Hendaknya usai keluar dari sekolahnya sang anak diijinkan untuk bermain dengan mainan yang disukainya, hal ini untuk merehatkan diri dari kelelahan belajar di sekolah. Sesungguhnya jika anak dilarang bermain dan hanya disruh untum belajar terus, hal ini akan menjenuhkan pikiranya, memadamkan kecerdasanya, dan membuat masa kecilnya kurang bahagia. Sehingga pada akhirnya dia akan berupaya dengan berbagai cara untuk membebaskan diri dari perasaan tertekanya. (Imam Ghazali, Ihya' Ulumudin 3/163)
Monday, February 29, 2016
Arti sebuah kebahagiaan
~ KOIN PENYOK ~ Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu. Ia membungkuk & menggerutu kecewa. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok." Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank. "Sebaiknya koin ini dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai 30 dirham Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga 30 dirham untuk membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dirham untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu. Dalam perjalanan dia melewati perumahan. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu & menawarnya 200 dirham, lelaki itu ragu-ragu. Si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dirham. Lelaki itupun setuju. Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dirham. Tiba-tiba seorang perampok datang, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil perampok tadi?" Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi". Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita harus bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang & pergi kita tidak membawa apa-apa. Menderita karena melekat. Bahagia karena melepas. Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan, apa yang sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini? Tidak ada, karena bahkan nafas kita saja, bukan kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam selamanya. Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah. Saat kehilangan sesuatu, kembalilah ingat bahwa sesungguhnya kita tidak punya apa-apa. Jadi "kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan pernah menyakitkan. Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an. Ke"aku"an itulah yang membuat kita menderita. Rumahku, hartaku, istriku, suami ku, anakku dll. Lahir tidak membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak membawa apa-apa dan tidak mengajak siapa-siapa. Pada waktunya "let it go", siapapun yang bisa melepas dengan hati yg bisa bersyukur, ikhlas, tidak melekat & tidak menggenggam erat pada harta, tapi melekat pada Tuhan maka dia akan BAHAGIA !
-
Labeling Rat..!!! Sekolah kami menerapkan program yang disebut dengan Rolling Class yang petama kali diterapkan di kel...
-
Anak anda kelas 2 SD? Pernah mendapatkan soal seperti ini? Kamu mandi sehari berapa kali?. Jawaban yang di betulkan pasti 2 kali. Kare...
-
Penyakit “Disteachia” yaitu kesalahan dalam mengajar dan menyampaikan ilmu kepada peserta didik. Disteachia mengandung 3T, yaitu Teach...