Semalem saya
mendapatkan jadwal untuk menjadi imam tarawih dan khotib Romadhon masjid yang berada
dilingkungansekolah tempat saya mengajar. Setelah buka sekedarnya saya kemudian
berangakat menuju TKP, sebelum berangkat istri titip minta dibelikan sesuatu, “bi,
nanti umi titip belikan martabak manis yach?”. “okey mi, insya Allah SWT!”
jawab saya singkat. Lagian Cuma martabak manis aja kok, pikir saya.
Selesai
tarawih tidak lupa saya mampir ke penjuala martabak manis yang dimaksud,
kemudian saya memesan martabak manis rasa coklat dan ketan hitam kesukaan kami.
Kebetulan antriannya cukup banyak, jadi saya harus menunggu dan antri untuk
mendapatkan pesanan istri saya. Kebetulan di samping penjual martabak ada
penjual gorengan, dalam hati berkata “beli
gorengan ah buat makan sahur nanti”. Saya menghampiri penuajl gorengan dan
membeli gorengan 7 ribu saja. Ketika penjual melayani dan membungkuskan
gorengan yang saya pesan ada sesuatu yang menarik pandangan saya. Cara penjual menyiapakan
pesanan di mulai dengan melipat kertas untuk dijadikan alas dalam plastik, di
lipat kertas itu dengn gerakan yang cukup indah dan memasukkannya kedalam
plastik. Cara mengambil gorengan pun cukup menarik juga. Dengan cepat dia
menggunakan penjepit dan dengan cepat memasukkan ke dalam kantong plastik. (Sekali-kali
belilah gorengan dan perhatikan bagaimana si penjual melayani anda).gerakan dinamis penjual martabak manis |
Kembali ke
penjual martabak manis, sambil menunggu saya memperhatikan bagaimana si penjula
martabak “memasak” martabak yang saya pesan. Terlihat gerakannya begitu
dinamis dan selaras, caranya menuangkan adonan ke tempat memasak (loyang),
kemudian meratakan andonan dengan menggunakan sendok. Dengan lincah ia kemudian
memutar-mutar adonan biar tidak gosong, dia tuangkan gula dengan
menggoyang-goyang wadahnya dab butiran-butiran gula berjatuhan di atas adonan. Setelah
dirasa matang, maka ia mengangkat adonan dan diracik sesuai dengan rasa yang saya
pesan. Di oleskanlah mentega, di taburkan butiran coklat (ceres) dan di
tuangkan ketan hitam di atas adonan. Setelah itu adonan dili[at menjadi 2 bagian
setelah itu dengan cepat dia memotong dan menaruhnya ke dalam wadah (kardus).
Sungguh sebuah
seni yang cukup membuat saya sadar dan terbuka bahwa sebenarnya di sekitar kita
begitu banyak pekerjaan yang mengandung seni, hanya saya kita jarang
memperhatikan betapa sedapnya mata ini memandang pekerjaan yang ada
disekitar kita. Coba kita perhatikan penjual nasi goreng saat menyajikan dan
memasak, dengan melempar-lempar ke atas nasi dari atas wajan dan
sesekali memukul serok (alat untuk menggoreng) sehingga terdengar suara
yang selaras dengan gerakan si tukang nasi goreng.
seni membawa piring |
Belum lagi
kalau kita masuk ke warung makan Padang bersama teman-teman kita atau keluarga
kita dalam jumlah yang cukup besar, lihatlah bagaimana seni yang disajikan oleh
pelayan dalam membawa piring yang berisi hidangan yang akan kita makan. Begitu indah
dan membuat kita berdecak kagum. Masih banyak profesi lain yang sebenarnya itu
merupakan sebuah seni dan dapat kita gunakan sebagai alat relaksasi kita. Bahkan
tukan parkir sekalipun, coba perhatikan gerakan tangan yang selaras dengan
bunyi peluit atau kata-kata “terus..terus...kiri-kiri, balas..yuuukkkk”. Tidak
dapat dipungkiri bahwa “setiap pekerjaan yang dilakukan oleh profesional
merupakan sebuah seni”
“MULAI
SEKARANG MARI KITA PERHATIKAN PROFESI YANG ADA DI SEKITAR KITA YANG MERUPAKAN
SEBUAHNKARYA SENI YANG DITAMPILKAN OLEH ORANG-ORANG YANG AHLI DALAM BIDANGNYA”
APA
SIH SENI ITU???klik disini yach!!!
No comments:
Post a Comment