Monday, February 14, 2011

sekedar cinta orang tua

Menjadi Orang Tua adalah sebuah KEHORMATAN…

Ingatlah, Anak adalah Anugerah Allah….
        Ingatlah ketika Allah mengabulkan harapanmu….
        Ingatlah ketika engkau memohon. Ingatlah ketika engkau berharap….
        Kau sambut kehadiran anakmu dengan tangis bahagia….


        Loeber (1990) menemukan, 70%, bahkan 90%, pelaku tindakan kriminal sudah menunjukkan kecenderungan agresif semenjak kanak-kanak. Mereka tampak sering menyerang atau melukai teman-temannya, kurang optimal dalam pelajaran, keterampilan sosialnya rendah dan kurang dapat diterima dalam lingkungan pergaulan.
Waspadalah…waspadalah..!!!!

         Penelitian Dodge, Pettit, Bates & Volente (1998) menunjukkan: orang-orang yang terlibat masalah-masalah kriminal kebanyakan berasal dari mereka yang ketika masih kanak-kanak sering menderita pemukulan-pemukulan (phisical abused child), atau bentuk-bentuk teror lain dari orang tuanya. Jumlah pelaku kriminal yang ketika kanak-kanak menjadi penderita pemukulan & teror ortu 4 kali lipat dari yang tidak…
Itulah sebabnya…
        Tak ada riwayat yang mewartakan bahwa Rasulullah SAW memukul, membentak atau meneror putra-putri dan cucu-cucunya. Beliau memperlakukan mereka dengan lemah lembut dan penuh hormat, hatta dalam menanamkan tauhid dan memerintahkan untuk mendirikan shalat….
        Bila kita mendidik dengan kekerasan, baik fisik maupun kata-kata, siapa sesungguhnya yang kita ikuti sunnahnya?
Sayangnya…
        Banyak orang tua dan guru yang tidak mengikuti sunnah Rasulullah yang mulia, dan hanya mengikuti hawa nafsunya sendiri…

        Na’udzubillah…..
Mengapa?
        Orang Tua yang tidak berbekal
        Orang Tua yang kurang peduli
        Orang Tua yang tidak mampu menjadi teladan
        Orang Tua yang tidak kompak, bahkan saling menyalahkan
        Orang Tua yang tidak memberi bimbingan ‘Time Management’
        Rumah yang GERSANG & tanpa program
        Tak ada penanaman Visi, Orientasi & Prinsip Hidup
        Aturan-aturan yang tidak jelas, tidak konsisten dan tidak konsekuen
        Komunikasi yang Buruk
        Orang Tua yang tidak menerapkan pola asuh yang tepat
        Orang Tua yang kurang menyayangi bahkan menolak anak-anaknya….

Ketika lahir mungkin Kau sangat menyayanginya. Namun kini, benarkah Kau masih mengasihi?
        Allah bertanya…
        Anak-anakmu pun bertanya…

JAWABLAH DENGAN HATIMU…!!!!

Pola asuh sangat berpengaruh terhadap pendidikan moral anak kita, adapun pola asuh dapat dibagi menjadi:
POLA ASUH 1
        Otoritatif
            Ada tuntutan kepada anak untuk berbuat benar, ada standar pasti dan tegas mengenai nilai dan norma, namun ditanamkan secara persuasif, hangat dan dialogis. Arahan & bimbingan dilakukan secara intensif & sepenuh hati, bila perlu berani menegur dan tegas ketika anak berperilaku buruk. Ortu berorientasi agar anak memiliki kesiapan dan kemandirian untuk mengarungi masa depannya, namun bersikap apresiatif.

Ciri Ortu Otoritatif
        Penekanan hak & kewajiban anak secara seimbang
        Pengendalian terhadap anak tinggi, namun tetap hangat & peduli
        Dukungan terhadap pengembangan potensi anak tinggi, namun dibarengi dengan pengawasan yang tinggi pula
        Bersikap argumentatif, bukan emosional


POLA ASUH 2
        Otoriter
            Menilai & menuntut anak mematuhi standar mutlak yang ditentukan secara sepihak, menuntut penghormatan & kepatuhan tanpa dialog, sering dengan kekerasan. Ortu merasa tak pernah salah. Biasanya fokus tindakan ortu hanyalah ketaatan, dan berorientasi pada masa kini. Anak dikendalikan secara penuh hanya demi kemudahan pengasuhan.

 Ciri Ortu Otoriter
        Penekanan pada kewajiban anak secara dominan
        Pengendalian anak sangat tinggi & sepihak, didominasi dengan larangan, amarah, kekerasan dan hukuman
        Ekspresi kasih sayang cenderung lemah
        Mudah curiga, menyalahkan & mengkritik anak
        Lebih banyak mengembangkan komunikasi searah yang kurang simpatik, sehingga cenderung kurang harmonis

Mari kita renungkan...
        “Dari sekian banyak klien yang saya tangani, saat saya membimbing pikiran klien untuk mencari dan menemukan akar masalah dengan teknik terapi tertentu, lebih dari 95% masalah selalu berawal dari masa kecil mereka, umumnya pada usia sebelum 7 tahun. Ada juga yang pada usia 7-10 tahun.”
            (Adi W. Gunawan, terapis jiwa)
Mereka umumnya adalah korban kekerasan fisik maupun emosi dari orang-orang terdekatnya...
        Kekerasan emosi:
            Segala sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa yang merusak harga diri atau citra diri anak...
Contohnya:
        Tak ada kedekatan emosional
        Tak ada sentuhan fisik
        Mengabaikan & menolak anak
        Sangat sering memarahi anak, bahkan untuk hal-hal sepele
        Marah dengan ‘keras’ atau ‘kasar’
        Bentakan dengan kata-kata penghinaan: anak bodoh, goblok, dll.
        Ancaman yang mengerikan: bunuh, lempar ke sumur, sembelih, dibuang ke penjara, banting, cekik, dsb.
        Menuntut anak sempurna dengan standar orang dewasa
        Dll.


POLA ASUH 3
        Pemanjaan
            Ortu cenderung untuk sepenuhnya membahagiakan anak. Karenanya, mereka membiarkan dan memfasilitasi segala hal yang membuat anak senang, tidak mengusik kesukaan anak, tidak mengendalikan dan menegur meski anak berperilaku buruk. Orientasinya pada kebahagiaan anak pada masa kini. Sangat longgar dalam standar norma dan perilaku.

Ciri Ortu Pemanjaan
        Penekanan pada hak anak & ungkapan kasih sayang secara berlebihan, namun kurang menanamkan rasa tanggung jawab
        Cenderung kurang memberi arahan & bimbingan
        Cenderung serba melayani dan over-protective


POLA ASUH 4
        Penelantar
            Ortu cenderung kurang peduli pada perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa arahan dan bimbingan. Ortu lebih fokus pada kepentingan dirinya sendiri dan tidak mau diganggu. Dalam soal pendidikan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak lain dan tak ingin repot-repot. Kehangatan hubungan dan kasih sayang kurang diperhatikan.

Ciri Ortu Penelantar
        Penanaman hak dan kewajiban sama-sama lemah
        Pengendalian dan pengawasan sangat lemah, anak merasa bebas
        Kehangatan & ekspresi kasih sayang lemah, sehingga ikatan emosional ortu-anak hambar
        Komunikasi minimalis dan cenderung serba formal/seperlunya
        Mementingkan keperluannya sendiri-sendiri 
Akibatnya…
        Anak yang diasuh secara otoriter cenderung AGRESIF, IMPULSIF, atau PEMURUNG dan KURANG MAMPU BERKONSENTRASI.
        Anak yang diasuh dengan pemanjaan cenderung KURANG MATANG, IMPULSIF, CENGENG, KURANG MANDIRI, EGOIS & KURANG PERCAYA DIRI
        Anak yang diasuh dengan pola asuh penelantar cenderung brutal, seenaknya, tidak punya orientasi hidup, terjerumus pada perilaku kriminal, pergaulan bebas, dsb.
        Anak yang diasuh dengan pola asuh otoritatif cenderung lebih matang, mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab

KOMUNIKASI POSITIF
       Kontak visual (Mata)
       Tatapan mata lembut/hangat
       Nada suara rendah
       Senyum
       Mulai dengan kalimat & sikap pengakraban
       Jarak dekat
       Apresiatif

5 BAHASA CINTA
n      Bahasa DUKUNGAN
n      Bahasa SENTUHAN FISIK
n      Bahasa WAKTU ISTIMEWA
n      Bahasa PELAYANAN SIMPATIK
n      Bahasa HADIAH KEJUTAN 

1. Bahasa DUKUNGAN
        Pujian Spesifik
            “Subhanallah, ibu bahagia sekali melihat kakak ikhlas meminjamkan mainan kepada adik...”
            “Wow, kamarmu rapi dan bersih. Kamu hebat!”
        Kata-kata kasih sayang
            “Ayah selalu menyayangimu...”
            “Kamu cahaya mentariku...”
            “Betapa bangganya menjadi ibumu...”
        Dukungan di hadapan saudara
            “Dik, kakak kemarin baca puisi di hadapan pak Kepala Sekolah lho... Kakak pemberani ya...”
2. Sentuhan FISIK
        Ciuman sayang
        Pelukan dan dekapan perlindungan
        Pelukan dan dekapan kebanggaan
        Tatapan & senyum penuh arti
        Sentuhan dan tepukan lembut
        Mengusap dan bersandar
        Bergelut & bergumul penuh canda

3. Waktu ISTIMEWA
        Meluangkan waktu secara khusus
        Kebersamaan penuh kesan
        Saat-saat berdua & lokasi istimewa
        ‘Proyek’/hobby bersama
        Tawaran menemani/membantu
        Mengobrol asyik & percapakan inspiratif
        Bertukar-pikiran
        Mendengar aktif
        Perayaan berkesan
        Mendongeng atau membacakan cerita
4. PELAYANAN Simpatik
        Pelayanan tanpa pretensi
        Pelayanan dengan senang hati
        Tindakan membantu secara spontan
        Tawaran simpatik
        Membantu hal-hal yang belum mampu dilakukan anak
        Suguhan minuman/makanan kesukaan
        Dll.
5. HADIAH KEJUTAN
        Hadiah sesuai kebutuhan & pengembangan minat anak, bukan keinginan
        Hadiah kejutan atas jerih payah
        Hadiah dalam perayaan
        Hadiah yang bersifat pribadi
        Membangun suasana emosional yang tepat ketika menyampaikan hadiah
        Ungkapan bahasa afirmasi bersamaan dengan pemberian hadiah 


KOMUNIKASI NEGATIF
       Tanpa kontak visual (Mata)
       Tatapan mata tajam/menusuk
       Nada-nada tinggi, teriakan & kemarahan
       Kalimat sangat pendek/langsung
       Sinis & merendahkan
       Judgement & negative labelling        
       Tegang, tanpa senyuman
       Cuek

Potensinya akan terus berkembang bila orang tua... 
        Penerimaan Tulus
        Peduli
        Menanamkan VISI dan IMPIAN
        Terus menyemangati
        Memberi stimulasi optimal
        Memfasilitasi & memberi tantangan
        Menyiapkan mentalnya
        Bersabar dalam memberi dukungan

Ingatlah Pesan Allah…
        “Perintahkanlah anggota keluargamu untuk shalat. Dan BERSABARLAH (tekun, tiada henti, terus-menerus, tak putus asa) dalam melakukannya (mendidik untuk shalat itu)...” (QS 20 : 132)
Awalnya hanyalah sebuah respon. Setelah berulang-ulang Anda lakukan… jadilah KEBIASAAN…

Anda adalah kebiasaan Anda
       Tuliskan KEBIASAAN-KEBIASAAN BURUK Anda dalam berinteraksi dengan anak-anak Anda
       Menurut Anda, apa akibat buruknya….
Segala sesuatu ada kuncinya……….
        Bila ditanya orang, APA KUNCI SUKSES ANDA dalam MENDIDIK & MENGASUH ANAK-ANAK ANDA?
Jadilah ortu yang peduli & bertanggung jawab
       Kita PASTI akan ditanya oleh Allah kelak di akhirat tentang bagaimana kita mengasuh anak-anak kita. Apakah kita ortu yang peduli dan bertanggung jawab?
       Kesalahan dalam mengasuh anak akan berakibat fatal di kemudian hari. Berhati-hatilah! Jadilah ortu yang CERDAS….


Saturday, February 5, 2011

prosedur pembentukan karakter anak sd

PROSEDUR KARAKTER SISWA KELAS  4B
SD BIRRUL WALIDAIN MUHAMMADIYAH SRAGEN
No
Karakter
Prosedur
Langkah-langkah
Konsekwensi logis
1
Menjaga ketertiban kelas saat KBM
Menghentikan aktivitas sejenak
1.   Ustadz/zah menunjukan jempol tangan keatas.
2.   Ustadz/zah tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
3.   Siswa yang melihat menunjukan jari jempol tangan ke arah Ustadz/zah.
4.   Siswa yang melihat gerakan siswa lainya ikut melakukan seperti siswa yang dilihatnya.
5.   Ustadz/zah menurunkan tangan sambil mengucapkan terima kasih.
Siswa beristigfar sebanyak 5 kali.


Memperhatikan saat pelajaran
1.   Ustadz/zah menerangkan materi pelajaran
2.   Siswa melihat kearah Ustadz/zah dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh Ustadz/zah.
3.   Siswa berkonsentrasi tanpa bermain dengan mainan apapun
4.   Siswa meninggalkan aktivitas berbicara/gojek dengan teman yang lain.
5.   Jika siswa bermain/gojek dengan temannya Ustadz/zah mengingatkan maksimal 2 kali
6.   Apabila siswa masih ramai atau bermain maka siswa akan terkena konsekwensi logis.
-    Meminta maaf terhadap Ustadz/zah dan istigfar sebanyak 5 kali
-    Merangkum materi yang diajarkan oleh Ustadz/zah.


Berbicara dan menyampaikan pendapat
1.      Siswa mengangkat tangan memberitahu Ustadz/zah tentang kebutuhannya
2.      Siswa tetap mengangkat tangannya dengan mulut tetap tertutup sampai Ustadz/zah memberikan respon untuk memberikan izin berbicara.
3.      Ustadz/zah mempersilahkan siswa untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan.
4.      Ustadz/zah menjawab/menanggapi apa yang disampaikan siswa.
Menyampaikan pendapatnya/pertanyaanya di depan kelas.
2.
Sopan terhadap Ustadz/zah
Menggunakan bahasa yang baik dan sopan

1.   Siswa berbicara dengan suara yang rendah terhadap ustadz/zah
2.   Saat berbicara siswa menggunakan bahasa jawa halus, jika kurang mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3.   Setelah selesai berbicara, memberi ucapan terima kasih atau dengan minta ijin untuk meninggalkan ustad/zah
4.   Ustadz/zah membalas perbuatan anak dengan ucapan terima kasih kembali.
Siswa meminta maaf terhadap Ustadz/zah yang bersangkutan dan mengucapkan Istigfar sebanyak 5 kali.


Mematuhi nasehat ustadz/zah
1.   Siswa melanggar sesuatu aturan, prosedur atau ada masukan dari orang tua.
2.   Siswa diajak sharing untuk mencari solusi bersama tentang masalahnya
3.   Ustadz/zah menyampaikan nasehat kepada siswa
4.   Siswa melakukan apa yang dinasehatkan oleh Ustadz/zah
5.   Dalam kesempatan tertentu ustadz/zah mengecek siswa yang bersangkutan.
6.   Siswa yang belum melakukan nasehat akan terkena konsekwensi logis dan akan mendapatkan nasehat dari ustadz/zah.
- Siswa mengucapkan istigfar sebanyak 10X.
- Siswa membuat cerita kenapa belum melakukan nasehat dari ustadz/zah dan membacanya di depan kelas.


Berjalan di depan Ustadz/zah
1.   Siswa hendak berjalan di depan Ustadz/zah
2.   Siswa mengucapkan permisi kepada Ustadz/zah
3.   Siswa berjalan dengan membungkukkan badan.
Siswa meminta maaf terhadap Ustadz/zah yang bersangkutan dan mengucapkan Istigfar sebanyak 5 kali.
3.
Masuk ke dalam kelas
Mengucapkan salam saat masuk kelas
1.   Ustadz/zah dan siswa masuk kelas dengan mengucapkan salam (Assalamualaikum wr wb)
2.   Ustadz/zah atau siswa yang mendengarnya membalas ucapan salam (Waalaikumsalam wr wb)
3.   Ustadz/zah atau siswa mengingatkan jika ada ustadz/zah atau siswa yang masuk kelas tanpa mengucapkan salam.
4.   Jika ada ustadz/zah atau siswa yang masuk tanpa menucapkan salam maka akan terkena konsekwensi logis.
Mengulang masuk kelas dengan mengucapkan salam.

Istigfar sebanyak 5 kali.

Hamzah bergaya dengan burung hantu