Saya bekerja di sebuah SDIT yang guru-gurunya dipanggil dengan Ustadz/zah...saya memiliki seorang teman yang beinisial JeWe. Beliau masuk ke SD di pertengahan tahun ajaran, namun diakhir tahun beliau harus meninggalkan kami untuk berjuang di SD kami. Kami mengobrol panjang lebar tentang alasan kenpa beliau memilih untuk keluar dari sekolah. Yang pertama karena pertimbangan keluarga yang sudah mendukung keputusan yang diambilnya. Kemudian kenyamanan ditempat kerja yang tidak sesuai dengan hatinya, bukan karena tidak nyaman suasana tetapi karena karakternya yang berbeda dengan aturan yang diterapkan di SD
Akan tetapi alasan yang membuat saya ter"instropeksi" adalah ketika dia merasa beban dengan statusnya yang saat ini. Kenapa? dia merasa belum pantas untuk di panggil sebagai seorang ustad. Apalagi dia mengalami sebuah kejadian yang dianggapnya sebagai cambuk tentang sebutannya sebagi seorang "ustadz" dalam hal ini adalah seorang guru. Suatu pagi di hari minggu JeWe datang ke Car Free Day di alun-alun dengan naik sepeda ontel tua [beliau adalah seorang member salah satu komunitas sepeda tua] dengan memakai pakaian tempo doeloe lengkap dengan aksesoaris dan celana pendek. Kemudian ada anak yang mengatakan, "Ustadz nggak sholih pake celana pendek....!!!!". JeWe hanya bisa termenung dan tanpa disadari kata-kata dari salah satu muridnya itu betul-betul menjadi cambuk yang mencambuk hatinya. Kemudian ia berfikir ulang, intropeksi dan melihat sisi positif dan negatif yang ada pada dirinya. Akhirnya sampailah pada kesimpulan dan pertanyaan dalam hati, "PANTASKAH AKU MENJADI GURU?"
Sebuah perpisahan yang memberikan saya sarana untuk inspirasi dan sekaligus mencambukkan cambuknya kepada saya secara tidak langsung. Kemudian saya intropeksi diri dengan keadaan saya sebagai seorang guru. Ternyata masih banyak sekali hal-hal yang perlu saya perbaiki agar "pantas" menjadi seorang guru. Kemudian saya mencoba menjawab menjawab "Pantas_kah kita menjadi guru?" dengan sebuah kata "Pantas_kan kita menjadi seorang guru!". Seandainya kita merasa belum pantas dan sebaiknya kita merasa seperti itu maka kita harus memperbaiki diri kita agar menjadi benar-benar pantas menjadi seorang guru. Karena sebagai seorang guru idealnya kita selalu upgrade kemampuan kita agar tidak tertinggal dengan pengetahuan anak yang sangat cepat mengikuti terutama perkembangan dalam bidang teknologi.
Kita tahu keadaan akhlak kita dewasa ini, begitu banyak dekadensi moral yang terjadi di lingkungan masyarakat, tidak hanya di lingkungan perkotaan bahkan sudah sampai masuk ke lingkungan pedesaan. Tidak hanya terjangkit pada remaja namun juga terjadi pada anak-anak. Bahkan sekarang secara sadar maupun tidak sadar anak-anak sudah diserang dengan berbagai lagu dewasa...serangan lagu dewasa memang telah meneror anak-anak walaupun kita tidak sadar bahwa anak kita telah diteror.
Yang jelas kita perlu membuat diri kita "pantas" untuk menjadi guru. Bagaimana sich guru yang baik?? Untuk lebih lanjut anda bisa klik di sini.
Akan tetapi alasan yang membuat saya ter"instropeksi" adalah ketika dia merasa beban dengan statusnya yang saat ini. Kenapa? dia merasa belum pantas untuk di panggil sebagai seorang ustad. Apalagi dia mengalami sebuah kejadian yang dianggapnya sebagai cambuk tentang sebutannya sebagi seorang "ustadz" dalam hal ini adalah seorang guru. Suatu pagi di hari minggu JeWe datang ke Car Free Day di alun-alun dengan naik sepeda ontel tua [beliau adalah seorang member salah satu komunitas sepeda tua] dengan memakai pakaian tempo doeloe lengkap dengan aksesoaris dan celana pendek. Kemudian ada anak yang mengatakan, "Ustadz nggak sholih pake celana pendek....!!!!". JeWe hanya bisa termenung dan tanpa disadari kata-kata dari salah satu muridnya itu betul-betul menjadi cambuk yang mencambuk hatinya. Kemudian ia berfikir ulang, intropeksi dan melihat sisi positif dan negatif yang ada pada dirinya. Akhirnya sampailah pada kesimpulan dan pertanyaan dalam hati, "PANTASKAH AKU MENJADI GURU?"
Sebuah perpisahan yang memberikan saya sarana untuk inspirasi dan sekaligus mencambukkan cambuknya kepada saya secara tidak langsung. Kemudian saya intropeksi diri dengan keadaan saya sebagai seorang guru. Ternyata masih banyak sekali hal-hal yang perlu saya perbaiki agar "pantas" menjadi seorang guru. Kemudian saya mencoba menjawab menjawab "Pantas_kah kita menjadi guru?" dengan sebuah kata "Pantas_kan kita menjadi seorang guru!". Seandainya kita merasa belum pantas dan sebaiknya kita merasa seperti itu maka kita harus memperbaiki diri kita agar menjadi benar-benar pantas menjadi seorang guru. Karena sebagai seorang guru idealnya kita selalu upgrade kemampuan kita agar tidak tertinggal dengan pengetahuan anak yang sangat cepat mengikuti terutama perkembangan dalam bidang teknologi.
Kita tahu keadaan akhlak kita dewasa ini, begitu banyak dekadensi moral yang terjadi di lingkungan masyarakat, tidak hanya di lingkungan perkotaan bahkan sudah sampai masuk ke lingkungan pedesaan. Tidak hanya terjangkit pada remaja namun juga terjadi pada anak-anak. Bahkan sekarang secara sadar maupun tidak sadar anak-anak sudah diserang dengan berbagai lagu dewasa...serangan lagu dewasa memang telah meneror anak-anak walaupun kita tidak sadar bahwa anak kita telah diteror.
Yang jelas kita perlu membuat diri kita "pantas" untuk menjadi guru. Bagaimana sich guru yang baik?? Untuk lebih lanjut anda bisa klik di sini.