master dongengnya indonesia |
Dari
beberapa anak burung tersebut ada seekor anak burung yang berbeda dengan
saudara yang lainnya. Ia kelihatan lemah dan tidak selincah saudara-saudaranya.
Ia memilih diam
dan berada di sarang dari pada lelah dan terjatuh. Ia lebih memilih
bermalas-malasan walaupun sang induk sudah menyarankan agar si burung kecil
ikut berlatih terbang dan mematuk-matuk sesuatu. Disaat saudaranya belajar
mencari makan ia justru memilih untuk menunggu belas kasihan dari saudaranya
agar mereka mau berbagi makanan dengannya. Demikian hal itu terjadi seterusnya.
Sang induk
berangsur sudah menjadi tua dan tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan
anak-anaknya. Si burung kecil kini merasakan kesedihan yang cukup mendalam.
Seringkali ia hanya melihat saudaranya dari bawah saat mereka terbang ke langit
yang tinggi. Disaat saudaranya berpindah dari satu pohon ke pohon lain ia hanya
berada di satu pohon yang lebih randah. Si anak burung kemudian mengatakan
kepad ibunya bahawa ia sangat sedih dengan keadaannya saat ini dibandingkan
dengan saudaranya. Dengan bijaksana sang induk mengatakan ”Pada dasarnya
kalian dilahirkan dengan sayap yang sempurna seperti saudara-saudaramu. Akan
tetapi kamu memilih merangkak dalam menjalani hidup ini, sehingga sayapmu
menjadi kerdil”. Demikian cerita tentang sekeluarga burung yang hidup
bersama.
Sang guru
tersebut kemudian menjelaskan pelajaran yang dapat diambil dari cerita tersebut
diatas. Bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka
masing-masing. Di dalam sekolah setiap murid juga berhak memilih untuk menjadi
anak yang pandai atau menjadi anak yang bodoh. Namun juga perlu diingat bahawa
setiap pilihan tersebut pasti mengandung resiko. Boleh memilih pahit di awal dan manis diakhirnya atau
pilih manis di awal dan pahit diakhir. Akan tetapi tampaknya kurang tepat ketika memilih di awal
dan diakhir sama-sama manis tanpa ada perjuangan.
Kita coba
membawa cerita diatas ke dalam dunia pendidikan. Mungkin ada anak yang
melanggar kesepakatan. (Kenapa kesepakatan??? Karena kita beranggapan
kata kesepakatan lebih halus dibanding dengan aturan. Secara tidak langsung
kesepakatan merupakan aturan yang dibuat bersama seluruh warga kelas dan sudah
dimusyawarahkan) dalam kelas. Sebagai contoh di sebuah kelas ada
kesepakatan untuk tenang saat guru sudah datang di dalam kelas. Namun suatu
waktu saat guru datang ke kelas tersebut ada anak yang belum dapat tenang. Sang
guru kemudian memanggilnya dan memberikan pilihan untuknya, misalnya ”Kamu
pilih tenang atau pilih untuk bercerita di depan kelas?” dengan begitu anak
diharapkan mampu berfikir manakah yang lebih ia pilih dan dengan sendirinya dia
akan mengetahui mana yang seharusnya dilakukan dan seharusnya ditinggalkan.
Di sebuah kelas
ada kesepakatan, jika setiap warga sekolah yang masuk ke kelas tersebut harus
mengucapkan salam. Boleh mereka memilih saat masuk kelas langsung mengucapkan
salam atau mengulang dari luar pintu baru masuk ke dalam kelas dengan
mengucapkan salam.
Ketika ujian
ada seorang murid yang ramai dan mengganggu teman lainya yang sedang
mengerjakan ujian. Guru yang mengawasi ujian memanggil anak tersebut. Guru
tersebut memberikan pilihan kepada siswanya, ”kamu pilih tenang atau
mengerjakan soal ujian di ruang kepala sekolah”. Sang guru berusaha
mengingatkan siswanya dengan memberikan pilihan.
Boleh kita coba
dalam mengingatkan peserta didik dengan cara memberikan pilihan yang dapat
membuatnya berfikir tentang kesalahan yang dia lakukan. Namun, kita harus
konsekwen dengan akibat yang di dapat ketika mereka memilih sesuatu. Misalnya,
jika kamu masih ramai kamu kerjakan soal di ruang kepala sekolah. Kalau memang
anak masih ramai maka kita harus betul-betul membawanya ke ruang kepala sekolah
untuk mengerjakan soal disana. Selain belajar konsekwensi, dengan ini anak juga
akan belajar tentang memilih mana yang baik untuknya.
Selamat mencoba
untuk memberikan pilihan kepada anak-anak kita dalam menjalani hidup. Namun
kita idealnya menyelipkan nilai-nilai moral dalam pilihan-pilihan yang kita
tawarkan kepada mereka....selamat mencoba, semoga bermanfaat!!!!!!!
Perhatian: tulisan
tersebut diatas hanya untuk memotivasi penulis agar dalam mendidik dapat
menjadi inspirasi dan membentuk karakter positif peserta didiknya.
No comments:
Post a Comment