hati adalah kunci |
Suatu
pagi ada seorang nenek yang menggendong cucu nya di depan rumah. Dengan penuh
kasih sayang si nenek bermain “ciii…luuppp…baaaa” dengan cucu tercinta. Cucunya
saat itu berumur sekitar 6 bulan, tiba-tiba si cucu pipis di dalam pelukan
nenek. Sang nenek justru tersenyum seraya berkata, “cucuku memang pinter, pagi-pagi sudah mengajak nenek mandi dan mencuci
baju” [secara otomatis nenek harus membersihkan diri dan pakaian]. Kenapa
si nenek tidak marah? Padahal si cucu sudah buang air kecil di bajunya. Karena
si nenek memiliki hati yang sudah berisi rasa sayang dan cinta untuk si cucu.
Sehingga perkataan yang keluar dan tindakan yang dilakukan pun sesuai dengan
isi hati yaitu kasih sayang. Dari cerita tersebut dapat kita ambill pelajaran
bahwa ketika kita memiliki hati yang bersih, apapun yang kita lakukan, apapun
yang terjadi akan kita hadapi dengan tenang dan bersyukur serta mampu mengambil
hikmah dari setiap kejadian tersebut.
Hati
merupakan muara dari setiap perbuatan dan perkataan kita. Jika baik hati kita,
perbuatan dan perkataan kita pasti juga akan baik, begitu juga sebaliknya. Hati
ibarat teko, jika di dalam teko berisi “teh manis” ketika kita menuangkan ke
dalam gelas yang keluar adalah “teh manis” bukan sirup atau air putih. Begitu
juga ketika dalam teko berisi “air keruh” maka ketika kita menuangkan pasti
yang keluar adalah “air keruh”. Walaupun diluar teko di tulisi “teh manis”
tetap yang keluar adalah air keruh. Begitupun manusia, ketika hatinya bersih maka
terpuji akhlaknya, ramah tutur katanya dan bagus prasangkanya. Bahkan ketika
kita bekerja dengan hati senang [bersih] pekerjaan seberat apapun akan terasa nikmat,
begitu juga sebaliknya ketika hati kita sedang gundah maka pekerjaan yang
ringan akan terasa sangat berat. Banyak amal yang dapat membersihkan hati kita
diantaranya dengan berdzikir kepada Allah SWT, bergaul dengan orang yang tepat
dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang kita lihat, dengar maupun
rasakan. Setan tidak akan pernah tinggal diam dengan hati yang bersih, dia akan
selalu mencoba dan berusaha untuk membuat hati kotor dan keruh. Membuat keburukan
nampak begitu indah, dan kebaikan begitu buruknya.
Segala
sesuatu memang berasal dari hati, dimulai dari prasangka hati. Bayangkan saja
kita sedang menghadiri sebuah pengajian dan kita melihat seorang wanita memakai
perhiasan yang banyak dengan memakai gelang emas yang begitu besar di kedua
tangan nya. Hati yang bersih berkata : ” orang itu memakai gelang yang bagus.
Bagaimana dia bisa memiliki gelang yang sebagus itu? mungkin dia menjadi orang
sukses dengan berbagai bisnis yang digelutinya”. Sedangkan hati yang kotor
berkata :”ih…pamer, itu pasti gelang kreditan. Gitu aja bangga padahal belum
lunas”. Itulah perbedaan antara hati yang bersih dan hati yang kotor, semuanya
akan tersirat dalam prasangkan dan tervisualisasi dalam perkataan dan
perbuatan.
Keikhlasan
kita dalam melakukan sesuatu tergantung keadaan hati kita. Banyak amal dunia
yang bisa berubah menjadi amal akhirat jika kita bisa menggunakan hati kita
dengan semestinya. Sebagai contoh makan dan minum merupakan salah satu contoh
perbuatan dunia, seandainya hati kita selalu menuntun lidah kita untuk membaca
do’a maka hal itu bisa menjadi sebuah amal akhirat dan bernilai ibadah. Akan
tetapi amal akhirat, sebagai contoh sholat bisa menjadi sebuah amal dunia dan
tidak bernilai apapun di mata Allah seandainya kita sholat dengan khusyu’
karena di situ ada teman kita, ada atasan kita atau siapapun yang kita minta
perhatiannya. Sama hal nya ketika Rosululloh melakukan hijrah ada kaum
Muhajirin yang hijrah betul-betul hatinya hanya ingin mencari rindho Allah,
namun ada juga yang karena hatinya mencintai dunia dan seorang wanita maka
hijrahnya akan mendapatkan apa yang dia niatkan [yang ada dalam hati]. Itulah
salah satu asbabul wurud dari hadits yang sangat populer, Innamal a’malu bin niyat [sesunggunya amal itu tergantung pada niatnya].
Kita sendiri
yang bisa menilai apakah kita memiliki hati yang bersih atau kotor. Pun
demikian terkadang kita juga memerlukan pendapat orang lain untuk menilai
keadaan hati kita. Karena mungkin benar adanya pepatah yang mengatakan semut diseberang lautan tampak sedangkan
gajah di pelupuk mata tak tampak. Orang lain akan menilai keadaan hati kita
dengan melihat perbuatan dan tutur kata kita, karena mereka menganggap pebuatan
dan perkataan yang keluar dari mulut merupakan gambaran hati kita. Tidak hanya
itu suasana hati bisa tergambar dari raut wajah kita, karena dalam wajah
terpancar begitu banyak ekspreasi. Senyum terhadap sesama dan saling tegur sapa
itu akan membuat hati kita terasa sejuk dan nyaman. Dari sisi agama senyum kita
kepada saudara kita merupakan sebuah shodaqoh. Bagaimana mungkin kita bisa
tersenyum jika suasana hati kita sedih dan dalam keadaan yang kotor?. Hal
terberat yang dilakukan oleh seorang yang hatinya dipenuhi dengan amarah adalah
tersenyum. Dia tidak mampu menggerakan mulutnya walaupun hanya 2 centimeter
saja. Maka benarlah jika dikatakan orang yang kuat adalah orang yang mampu
mengendalikan amarahnya. Anda tahu kenapa ketika ada2 orang yang saling
dipenuhi amarah bicaranya harus keras dan teriak-teriak?. Karena ketika marah
jarak hati keduanya sangatlah jauh, sehingga mereka harus berteriak dengan
keras.
Dalam menghadapi
setiap masalah kehidupan, kita akan seringkali dihadapkan dengan berbagai
pilihan pula. Suasana hati kita saat itu akan sangat menentukan mana yang akan
kita pilih. Suatu hari kita melakukan perjalanan dan melihat teman satu kantor
kita mengalami kecelakaan. Akan tetapi perkataan dan perbuatan teman kita masih
meninggalkan luka di hati kita. Mungkinkah kita masih mau menolongnya?. Semua
tergantung pada kemampuan hati kita untuk memaafkan dan mengambill hikmah dari
kejadian tersebut. Jika kita memiliki hati yang bersih, mungkin kita akan
membantunya semampu kita dan kita akan mengambil serta memetik hikmah dari
kejadian tersebut. Sebagai contoh ketika Rosululloh sering dilempari kotoran
unta oleh seorang kafir ketika melintasi rumahnya, namun suatu hari si pelempar
kotoran unta sakit, Rosululloh lah yang pertama kali menengoknya. Sungguh hati
Rosululloh adalah hati yang sangat mulia dan menjadikan sebuah hidayah untuk orang
yang hatinya kotor. Ketika kita mampu menggunakan hati kita dengan baik,
mungkin suatu saat kita juga akan membantu orang di sekitar kita untuk memiliki
hati yang bersih.
Hati akan
selalu terbolak balik karena itu sudah menjadi nash Allah SWT. Untuk memiliki
hati yang bersih kita harus selalu menyapu hati ini dari hal-hal yang bisa
mengotorinya seperti hasad, sombong, merendahkan orang lain dan mengolok-olok
kekurangan orang lain. Sapu yang kita gunakan adalah selalu melihat kekurangan
diri sendiri, menghargai orang lain, berkawan dengan hati yang bersih dan yang
tak kalah penting adalah selalu berdo’a kepada Sang Pemilik Hati yaitu Allah
SWT agar selalu mengisi hati kita dengan ketaatan dan keimanan.
Maka kita
harus selalu berhati-hati dengan hati kita. Hati akan memberikan keberkahan dan
kebahagiaan kepada pemiliknya. Akan tetapi ia juga mampu memberikan petaka dan
kesengsaraan kepada si empunya. Semua itu tergantung kepada si pemilik hati,
apakah dia membiasakan menyapu setiap kotoran yang ada dalam hatinya atau
justru tanpa sadar terus menikmati kotoran-kotoran yang ada dalam hati.
No comments:
Post a Comment