Tuesday, March 28, 2017

Cerita saat si Hamzah demam

Beberapa hari yang lalu si Hamzah badanya panas. 39℃ angka yang ditunjukan termometer saat kami selipkan di ketiaknya. Cukup tinggi sehingga dia ndak banyak gerak seperti biasanya. Perlu ada pelajaran yang kita berikan dari setiap kejadian. Perlu kita ajarkan hikmah agar hidup lebih berkah. Perlu kita ajarkan manfaat tersembunyi dari apa yang terjadi agar hidup lebih nikmat.
" Panasmu bisa buat menebus dosa hamz, tapi syaratnya harus sabar?" bilang saya ke dia. Dia hanya diam karena kondisi memang lagi panas. Biasanya dia ngejar dengan pertanyaan " lha knapa???".
Akhirnya kita yang perlu "mancing" dengan bertanya, " tahu ndak kenapa hamz?"
"Ndak tahu bi....!" Katanya lemas.
"Kata Rosululloh orang yang sakit itu bisa menggugurkan dosanya hamz..!!. Dosa ndak sopan sama orang tua, teriak-teriak dan dibilangin "ngeyel", suruh ngaji ndak mau dan masih banyaaaakkkk lagi."
[Dalilnya Nih tak kasih......]
“Janganlah kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi”. (HR. Muslim no. 2575).

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.
(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari)

Menjelang tidurnya kita biasa cerita sebelum tidur. Kali ini saya cerita tentang seorang sahabat Rosululloh yang meminta sakit demam tapi sakit tersebut tidak mengganggu ibadahnya. Dialah Ubay bin Ka'ab.
Ubay bin Ka’ab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Nabi. Ia berasal dari kaum Anshar dari suku Khazraj. Ia masuk islam dalam Ba’iah Aqabah. Kecerdasan dan kearifannya membuatnya menjadi hafidz atau penghafal Al Qur’an dan memperoleh kepercayaan Nabi sebagai salah satu dari penulis wahyu Allah.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Hai Ubay bin Ka’ab, aku dititahkan untuk menyampaikan Al Quran kepadamu.” Dengan hati-hati ia menanyakan kepada Rasulullah saw., ”Wahai Rasulullah, ibu-bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebut namaku?” Rasulullah saw. menjawab, “Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi.”

Lihatlah, siapa sahabat yang mulia ini, hingga Allah pun secara khusus memerintahkan Nabi untuk menyampaikan Al Qur’an kepadanya dengan menyebut namanya. Tentulah ornag yang cerdas dan bisa memahami hikmah dengan sempurna yang pantas diberi amanah Al Qur’an.

Dengan kecerdasan dan pemahaman yang dalam akan penghambaan diri di dalam islam ini pulalah ia memilih untuk menderita sakit demam sepanjang hidupnya.

Suatu ketika ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi saw.tentang penyakit yang dialaminya, dan apa yang akan diterimanya karena penyakitnya tersebut. Nabi saw. bersabda, “Itu adalah penghapus dosa (kaffarah).”

Ubay yang saat itu hadir, seketika bertanya, “Walau sakit yang sedikit, wahai Rasulullah!”

“Ya,” Kata Nabi saw., “Walau hanya tertusuk duri, atau yang lebih ringan dari itu.”

Suatu ketika Ubay bin Ka’ab merasakan demam, ia teringat akan sabda Nabi SAW tersebut, maka ia pun berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta, agar Engkau tidak menghilangkan demam panas ini dari tubuh Ubay bin Ka’ab, hingga aku bertemu dengan-Mu. Tetapi janganlah demam ini menghalangi aku dari shalat, puasa, haji dan jihad di jalan-Mu.”

Tuesday, March 14, 2017

Takut Dosa

Suara isak tangis seorang anak dengan lirih mengusik suasana khusuk jamaah magrib di kala itu. Selepas salam seorang anak kecil datang menghampiri ku, ternyata si Hamzah yang tadi terisak. Okey.....perlu dicari tahu apa yang terjadi sampai dia terisak.
Sampai rumah kita "introgasi" si dia, " Ham, tadi di masjid kok nangis emang knapa?"
"Aku didorong sama Syahrin sampai jatuh...." jawabnya.
" lha ko ndak kamu balas kenapa??" Tanya saya lanjut.
Jawabnya singkat, padat dan entah dari mana, "aku takut dosa bi....".
Lha ini anak baru 5 tahun, dapat jawaban dari mana, yang ngajarin siapa. Tapi seneng juga denger jawabnya, semoga senantiasa tertanam dalam benak dan hatimu nak. Karena dewasa ini semakin menipis rasa takut akan dosa. Semakin besar keangkuhan untuk menantang dosa. Perlu keistiqomahan iman yang tertanam dalam hati untuk menjauhinya.
Perlu dilatih rasanya kepekaan hati ini untuk mendeteksi dosa yang terkadang berbungkus indahnya kata maupun tingkah laku.
Perlu ilmu untuk mendeteksi ini perbuatan dosa atau sesuatu yang boleh dikerjakanya.
Akhirnya saya kuatkan si Hamzah. "Kalau kamu mau memaafkan maka kamu ndak usah dibalas tapi juga ndak boleh nangis. Kalau Hamzah tidak terima di dorong, saat terjatuh.... bangun dan balas"
Kami berfikir kenapa dia kami bolehkan untuk membalas. Karena jika memang dia dalam posisi yang benar maka harus mempertahankan kebenaran tersebut, jika dia kamu tidak salah maka jangan mudah untuk mengalah dan menyerah.
Biasanya sih kita selalu komunikasi kalau ada "kejadian" yang bisa kita ambil hikmah dan pelajaran darinya.
Semoga engkau, aku dan keluarga kita senantiasa takut untuk berbuat dosa. Berani untuk membela kebenaran, jangan mengalah dan menyerah saat kita tidak salah..aamiin.

Monday, March 6, 2017

Kembali menulis.....

Saat kita "ingin" sesuatu, awalnya akan terbayang hal-hal yang akan menggagalkan "ingin" tersebut. Maka perlu dipaksa agar hal negatif yang terbayang tidak menjadi bayang-bayang yang selalu mengikuti kemanapun kita pergi. Seorang teman menasehatkan bahwa  "langkah pertama akan menentukan langkah berikutnya". Tergantung kita  mau atau tidak, yakinlah saat kau "mau" pasti "mampu". Minimal jika gagal kita "mampu" menemukan penyebab kegagalan. Pun jika berhasil kita telah mampu menemukan jalan keberhasilan.
Dalam "mau" ada satu penyakit yang menjangkiti yaitu "inkonsistensi" atau rasa bosan yang menghantui. Contoh mudah saat kita ingin bisa berenang maka kita perlu berlatih, namun saat ditengah jalan kita bosan untuk berlatih dan bahkan berhenti karena kebosanan tersebut maka tak mampu kita untuk berenang.
Sama halnya menulis, lama sudah saya tak mengisi blog untuk sekedar menulis. Ada titik inkonsistensi selam sekian bulan. Maka perlu tuh dipaksa biar "in" dalam "inkonsistensi" nya hilang. Yang tinggal hanyalah konsistensi untuk berusaha menulis kembali.......!!! "Nulis iku iso marai ngomong tambah lamis". Ayooo nulis yo........Bismillahi arrahman arrahim...let's go!!! Mulailah menulis....karena bahasa tulis beda dengan bahasa "bicara".

Hamzah bergaya dengan burung hantu