tuesday, October 16, 2012

benarkah anak investasi kita?


semoga Alloh menjadikan engkau
investasi yang membahagiakan
dunia dan akhirat....amiiin.
Dewasa ini secara sadar maupun tidak sadar banyak orang tua yang lebih memperhatikan keadaan anak mereka dalam masalah agama. Semua orang tua tentunya menginginkan anaknya menjadi anak yang soleh dan sholihah. Banyak hal yang mereka lakukan untuk menjadikan mereka anak yang sholeh, walaupun mereka tidak turun tangan secara langsung. Hal ini berlaku untuk orang-orang kaya yang sangat sibuk dengan bisnisnya. Mereka sanggup membayar berapa pun untuk menjadikan anaknya menjadi anak yang sholih. Dimasukan anak nya ke sekolah yang bernafaskan islam dan berorientasi pada akhirat, dicarikan guru les mengaji dan banyak lagi yang dilakukan oleh orang tua untuk menciptakan anak yang sesuai dengan harapan.
Namun sayangnya banyak orang tua yang hanya menyerahkan anaknya kepada sekolah dan guru "ngaji" untuk menjadikan anak mereka menjadi anak yang sholeh. Sedangkan mereka tidak mau campur tangan dalam proses itu, mereka hanya mencukupi kebutuhan secara jasmani semata. Ada beberapa kasus yang pernah kami jumpai dalam sebuah sekolah dasar Islam. Setiap datang ke sekolah siswa putri harus mengenakan pakaian yang menutup auratnya (jilbab) sedangkan siswa putra mengenakan celana panjang. Mereka dibiasakan diri untuk menutup aurat selama di sekolah, hal ini bertuujuan untuk menanamkan kepada mereka selalu menutup aurat dimanapun berada. Tetapi, ketika mereka di rumah apakah mereka sudah mapu mengenakan jilbab sama ketika di sekolah?. Banyak dari anak anak yang sudah dibiasakan untuk memakai jilbab disekolah, namun sampai di rumah jilbab itu lepas dari kepalanya. Bahkan mereka berani membuka apa yang seharusnya mereka tutupi. Tanggung jawab siapakah ini??? Kerika anak sudah berada di rumah tentunya yang paling bertanggung jawab adalah prang tua, bukan guru "ngaji" ataupun bapak/ibu guru. Celakanya lagi, ada orang yang justru melarang anaknya untuk memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang bilang masih kecil lah, ntar aja kalau kamu udah dewasa lah bahkan yang lebih menyedihkan orang tua bilang kalau kamu memakai jilbab kamu terlihat kurang cantik. Hal tersebut diatas terjadi di sekolah Islam, lalu bagaimana dengan sekolah yang lain??? silahkan anda cermati sendiri.
Mereka (para orang tua) menginginkan anak yang sholih dan sholihah, tetapi tidak mau bersusah payah untuk mewujudkan hal itu. Sungguh sangat ironis, ketika mereka hanya mengandalkan sekolah Islam dan orang lain. Ingatlah wahai para orang tua, anak pada dasarnya adalah investasi kita di dunia maupun akhirat. seberapa besar upaya kita untuk menjaga investasi tersebut?. Berharap kita sebagai orang tua maupun calon orang tua memperhatikan betul investasi kita yang satu ini......Jangan ajarkan mereka untuk mengambil jalan ke Neraka walupun jalan ke Nereka terasa nikmat di dunia, Kita tentunya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Rabbul Alamiin...

Tulisan diatas terinspirasi dari keprihatinan sikap orang tua terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya di salah satu Sekolah Islam di karesidenan Surakarta..

Friday, October 12, 2012

matematika di masa "kanak-kanak" kita


Matematics for child
matematika is real
 Matematian….eh salah matematika…!!!! Suatu pelajaran yang dianggap momok oleh sebagian besar pelajar dari berbagai tingkat. Walaupun sebenarnya matematika sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bidang apapun. Dalam bidang jual beli terutama mulai dari manager sampai pada buruh paling rendah. Bukannya ketika mereka mendapatkan uapah dan menghitung jumlah upahnya itu termasuk matematika???? hehehe.
Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu dan belajar di waktu tua bagaikan mengukir diatas air. Itulah pepatah yang sering kita dengar untuk memotivasi kita agar semangat dalam belajar. Pun, matematika sebaiknya sudah diajarkan kepada anak secara sadar maupun tidak sadar. Saya mempunyai seorang kenalan yang menjadi pelatih olimpiade di kotanya dan berhasil mencetak beberapa anak sampai tingkat internasional. Dia adalah mr. Jadi Nur Indriyatno asal Banyumas, beliau bercerita bahwa dia merasa ayahnya sudah mendidiknya untuk matematika sejak dia masih kecil. Suatu hari sang ayah menyuruhnya untuk membeli suatu barang, katakanlah kopi. Kopi sebenarnya hanya seharga 1.600 rupiah, tetapi ayahnya memberi uang sebanyak 2.000. kemudian ayahnya ngecek uang kemablian yang seharusnya diterima. Hal itu selalu dilakukan berulang-ulang dengan memberi uang lebih untuk membeli sesuatu.
                Kemudian di naikkan levelnya, ayahnya meminta Mr. Jadi untuk membelikan kopi satu bungkus, gula setengah kilo dan mie instan 5 bungkus. Kopi sebungkus 1.600, gula setengah kilo 3.400 dan mi instan 1200 per bungkus. Total uang yang harus dibayar sebanyak 10.000, lagi-lagi bapaknya memberikan uang lebih dari sepuluh ribu.
                Macam-macam jenis barang merupakan upaya untuk melatih daya ingat si anak. Jadi anak akan mengingat barang apa yang harus dibelinya agar sesuai dengan permintaan sang ayah. Sedangkan, uang yang harus dibayar dan jumlah uang kembali merupakan alat untuk menghitung [belajar matematika]. Simpel tapi ternyata bisa dijadikan untuk mengenalkan anak-anak kita dengan matematika. Simpel tapi memberikan latihan daya ingat dan kecepatan menghitung kepada anak kita. Selain itu sebenarnya kita telah melatih mereka sebuah karakter yang sudah mulai luntur di negeri ini, yaitu karakter Tanggung Jawab
                Jika anda di waktu kecil pernah di suruh ibu atau bapak anda untuk membeli berbagai jenis barang dengan uang yang lebih, beruntunglah anda karena tanpa sadar anda sudah dikenalkan matematika oleh mereka. Maka berteriam kasihlah kepada mereka…. Bagi anda yang belum pernah mengalami kejadian trsebut, saya turut prihatin yang sebesar-besarnya…. Maka agar anak anada tidak menjadi anak yang saya prihatinkan, maka ajarkanlah anak anda matematika sejak dini….hehehe.


                        Oleh-oleh dari LPMP
dalam acara evaluasi uji implementasi model pembelajaran
semarang, 9-10 oktober 2012

Hamzah bergaya dengan burung hantu