Friday, July 13, 2012

hidup adalah pilihan....apakah kita termasuk "pilihan?"


silahkan pilih...!!!!
Saya memiliki beberapa teman yang menjadi guru di sebuah sekolah dasar swasta. Di akhir tahun ajaran 2011-2012 ada sesuatu yang terjadi di sekolah tersebut, banyak teman gurunya yang mengundurkan diri karena berbagai alasan. Padahal mereka sudah lama berjuang di SD tersebut, ada yang tiga tahun, dua tahun namun ada yang baru satu tahun bergabung. Mereka memiliki alasan masing-masing untuk meninggalkan sekolah tersebut. Berbagai alasan yang dikemukakan ada yang bersifat internal dari diri sendiri maupun eksternal. Banyak yang merasa kehilangan dengan pengunduran diri mereka, karena mereka menempati lini yang cukup vital dalam sekolah tersebut, mulai dari bidang keagamaan, tim sukses UN bahkan sampai pada bagian kebersihan yang sangat berjasa. Ternyata keluar masuk nya guru dalam tahun ajaran merupakan hal yang wajar di sekolah tersebut.
                Hidup adalah pilihan, mereka telah memilih jalan hidup mereka dengan tidak bergabung lagi dengan sekolah tersebut. Seperti peryataan pengurus yayasan sekolah tersebut “HIDUP ADALAH PILIHAN”. Hanya itu yang dikatakan oleh pengurus  menanggapi pengunduran diri beberapa guru dari sekolah yang berada di bawah kepengurusannya. Ironis memang, tapi inilah kehidupan pasti kita akan dihadapkan dengan berbagai pilihan. Dalam hal apapun…!!!!.
                Dalam kasus sekolah tersebut ada sedikit pertanyaan yang terbesit  dalam pikiran saya, “kenapa para guru yang sudah lama mengabdi di SD tersebut lebih memilih meninggalkan SD daripada masih tetap bertahan dalam lingkungan SD tersebut?” dengan kata lain “Ada apa dengan kita, sehingga kita tidak menjadi pilihan bagi mereka?”. Idealnya sebuah lembaga ketika selalu ada bongkar pasang personil harusnya mengintropeksi diri, apa yang salah dengan lembaga saya? Apa yang salah dengan gaya kepemimpinan saya? Apa yang salah dengan cara saya berkomunikasi dengan bawahan? Dan apa yang salah…apa yang salah dan apa yang salah….???. Ketika sudah ketemu jawaban dari “apa yang salah” maka pertanyaan sebaiknya dilanjutkan dengan “bagaimana untuk” memperbaiki kesalahan tersebut?.
                Kata-kata “hidup adalah pilihan” dalam kasus diatas saya merasa kurang pas, karena terasa seakan kita kurang menghargai kinerja mereka. Sebagai contoh ketika kita bertamu kesalah satu rumah teman kita dan ketika kita hendak pamit kemudian teman kita bilang silahkan “hidup adalah pilihan”. Terserah kamu mau pulang atau masih tetap berada disini, hidup adalah pilihan…!!!. Kita mungkin akan merasa aneh dengan hal tersebut dan merasa teman kita terbebani dan tidak senang saat kita hadir di rumahnya. Mungkin juga mereka merasa bahagia dengan kepergian kita dari hadapannya. Lain halnya dengan bertanya, “kenapa kok tergesa-gesa?” walaupun kita akan benar-benar pulang saat itu, teteapi kita merasa seperti diinginkan untuk tetap tinggal, kita merasa seperti teman kita senang  ketika bertemu dengan kita, kita merasa seperti orang yang penting buat dia. Dan kitapun dapat pergi dengan perasaan yang nyaman dan tidak ada beban serta lulka hati yang terringgal..!!!
                Kembali masalah “pilihan” jadikan kita menjadi orang yang “terpilih”. Di daerah Surakarta ada sebuah warung makan yang namanya “Soto Sawah”, warung ini sangat sederhana dan bangunanya jauh dari kata mewah. Tempatnya pun berada di pinggiran kota, akan tetapi banyak sekali pelanggan dengan mengendarai mobil bagus yang mampir ke warung tersebut. Tentunya kalau hanya soto di kota solo juga banyak, yang menjadi pertanyaan mengapa mereka “memilih” makan di warung tersebut?. Pastinya dia memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan warung soto yang lain.
                Sekarang bagaimana kita meningkatkan segala kualitas dalam segala bidang yang kita miliki untuk menjadikan kita menjadi orang yang “terpilih”. Berikut beberapa hal yang pelu diperhatikan agar kita menjadi individu maupun lembaga yang “terpillih”.
-          Komunikasi
Komunikasi sangat diperlukan dalam membina hubungan dengan siapapun. Karena dengan komunikasi yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Dalam sebuah lembaga jika komunikasi antara pemimpin dan bawahan tidak berjalan dengan baik pasti akan terjadi kekacauan minimal pransangka buruk yang sebenarnya harus kita hindari. Komunikasi tidak hanya dalam kemampuan berbicara semata, namun ada keahlian yang banyak dilupakan dan sebenarnya sangat penting dalam komunikasi yaitu kemampuan untuk mendengarkan. Itulah kenapa Alloh menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga. Banyak masalah yang timbul karena kesalah pahaman, banyak kesalah pahaman yang timbul karena lemahnya komunikasi.

-          Menghargai
Siapapun orangnya pasti ingin sekali dihargai. Menghargai orang lain merupakan salah satu inventasi kita untuk mendapatkan banyak teman dan saudara. Ada salah satu murid saya yang akan pentas dalam acara akhirusanah kelas 6. Waktu itu dia akan pentas pidato bahasa Jawa, dia sudah jerih payah mengahafalkan teks pidato dan sudah dipraktekan di depan guru pembimgbingnya. Saat gladi resik acara wisuda, tiba giliran dia untuk pentas. Selesai pentas ada salah satu guru yang mengomentari, “Gerakannya mana?pidato kok nggak ada ekspresinya. Ngomongnya yang keras. Siapa sich yang ngajari?”.  Si anak hanya melihat ke salah satu guru tersebut dan terlihat malu. Selain itu juga merasa jerih payahnya selama ini tidak dihargai sama sekali. Setelah turun dari panggung anak tersebut menangis dan menceritakan kejadian tersebut kepada guru pembimbingnya.
Kita sering kurang bisa menghargai jerih payah orang lain. Padahal dengan menghargai hasil kerja sekecil apapun dari teman, saudara bahkan anak-anak kita hal itu akan menumbuhkan rasa saling memiliki dan membuat orang-orang di sekitar kita “memilih” untuk bersama dengan kita.

-          Memberikan kepercayaan
Apa yang anda rasakan ketika mengerjakan sesuatu tetapi tidak diberi kepercayaan oleh atasan anda?. Kisah seorang pengantar roti yang diberikan kepercayaan penuh oleh majikannya untuk mengantarkan roti kepada pelanggan. Bedakan dua majikan kepada pelayannya. Majikan pertama, “Pelayan, tolong kirimkan roti ini kepada  Tuan XX. Saya yakin kamu akan mampu mengirimkan roti ini kepadanya dengan jujur”. Majikan kedua, “Pelayan, kirimkan roti ini kepada Tuan XX, Kamu harus hati-hati jangan sampai kamu mengurangi jumlah roti yang ada dalam kardus ini. Aku sudah menghitung jumlahnya dengan teliti. Jangan sampai kamu macam-macam!!”
Jika anda menjadi pelayan, anda akan memilih majikan yang mana? Yang pertama dengan kepercayaan penuh atau majikan kedua yang selalu mencurigai anda?. Berilah kepercayaan kepada orang lain untuk menyelesaikan tugasnya, karena itu akan membuatnya bekerja lebih giat dan dengan hati yang gembira. Karena hasil dari pekerjaan tergantung dengan suasana hati.

-          Saling memiliki “kita”
Utamakan “kita” bukan “aku”. Dalam sebuah lembaga kita perlu saling memiliki, paling tidak kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh teman, sahabat dan saudara kita. Saat kuliah dulu saya memiliki pengalaman tentang “kita”. Saat itu kami bertakziyah ke salah satu kakaek teman kami yang tempatnya cukup jauh sekitar 25-30 km dari kost kami. Semua berjalan lancar sampai akhirnya kami pulang, disaat pulang kebetulan saya dan salah satu teman saya menaiki vepa. Jelas secara kecepatan kalah dibandingkan dengan sepeda motor teman yang lain karena mesinnya masih muda. Mereka melaju lebih kencang dan lebih awal.
Tiba-tiba Vespa saya berhenti dan tidak bisa jalan saya masih ingat karena “seker” pecah. Padahal teman-teman sudah jauh di depan saya, kucoba untuk telephon namun tak diangkat. Sampai akhirnya mereka sampai di kost kostan terus telephon saya. “Awakmu no ngendi brow? [kamu dimana?]”.” Vespaku ngancing ra gelem urip, ki lagi sekilo soko omah. Piye iki penake? Iso njipuk aku pora?” sya bilang seperti itu. “Yo, tunggunen ki tak parani karo Gundul!” ujar teman saya. Setelah beberapa saat mereka datang sambil tersenyum dan mengen jek, “Balung tuo ki ojo dipekso [tulang udah tua jangan dipaksa]…hehehe”. Mereka sambil tertawa walaupun sesa,pai di kost langsung balik lagi untuk menjemput kami, kemudian menarik Vespa tuaku dengan kain bekas spanduk. Pengalaman yang saya anggap cukup mewakili bahwa saya tidak salah “memilih” mereka menjadi teman.
Beberapa tahun berlalu saya meminemukan sebuah pengalaman yang berbanding terbalik dengan kejadian tersbut diatas. Waktu itu saya berangkat kesekolah dengan Vespa tercinta, sampai pada tengah jalan saya mengalami masalah dengan Si Vespa [macet]. Saya mencoba memperbaiki namun terrnyata rusaknya cukup parah. Saya bermaksud menelphon teman guru saya untuk menjemput dan menarik vespa untuk dibawa ke bengkel langganan saya. Teman saya bilang, “Ya, tunggu saja. Aku tak ijin kepala sekolah dulu”. Setelah berapa saat ternyata kepala sekolah tidak mengijinkan teman saya untuk menjemput saya. Saya disuruh naik bis ke sekolah. Padahal seandainya diijinkan, waktu yang dibutuhkan tidak mengganggu proses belajar dan mengajar. Yach, itulah sedikit pengalaman dalam diri saya yang menunjukkan bagaimana kita bisa membedakan orang yang berada di sekita kita yang benar-benar menjadi “KITA” dan [bukan] “AKU”.

                Anda akan merasa ini hanya “o[s]ong ko[m]ong” jika anda belum menjadi pribadi atau lembaga yang terpilih. Maka saran saya perbanyaklah evaluasi diri, setelah itu rubahlah diri anda menjadi orang yang “terpilih”. Jika anda memililki sebuah lembaga dan lembaga anda menjadi [bukan] “pilihan” [lagi] oleh bawahan anda maka saran saya seperti saran yang diatas. Jika yayasan anda ditinggalkan oleh beberapa orang yang menguasai bidang-bidang penting maka saran saya adalah sama dengan saran yang diatas dan atasnya lagi….hehehe. Ini Hanya celoteh orang yang merasa belum mampu menjadi orang “terpilih” bagii teman, sahabat murid dan saudaranya..Hidup adalah pilihan, jika kita, lembaga kita maupun yayasan kita menjadi “bukan pilihan” maka pasti ada yang salah dengan kita…maka EVALUASI dsan RUBAHLAH DIRI KITA menjadi YANG DIPILIH!

No comments:

Post a Comment

Hamzah bergaya dengan burung hantu