Tuesday, July 23, 2013

Seni dalam Profesi[onal]

Semalem saya mendapatkan jadwal untuk menjadi imam tarawih dan khotib Romadhon masjid yang berada dilingkungansekolah tempat saya mengajar. Setelah buka sekedarnya saya kemudian berangakat menuju TKP, sebelum berangkat istri titip minta dibelikan sesuatu, “bi, nanti umi titip belikan martabak manis yach?”. “okey mi, insya Allah SWT!” jawab saya singkat. Lagian Cuma martabak manis aja kok, pikir saya.
Selesai tarawih tidak lupa saya mampir ke penjuala martabak manis yang dimaksud, kemudian saya memesan martabak manis rasa coklat dan ketan hitam kesukaan kami.
Kebetulan antriannya cukup banyak, jadi saya harus menunggu dan antri untuk mendapatkan pesanan istri saya. Kebetulan di samping penjual martabak ada penjual gorengan, dalam hati berkata  “beli gorengan ah buat makan sahur nanti”. Saya menghampiri penuajl gorengan dan membeli gorengan 7 ribu saja. Ketika penjual melayani dan membungkuskan gorengan yang saya pesan ada sesuatu yang menarik pandangan saya. Cara penjual menyiapakan pesanan di mulai dengan melipat kertas untuk dijadikan alas dalam plastik, di lipat kertas itu dengn gerakan yang cukup indah dan memasukkannya kedalam plastik. Cara mengambil gorengan pun cukup menarik juga. Dengan cepat dia menggunakan penjepit dan dengan cepat memasukkan ke dalam kantong plastik. (Sekali-kali belilah gorengan dan perhatikan bagaimana si penjual melayani anda).
gerakan dinamis
penjual martabak manis
Kembali ke penjual martabak manis, sambil menunggu saya memperhatikan bagaimana si penjula martabak “memasak” martabak yang saya pesan. Terlihat gerakannya begitu dinamis dan selaras, caranya menuangkan adonan ke tempat memasak (loyang), kemudian meratakan andonan dengan menggunakan sendok. Dengan lincah ia kemudian memutar-mutar adonan biar tidak gosong, dia tuangkan gula dengan menggoyang-goyang wadahnya dab butiran-butiran gula berjatuhan di atas adonan. Setelah dirasa matang, maka ia mengangkat adonan dan diracik sesuai dengan rasa yang saya pesan. Di oleskanlah mentega, di taburkan butiran coklat (ceres) dan di tuangkan ketan hitam di atas adonan. Setelah itu adonan dili[at menjadi 2 bagian setelah itu dengan cepat dia memotong dan menaruhnya ke dalam wadah (kardus).
Sungguh sebuah seni yang cukup membuat saya sadar dan terbuka bahwa sebenarnya di sekitar kita begitu banyak pekerjaan yang mengandung seni, hanya saya kita jarang memperhatikan betapa sedapnya mata ini memandang pekerjaan yang ada disekitar kita. Coba kita perhatikan penjual nasi goreng saat menyajikan dan memasak, dengan melempar-lempar ke atas nasi dari atas wajan dan sesekali memukul serok (alat untuk menggoreng) sehingga terdengar suara yang selaras dengan gerakan si tukang nasi goreng.
seni membawa piring
Belum lagi kalau kita masuk ke warung makan Padang bersama teman-teman kita atau keluarga kita dalam jumlah yang cukup besar, lihatlah bagaimana seni yang disajikan oleh pelayan dalam membawa piring yang berisi hidangan yang akan kita makan. Begitu indah dan membuat kita berdecak kagum. Masih banyak profesi lain yang sebenarnya itu merupakan sebuah seni dan dapat kita gunakan sebagai alat relaksasi kita. Bahkan tukan parkir sekalipun, coba perhatikan gerakan tangan yang selaras dengan bunyi peluit atau kata-kata “terus..terus...kiri-kiri, balas..yuuukkkk”. Tidak dapat dipungkiri bahwa “setiap pekerjaan yang dilakukan oleh profesional merupakan sebuah seni”
“MULAI SEKARANG MARI KITA PERHATIKAN PROFESI YANG ADA DI SEKITAR KITA YANG MERUPAKAN SEBUAHNKARYA SENI YANG DITAMPILKAN OLEH ORANG-ORANG YANG AHLI DALAM BIDANGNYA”


APA SIH SENI ITU???klik disini yach!!!

No comments:

Post a Comment

Hamzah bergaya dengan burung hantu